Siswa Mager, Kegagalan Pelajaran PJOK

0
Siswa mager menjadi problem di dunia pendidikan. Anak-anak muda menjadi pasif, asosial, bahkan melahirkan generasi stroberi yang tampak indah namun lembek.

Ilustrasi mager.

Siswa mager menjadi problem di dunia pendidikan. Anak-anak muda menjadi pasif, asosial, bahkan melahirkan generasi stroberi yang tampak indah namun lembek.
Ilustrasi mager.

Siswa mager menjadi problem di dunia pendidikan. Anak-anak muda menjadi pasif, asosial, obesitas, bahkan melahirkan generasi stroberi yang tampak indah namun lembek.

Oleh Bening Satria Prawita Diharja, Guru Olahraga SMP Muhammadiyah 1 Gresik.

Tagar.co – Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) didesain untuk peningkatan kebugaran jasmani, sportivitas, pengetahuan, perilaku hidup sehat dan aktif, mengembangan keterampilan motorik serta kecerdasan emosi.

Faktanya, siswa mager alias malas gerak, emosional, dan tawuran menjadi riak kehidupan para pelajar. Satu contoh, kompetisi sepak bola Piala Soeratin ternyata masih diwarnai baku hantam antar pemain, wasit, dan pelatih. Apalagi kompetisi kelas tarkam. Bullying di sekolah juga masih terjadi.  

Apakah ini kegagalan mata pelajaran PJOK yang diajarkan di sekolah oleh guru olahraga?

Penelitian Juniarta dan Winarno tahun 2016 menyebutkan, penerapan pembelajaran PJOK di satuan tingkat pendidikan oleh guru PJOK dalam aspek pengetahuan (kognitif) belum mencerminkan level tingkat berpikir tinggi.

Penilaian keterampilan masih fokus dengan kebenaran gerak secara dominan, padahal dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad 21 saat ini, PJOK seharusnya sudah berevolusi mengikuti kurikulum yang berisikan kemampuan siswa abad 21 seperti critical thinking, collaboration, creativity, dan communication (4C).

Baca Juga Pelajaran Favorit tapi Punya Stigma Negatif

Kurikulum PJOK memiliki tiga kualitas dasar yang harus dicapai. Yaitu (1) program pendidikan fisik harus menyenangkan sehingga pembelajaran menjadi efektif, (2) progam pendidikan fisik dapat membekali siswa untuk menjadi atlet cabang olahraga prestasi pada multi even seperti PON, SEA Games, ASEAN Games hingga Olimpiade. (3) Progam pendidikan fisik memberikan peran dalam menciptakan penilaian kesehatan mental atau psikologis serta kebugaran fisik sebagai bekal pengetahuan di masa hidup.

Sebagai guru PJOK, selayaknya harus memberikan kontribusi positif dan peran nyata di sekolah yang mencakup sebagai inovator, keteladanan, motivator, dinamisator dan evaluator untuk menunjang psikomotorik, afektif serta kognitif siswa.

Pada sisi psikomotor (gerak), guru PJOK harus meningkatkan kebugaran siswa serta aktif membimbing siswa melakukan gerakan terampil menuju olahraga prestasi. Pada sisi afektif (sikap), guru PJOK mengajarkan tentang kedisiplinan, kegigihan, sportivitas, kejujuran serta menanamkan kebiasaan hidup sehat.

Pada sisi kognitif (intelejensi), guru PJOK mengajarkan pengetahuan tentang fundamental keterampilan gerak kecabangan olahraga yang digunakan untuk mendorong siswa menjadi atlet yang juga mengajarkan tentang pemahaman kesehatan mental sehingga memiliki kepekaan terhadap isu sosial, seperti bullying atau diskriminasi berbasis ras, gender, atau kemampuan fisik.

Kalau tujuan kurikulum PJOK itu terlaksana bakal melahirkan generasi muda yang aktif, cerdas, tangkas, kreatif, dan brilian.

Baca Juga Sportivitas Olahraga dan Kehidupan Nyata

Memang tidak kita pungkiri, beberapa praktisi olahraga seperti atlet, pelatih, ofisial, wasit, perangkat pertandingan, orang tua hingga pendukung tim masih terjerat pemahaman model lama yaitu fanatisisme olahraga masih menjadi faktor utama dalam memperjuangkan sebuah prestasi.

Oleh sebab itu guru PJOK harus berperan aktif dalam membangun adab dan intelektual positif melalui internalisasi nilai dalam PJOK sehingga mengubah siswa mager menjadi aktif. Keterbatasan sarana, prasarana, dan biaya diupayakan diselesaikan dengan cara kreatif.

Ibarat fondasi sebuah rumah, guru PJOK harus dapat membangun landasan kepribadian siswa yang kuat dan berkarakter di masyarakat. (#)

Peyunting Sugeng Purwanto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *