Mitigasi Bencana: Bagaimana jika Terjadi Gempa Bumi dan Kebakaran?
Mitigasi bencana menjadi salah satu materi dalam kegiatan Sosialisasi Mitigasi Bencana Perubahan Iklim yang diadakan oleh LLHPB Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Probolinggo.
Tagar.co – Di sebuah pagi yang cerah di Kota Probolinggo, kegiatan unik tengah berlangsung di PAUD Mentari, Jalan Mawar No. 13, Kecamatan Mayangan.
Hari itu, 16 November 2024, Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Probolinggo melalui Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) mengadakan Sosialisasi Mitigasi Bencana Perubahan Iklim.
Acara ini tidak hanya berisi pengetahuan, tapi juga menjadi sebuah petualangan kecil bagi 80 peserta.
Mereka adalah guru-guru di amal usaha Aisyiyah, Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) di lima kecamatan, Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) di lima kecamatan, majelis-majelis Aisyiyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Probolinggo, dan Lazismu Kota Probolinggo.
Ada pula undangan dari tim Badan Penanggulangan Daerah (BPBD), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BPPD), Dinas Lingkungan Hidup (DLH), perkumpulan peduli sampah, Kelompok Wanita Tani Srikandi, Dinas Sosial dan Perlindungan Anak).
Acara dimulai dengan suasana yang ramai dan penuh antusiasme. Sri Maryuni, M.Pd., Ketua LLHPB PDA Kota Probolinggo, dengan semangatnya membuka acara.
Dia menjelaskan kegiatan ini merupakan gebrakan untuk memotivasi sekolah-sekolah di lingkungan Kota Probolinggo agar dapat menyelenggarakan satuan pendidikan aman bencana (SPAB).
Harapannya, AUA di tingkat PDA Kota Probolinggo menjadi pilot project bagi sekolah-sekolah lain. ”Jadi akan ada rencana tindaklanjut bagi setiap AUA untuk pelaksanaan SPAB di satuan pendidikannya,” katanya.
Dasar Manajemen Bencana
Dr. Sugito Prasetyo S., STP M.M. dari BPBD Kota Probolinggo, menjelaskan bencana merupakan peristiwa yang terjadi yang mengancam atau mengganggu aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Ini bisa diakibatkan oleh faktor alam maupun non-alam yang memberikan risiko kerusakan bagi lingkungan maupun dampak psikologis.
Dia menerangkan, siklus penanggulangan bencana meliputi kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan, pencegahan, dan mitigasi. Sedangkan ruang lingkup penanggulangan bencana di mulai dari prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana.
Adapun kegiatan pra bencana meliputi sosialisasi, pelatihan, edukasi di satuan pendidikan, dan kegiatan bersih lingkungan.
Untuk kegiatan saat bencana dapat dilakukan melalui penangan darurat, evakuasi, pemberian bantuan makanan atau alat penanganan darurat, kaji cepat daerah yang terdampak.
Sedangkan kegiatan pascabencana bisa berupa kegiatan pengkajian dan perhitungan pascabencana, membangun kembali fasilitas umum yang rusak, memulihkan perekonomian masyarakat yang terdampak serta pelayanan trauma healing pengungsi keluarga korban.
“Serangkaian kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan yang memiliki fungsi sebagai kewaspadaan akan bencana yang akan terjadi, tindakan pada saat bencana terjadi serta kontroling dan evaluasi naik turunnya bencana yang sering terjadi,” jelasnya.
Kajian Risiko Bencana dan Simulasi Evakuasi
Materi kedua ini diterangkan oleh Nur Kholiq , S.Sos, M.Ap, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Probolinggo. Dia berkolaborasi dengan rekannya yang bernama Andika Hadi Winata sebagai relawan atau agen Penanggulangan Bencana BPBD Jawa Timur.
Nur Kholiq menerangkan ada 7 tempat ketangguhan bencana yakni rumah, sekolah, pasar, tempat ibadah, perkantoran, pelayanan kesehatan, dan rumah sakit.
”Bagaimana cara mengkaji risiko bencana?” tanyanya retoris ke audiens.
Menurutnya kajian risiko bencana dapat dapat dilakukan dengan identifikasi bahaya, analisis kerentanan, analisis resiko, dan evaluasi risiko.
Tindakan tersebut dapat dilakukan di lembaga masing-masing untuk mengetahui potensi bencana apa yang sering terjadi berdasarkan lokasi, kemudian faktor penyebabnya apa, upaya kesiapsiagaannya bagaimana, dampak atau risikonya apa, pencegahan dan evaluasinya bagaimana.
”Kesiapsiagaan berlaku bagi masyarakat luas khususnya warga Kota Probolinggo. Hal ini untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana yang tiba-tiba datang serta tindakan yang efektif awal untuk penyelamatan diri saat bencana terjadi,” katanya.
Dia berharap upaya kesiapsiagaan di lingkungan sekolah bukan hanya pada pendidik melainkan semua warga sekolah saling terlibat.
“Jadi perlu adanya sebuah tim di setiap lembaga sebagai kesiapsiagaan tanggap darurat bencana. Dalam tim ini sudah ada kesepakatan pembagian tugas peran saat terjadi bencana agar evakuasi penyelamatan terhadap warga sekolah berjalan aman dan lancar,” terangnya.
Andika Hadi Winata akrab dipanggil Andika mempraktikkan tindakan tanggap darurat saat terjadi gempa bumi.
Yaitu, tenang atau jangan panik; lindungi kepala dengan tangan atau barang sambil jongkok; mencari tempat berlindung yang aman seperti di bawah meja; berpegangan pada kaki kursi; berada pada sudut pilar ruangan; dan tunggu 20 detik, jika merasa aman segera ke titik kumpul
Agar suasana menjadi lebih hidup narasumber mengajak audiens untuk memperagakan bersama-sama disertai lagu. Selanjutnya adalah praktik simulasi evakuasi bencana.
Kedua narasumber itu membagi peran kepada peserta sosialisasi untuk mempraktikkan skenario yang sudah direncanakan. Macam perannya yakni ada yang menjadi wali kelas, murid, kepala sekolah, wali murid, RT, tim kesehatan, tim transect, dan lainnya.
Mereka melakukan drama sederhana layaknya benar-benar terjadi bencana gempa bumi. Semua ekspresi wajah tertuang di dalamnya. Perasaan takut, sedih, panik bercampur aduk dalam drama tersebut. Alhasil para peserta sangat senang dan menikmatinya, malah ingin mengulang kembali agar benar-benar paham.
Teknik Fasilitasi dan Simulasi Pemadam Kebakaran
Sebelum pembahasan materi, tim pemadam kebakaran (damkar) memberikan ice breaking Tepuk Pemadam Kebakaran: ”Ambil selang, isi air, siram-siram, padam-padam yes, yes, yes.”
Nurul Purwantoro, S.Sos, memberikan pemahaman fungsi damkar yakni sebagai pencegahan, pengendalian, dan pemadaman kebakaran.
Damkar juga sebagai penyelamatan, pemberdayaan masyarakat, serta penangan kebakaran bahan berbahaya dan beracun. ”Jadi kami memfasilitasi kebutuhan masyarakat saat adanya kebakaran dan mengedukasi cara penyelamatan kebakaran,” ujarnya.
Dia lalu menjelaskan tiga penyebab terjadinya api yang disebut segitiga api yakni bahan bakar, panas, dan udara.
Adapun sumber terjadinya kebakaran bisa dari konsleting listrik, bahan kimia, gas atau kompor gas, putung rokok, pembakaran sampah, faktor alam, dan lainnya.
Cara penanggulangan kebakaran yaitu tenang, matikan arus listrik, padamkan api dengan alat seadanya, lakukan penyelamatan diri atau jiwa sebelum penyelamatan barang, dan hubungi pemadam kebakaran dengan menginformasikan lokasi kejadian dengan jelas.
Pertanyaan muncul dari salah satu peserta sosialisasi yakni Hurmilla S.Pd, dari PCA Kedopok. ”Bagaimana cara mencegah terjadinya kebakaran tabung gas LPG yang sering terjadi dalam aktivitas sehari-hari? Yang terbakar itu apakah tabungnya atau benda yang lain?” tanya dia.
Nurul Purwantoro pun menjawab: ”Kebakaran yang terjadi karena gas LPG itu yang terbakar bukan tabungnya, melainkan kompor gasnya. Karena jika gas dalam tabung itu mengeluarkan bau berarti ada kebocoran saluran gas ke kompor.”
Dia melanjutkan, “Ketika kondisi seperti itu kita masih tetap ingin menyalakan kompor otomatis akan terjadi kebakaran pada kompor. Cara mencegahnya adalah jika gas sudah membau segera buka ventilasi terdekat dari dapur, buka selang gas atau bisa tabung gas di bawa ke luar, agar bau gas tersebut tidak mengendap di dalam ruangan. Maka itulah pentingnya ventilasi di area dapur.”
Seusai paparan tersebut, audiens diajak keluar ruangan yakni di halaman terbuka. Di sana mereka dapat melihat cara penggunaan apar dan cara memadamkan api sederhana. Tim damkar mendemonstrasikan dan memperlihatkan teknik memegang, menyemprot apar untuk memadamkan api. Begitu juga cara sederhana saat memadamkan api menggunakan karung goni yang sudah di basahi air.
Ini merupakan hal yang baru dan menarik bagi peserta, Maka tim damkar memberikan kesempatan kepada ibu-ibu mencoba untuk memadamkan api dengan dua cara yang berbeda tadi.
Ada lima peserta maju satu per satu untuk mencoba memadamkan api menggunakan karung yang dibasahi air kemudian tujuh peserta lain mencoba memadamkan api dengan apar.
Komentar datang dari Siti Rodiyah S.Pd., Kepala TK Aisyiyah II Kota Probolinggo. Dia mengatakan kegiatan inu menyenangkan walaupun di awal menegangkan. Tapi membuat kita penasaran dan ingin tahu untuk pemahaman dan pengetahuan secara materi dan praktik.
Alhamdulillah serangkaian kegiatan materi dan praktik selesai pukul 15.30 WIB dengan lancar dan sukses.
Jurnalis Wike Widiawati Penyunting Mohammad Nurfatoni