Lagu Tanah Airku Tercipta saat Ibu Soed Opname di RS Manhattan

0
Lagu Tanah Airku seperti menjadi lagu wajib usai laga Timnas Garuda. Beginilah sejarah terciptanya lagu nasional yang kian viral in.
Lagu Tanah Airku seperti menjadi lagu wajib usai laga Timnas Garuda. Beginilah sejarah terciptanya lagu nasional yang kian viral in.
Ibu Soed alias Saridjah Niung

Lagu Tanah Airku seperti menjadi lagu wajib usai laga Timnas Garuda. Beginilah sejarah terciptanya lagu nasional yang kian viral ini.

Tagar.co – Lagu Tanah Airku karya Ibu Soed menjadi viral di jagat medsos gara-gara sepak bola. Seolah menjadi lagu wajib usai Timnas Indonesia bertanding, lagu itu dinyanyikan. Menang maupun kalah.

Terakhir berkumandang setelah laga kualifikasi Piala AFF Timnas Garuda lawan Arab Saudi dengan skor 2:0 di Gelora Bung Karno Jakarta, Selasa (19/11/2024).

Semua supporter, pemain, dan ofisial larut menyanyikan lagu yang berisi kerinduan kepada kampung halaman itu. Gema nyanyian para suporter membuat suasana stadion jadi merinding haru.

Syair lagu yang menghanyutkan itu seperti ini

Tanah airku, tidak kulupakan
Kan terkenang, selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanahku yang kucintai
Engkau, kuhargai

Walaupun banyak negeri kujalani
Yang mahsyur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah ku merasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau kubanggakan

Lagu Tanah Airku pertama kali dinyanyikan usai pertandingan Timnas Indonesia U-19 lawan Filipina di ajang Piala AFF di Stadion Patriot Bekasi, 8 Juli 2022. Garuda Muda menang telak 5-1.

Setelah pertandingan pemain, pelatih, dan ofisial berkumpul di tengah lapangan membuat lingkaran. Kemudian mengalun intro musik lantas terdengar suara penyanyi Rita Effendy menyanyikan lagu Tanah Airku.

Sejak itu sepertinya lagu itu menjadi tradisi dinyanyikan usai pertandingan Timnas Indonesia.

Baca Juga Tinjau Kelas Coding di Kabupaten Bandung, Ini Kata Mendikdasmen

Ibu Soed pencipta lagu itu nama aslinya Saridjah, kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, 26 Maret 1908. Bungsu dari duabelas bersaudara anak Muhammad Niung, seorang pelaut. Wafat di Jakarta 26 Mei 1993 pada usia 85 tahun.

Lagu Nenek Moyangku Seorang Pelaut diciptakan Ibu Soed terinspirasi dari pekerjaan ayahnya.  

Saridjah menikah dengan Bintang Soedibyo tahun 1927. Dari nama suaminya ini kemudian dia terkenal dengan nama panggilan Ibu Soed.

Carmanita, cucu Ibu Soed, menceritakan, lagu Tanah Airku ditulis pada tahun 1963 di Rumah Sakit Manhattan, Amerika Serikat.

”Pertengahan tahun 1962 embah ditunjuk Presiden Sukarno menjadi ketua delegasi Indonesia ke New York World Fair. Anggota delegasi ada seniman lukis Bagong Kussudiarjo, seniman batik, tari, pengrajin,” cerita Carmanita dalam acara Talkshow Radio Elshinta.

Dia menuturkan, acara pameran seni budaya di New York itu semula berlangsung enam bulan. Akhir tahun dijadwalkan selesai. Tapi karena acaranya sukses Presiden AS John F. Kennedy memperpanjang hingga Februari 1963.

Hingga memasuki musim dingin Ibu Soed jatuh sakit. Lalu dirawat di RS Manhattan New York selama dua pekan. ”Rumah sakit Manhattan itu kaca jendelanya besar. Embah memandangi hujan dan salju yang turun di luar. Air matanya keluar kemudian menangis ingin pulang. Rindu kampung halaman. Maka terciptalah lagu itu,” tutur Carmanita yang perancang busana ini.

Baca Juga Kenaikan PPN Jadi 12 Persen, Sumu: Batalkan atau Pemerintah Pilih Opsi Ini

Lagu Tanah Airku itu, sambung dia, luapan kerinduan pada negeri sendiri setelah lama di negeri orang. Walaupun hidup di negeri maju seperti dikata orang tetap ada kerinduan dengan rumah dan kampung halaman yang lebih indah.

”Di lagu itu tidak ada kata Indonesia sehingga bisa dinyanyikan siapa saja dari tanah air mana saja,” katanya.

Ibu Soed belajar musik biola dari Prof. Dr. Mr. J.F. Kramer, seorang Indo Belanda pensiunan Wakil Ketua Hoogerechtshof (Kejaksaan Tinggi) di Jakarta yang menetap di Sukabumi.

Saridjah setelah tamat HIS Sukabumi melanjutkan ke Hoogere Kweek School (Sekolah Guru) Bandung. Setelah lulus mengajar di HIS Petojo, HIS Jalan Kartini, dan HIS Arjuna. (#)

Penyunting Sugeng Purwanto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *