Tahapan Menjalin Ukhuwah Islamiah
Utopiskah ukhuwah islamiah? Bagaimana tahapan terjalinnya ikhuwah islamiah? Siapakah yang mempersatukan hati manusia?
Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).
Tagar.co – Rasulullah Saw dan para sahabatnya telah mempraktekkan model ukhuwah yang harus terjadi di kalangan umat Islam. Dengan demikian konsep ukhuwah dalam Islam bukanlah suatu utopia (khayalan kosong), yang tidak pernah dan tidak akan terjadi, melainkan sebuah cita-cita yang ingin diwujudkan kembali.
Baca juga: Empat Bekal dari Nabi bagi para Pendakwah
Ukhuwah yang diperagakan Rasulullah Saw dan para sahabat tidak langsung terwujud bersamaan dengan waktu ketika Rasulullah Saw menginginkannya. Terdapat proses yang mendahuluinya; proses ini merupakan prasyarat terwujudnya ukhuwah itu.
Tahapan berikut ini merupakan bagian dari proses yang mengawali terwujudnya ukhuwah islamiah:
Ta’aruf, Saling Mengenal
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujurat/49:13).
Perbedaan bangsa, suku, dan warna kulit bukan pertanda berbedanya derajat manusia di sisi Allah, sebab perbedaan derajat di sisi Allah ditentukan oleh tingkat ketakwaan masing-masing orang. Keberagaman bangsa dan suku merupakan sarana untuk saling mengenal antarbangsa dengan bangsa lain; antarsuku dengan suku lain; antarpribadi dengan pribadi lain.
Mengenali kondisi fisik, pemikiran, dan kepribadian seseorang akan mempengaruhi penyikapan terhadap orang itu. Diawali kegiatan saling mengenal akan muncul sikap saling memahami. Karena adanya pemahaman terhadap orang lain akan muncul sikap saling membantu.
Ta’awun, Saling Membantu
“… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksanya” (Al-Maidah/5:20)
Setiap orang mempunyai masalah; di antara permasalahan yang dihadapinya ada yang bisa diselesaikan sendiri dan ada pula yang memerlukan keterlibatan orang lain untuk mempermudah penyelesaiannya. Dengan kesadaran bahwa manusia adalah makhluk sosial—setiap orang saling memiliki ketergantungan dengan orang lain—akan muncullah sikap saling membantu.
Orang miskin misalnya, memerlukan harta; orang tersesat memerlukan petunjuk; dan orang yang berada dalam kegelapan memerlukan cahaya penerang. Dengan memenuhi keperluan orang yang membutuhkan, insyaallah akan muncul kelembutan hati orang yang dibantu atau yang membantu, sehingga memungkinkan terwujudnya ukhuwah.
Ta’liful Qulub, Saling Mempertautkan Hati
“… Dialah yang memperkuatmu dengan pertolonganNya dan dengan para mukminin, dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka; akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Anfal/8:62-63)
Dari ayat ini bisa dilihat bahwa bagaimanapun kita berusaha untuk mempersatukan hati manusia, maka kekuatan Ilahi-lah yang sebenarnya mampu melakukannya. Oleh sebab itu walaupun kita telah berusaha membantu orang lain tetapi hati mereka tetap keras, maka berdoa kepada Allah agar Dia berkenan melembutkan hati mereka merupakan upaya lain yang harus dilakukan untuk menyatukan hati.
Semoga Allah menyatukan hati kita, sehingga ukhuwah islamiah bisa kita wujudkan, amin! (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni