Telaah

Kurban dan Kepedulian Sosial

×

Kurban dan Kepedulian Sosial

Sebarkan artikel ini
Ibadah Kurban dan Kepedulian Sosial, oleh Muhammad Hidayatulloh, staf pengajar Pondok Pesantren Islamic Center Elkisi Mojokerto.
Ilustrasi freepik.com premium. Kurban dan Kepedulian Sosial

Kurban dan Kepedulian Sosial, Telaah oleh Muhammad Hidayatulloh, Staf Pengajar Pondok Pesantren Islamic Center Elkisi Mojokerto.

Tagar.co – Iduladha adalah hari yang penuh kebahagiaan. Hari yang agung dari hari-hari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hari yang dimaklumatkan. Hari yang mulia dan diberkati. Hari-hari di mana syariat ibadah haji dilaksanakan kaum Muslimin dan Muslimat bagi yang mampu.

Allah mensyariatkan pula di hari-hari ini kepada hamba-hamba-Nya untuk menyembelih hewan kurban. Termasuk saat kita laksanakan salat Iduladha di tanah lapang ini. 

Di hari itu hendaknya kita banyak berzikir kepada Allah. 

وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ فِيٓ أَيَّامٖ مَّعۡدُودَٰتٖۚ 

Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang (Al-Baqarah: 203)

Bagi jamaah haji, mereka diperintahkan membaca talbiah: labbaik allahumma labbaik, labbaika laasyarika laka labbiak, innal hamda wannikmata laka wal mulk laa syarikalak.

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لا شَرِيكَ لكَ لَبَّيْكَ، إنَّ الحَمْدَ والنِّعْمَةَ لكَ والمُلْكَ، لا شَرِيكَ لَكَ

Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat, dan segala kekuasaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.

Sebuah pernyataan yang merupakan bagian terpenting dari syariat Islam yaitu menauhidkan Allah Subnahanu wa Ta’ala. Tentu hal ini bukan semata apa yang keluar dari lisan yang berupa suara, akan tetapi benar-benar lahir dari dalam hatinya. Hati yang terpanggil dengan panggilan Allah ini adalah hati yang di dalamnya dipenuhi dengan nilai-nilai takwa kepada-Nya. Hati yang selalu tunduk dan patuh terhadap apa yang ditentukan oleh Allah dan rasul-Nya. Hati yang selalu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk senantiasa beribadah semata-mata karena Allah dan tidak karena adanya tendensi lain dalam dirinya.

Baca Juga:  Ahli Kitab

Kepentingan pribadinya dinomorsekiankan, sementara yang diutamakan adalah Allah dan rasul-Nya. Setiap aktivitas dipenuhi dengan kebaikan yang semata-mata dilaksanakan karena Allah. Pujian yang diberikan kepadanya tidak menjadikan ia melambung, celaan yang ia terima tidak menjadikan ia terpuruk. Semua yang terjadi terkait dirinya menjadi biasa-biasa saja tanpa mempengaruhi ketaatannya kepada Allah dan rasul-Nya.

ذَٰلِكَۖ وَمَن يُعَظِّمۡ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقۡوَى ٱلۡقُلُوبِ  

Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan siar-siar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati (Al-Haj: 32)

Sedangkan bagi kita yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji, disunahkan untuk berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah, dengan pahala diampuninya dosa-dosa kita selama dua tahun. 

Setelah itu pada tanggal 10 Zulhijah kita diperintahkan melaksanakan salat Id dan setelahnya melakukan penyembelihan hewan kurban. Pada hari itu pula kita diperintahkan untuk banyak membaca takbir, tahlil, dan tahmid. Tentu bacaan ini juga bukan semata keluar dari lisan kita, akan tetapi benar-benar dari sebuah kesadaran akan posisi diri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hari ini dan tiga hari ke depan disebut sebagai Hari Tasyrik, di mana kita diharamkan untuk berpuasa di dalamnya. Hal ini karena keagungan hari ini, sekaligus sebagai bagian dari kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. 

Bagi setiap Mukmin yang diberikan sedikit keluasan rezeki sangat dianjurkan untuk berkurban, dengan kurban ini ia dapat berbahagia bersama keluarganya dengan menikmati daging kurban, dan juga bagi orang lain yang mendapatkan bagian dari daging kurban tersebut.   

Baca Juga:  Riya, Penyakit Hati yang Sulit Terdeteksi

Intinya hari-hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi setiap Muslim, karena hendaknya setiap Muslim dapat merasakan kelezatan daging kurban yang dibagikan, sehingga seyogyanya jangan ada di antara kaum Muslimin yang tidak mendapatkan bagian dari daging tersebut. 

Oleh karena itu dalam hal ini janganlah kita menjadi orang yang egois, karena kepentingan dirinya yang diutamakan sementara ia tidak peduli dengan sekitarnya yang bahkan lebih membutuhkan dari dirinya.  

Kurban dan Kepedulian Sosial

Ibadah kurban ini menguji tingkat kepedulian dan kepekaan sosial setiap Mukmin. Rezeki yang Allah karuniakan kepadanya hendaknya tidak hanya dinikmatinya sendiri dan keluarganya, akan tetapi seharusnya ia juga memiliki kepedulian terhadap keadaan masyarakat di sekitarnya. 

Dakwah yang lebih efektif itu adalah dengan memberikan solusi terhadap problem masyarakatnya. Di antara problem yang dihadapi masyarakat kita adalah problem finansial, baik dalam rangka memenuhi kebutuhan pokoknya dan juga kebutuhan untuk pendidikan mereka. 

لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ 

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Haj: 37)

Baca Juga:  Ulul Albab: Tersungkur di Bawah Telapak Kaki Tuhan

Kekayaan atau kelebihan rezeki bukanlah hal yang menjadi kebanggaan atau dibanggakan, akan tetapi justru di dalamnya ada amanah besar yang akan dimintai pertanggung jawaban. Maka ketika seseorang bangga dengan kelebihan dirinya hal ini terutama disebabkan ia belum memahami dengan benar makna dari kalimat-kalimat yang ia ucapkan, talbiah, takbir, tahlil, dan tahmid hanya sekadar ucapan lisan tanpa ia memahami esensi dari makna kalimat tersebut. 

Padahal kalimat-kalimat itu merupakan kalimat penggerak bagi setiap jiwa yang memahaminya dan sekaligus diejawantahkannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita semua selalu dalam bimbingan Allah dalam setiap langkah kehidupan kita, dan menjadikan kita termasuk hamba Allah yang bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa. (#)

Disampaikan dalam khotbah Iduladha 1445 di Halaman SD Penambangan Desa Balongbendo Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Senin 16 Juni 2024.

Penyunting Mohammad Nurfatoni