Memanfaatkan Limbah Buah Menjadi Pupuk Cair
Limbah buah sering terbuang sia-sia. Maka Majelis Ekonomi Ketenagakerjaan (MEK) bersama Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) PCA Sleman mengadakan pelatihan pengelolaan limbah sampah.
Tagar.co – Ibu-ibu berbaju batik memenuhi Gedung Dakwah Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Sleman, Yogyakarta. Mereka adalah peserta pelatihan pemanfaatan limbah sampah. Bukan sembarang sampah melainkan limbah organik. Reaktornya pakai ember tumpuk.
Pada pelatihan yang digelar Majelis Ekonomi Ketenagakerjaan (MEK) berkolaborasi dengan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) PCA Sleman itu hadir 50 peserta. Mereka utusan 8 ranting. Ada yang dari unsur ketua Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA), perwakilan MEK, dan LLHPB.
Di hadapan mereka, Dosen Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Dr. Siti Salamah M.Si menjelaskan dengan gamblang. “Di Indonesia, limbah buah seringkali terbuang sia-sia. Baik di rumah tangga, pasar, maupun tempat produksi. Padahal, limbah organik dari buah ini dapat diolah menjadi pupuk cair yang kaya nutrisi dan berguna untuk tanaman,” ujarnya.
Ibu berkerudung merah muda itu meyakinkan, “Dengan cara yang sederhana, kita dapat mengubah limbah buah menjadi pupuk cair, mendukung pertanian berkelanjutan, dan membantu mengurangi beban lingkungan.”
Manfaat Pupuk Cair dari Limbah Buah
Sebelum memasuki sesi praktik, Salamah mengungkap, pupuk cair dari limbah buah memiliki banyak manfaat untuk tanah dan tanaman. “Nutrisi yang terkandung dalam sisa-sisa buah, seperti kalium, fosfor, dan nitrogen, dapat diserap oleh tanaman dan membantu meningkatkan pertumbuhannya,” terangnya.
Selain itu, ibu empat anak ini menjelaskan, proses fermentasi dalam pembuatan pupuk cair juga mengembangkan mikroba baik. Sehingga dapat meningkatkan kesehatan tanah, menjadikan tanah lebih subur, dan kaya akan unsur hara.
Para peserta pelatihan sangat antusias mengikuti pelatihan ini. Pertanyaan pun datang dari salah satu peserta, Ekaningsih. “Produk apa selain pupuk cair?” tanya alumnus S2 Ilmu Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Salamah lantas mengungkap, selain pupuk cair, dari pengolahan ini dapat dihasilkan magot dan pupuk kompos.
Baca juga: RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Serius Tangani Kesehatan Reproduksi
Langkah Mengolah
Pelatihan kian lengkap dengan praktik membuat. Dalam kesempatan itu, Salamah menunjukkan kepada peserta cara pembuatan pupuk cair.
“Membuat pupuk cair dari limbah buah cukup mudah. Hanya membutuhkan beberapa bahan dasar serta peralatan sederhana,” kata wanita yang telah menyelesaikan studi S3 Kimia UGM ini.
Pertama, kata Salamah, siapkan bahan dan alat. Alatnya terdiri dari reaktor ember tumpuk. “Siapkan ember bekas tempat cat dua buah. Ember yang bagian bawah dipasang kran untuk keluarnya lindi sebagai bahan pupuk cair,” jelasnya.
Pada tutup ember pertama dibuat lubang. Ember yang satunya, lanjutnya, di bagian bawah dilubangi kecil-kecil dengan bor. Ember ini diletakkan di bagian atas ember yang pertama. Bagian atas juga dibuat lubang kecil sebanyak empat buah untuk memasukkan udara.
Nah, untuk bahannya, kumpulkan sisa-sisa buah seperti kulit dan buah yang sudah tidak layak konsumsi. Limbah inilah yang akan diproses fermentasi.
“Potong limbah buah menjadi potongan kecil untuk mempercepat proses dekomposisi. Masukkan limbah buah ini pada reaktor ember tumpuk,” tuturnya.
Kemudian, perlu menutup wadah. “Tapi jangan terlalu rapat agar gas hasil fermentasi bisa keluar. Simpan di tempat teduh namun masih terkena panas matahari,” tegasnya.
Berikutnya, peram dan aduk secara berkala. Proses fermentasi biasanya memakan waktu 4-8 pekan. “Setelah 8 pekan, periksalah apakah pupuk cairnya sudah terbentuk,” ajaknya.
Pupuk cair yang dipanen, sambungnya, dibiarkan selama seminggu tanpa penutupan. Jika pupuk cair sudah tidak berbau, maka pupuk cair siap digunakan.
Adapun cara pemakaian pupuk cair dapat diencerkan dengan perbandingan 1:10 (1 bagian pupuk cair dengan 10 bagian air) sebelum disiramkan ke tanaman. “Simpan pupuk di tempat sejuk dan jauh dari sinar matahari langsung untuk mempertahankan kualitasnya,” imbuhnya.
Baca juga: Bank Sampah KKN UMG Punya Laporan Keuangan
Dampak Positif bagi Lingkungan
Memanfaatkan limbah buah sebagai pupuk cair memiliki banyak manfaat. Salamah memaparkan tiga manfaat utamanya.
Pertama, cara ini membantu mengurangi volume sampah organik yang berpotensi mencemari lingkungan. Kedua, pupuk cair dari bahan alami ini aman untuk lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia sintetis sehingga mengurangi risiko degradasi tanah.
Ketiga, bagi para petani, metode ini dapat mengurangi biaya pembelian pupuk kimia yang semakin mahal. Selain itu juga mempromosikan pertanian berkelanjutan.
Pembuatan pupuk cair dari limbah buah adalah langkah sederhana yang dapat dilakukan oleh masyarakat, baik di pedesaan maupun perkotaan. Selain membantu mengurangi beban limbah, pupuk cair ini memperbaiki kualitas tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman.
“Mengolah sampah organik menjadi pupuk cair merupakan solusi yang ekonomis, ramah lingkungan, dan bermanfaat bagi pertanian masa depan,” ujar Salamah.
Pada hari yang sama, Ahad (27/10/2024), Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Sleman juga mengadakan Sosialisasi Gerakan Lumbung Hidup Aisyiyah (GLHA) dan Olahan Pangan Lokal (OPL). (#)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah