Mahasiswa STIT Muhammadiyah Bojonegoro Praktik Membatik
Mahasiswa STIT Muhammadiyah Bojonegoro dari Program Studi PIAUD praktik membatik di Kelompok Batik Sambiloto. Praktik ini benar-benar seru!
Tagar.co – Di bawah langit biru yang cerah di Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, Bojonegoro, terdengar tawa riang dari sekelompok mahasiswa.
Mereka bukan hanya datang untuk belajar, tapi untuk merasakan langsung bagaimana dunia batik menyentuh kehidupan sehari-hari. Ini adalah momen di mana Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) STIT Muhammadiyah Bojonegoro mencoba menghidupkan semangat entrepreneurship di kalangan anak muda mereka.
Dengan tema “Internalisasi Edupreneurship Mahasiswa Berbasis Praktik,” acara ini diharapkan bisa membakar semangat kewirausahaan di hati setiap mahasiswa.
Sriyanti, M.Pd.I, dosen pengampu mata kuliah Edupreneurship yang akrab disapa Bu Yanti, dengan penuh semangat menjelaskan pentingnya mahasiswa untuk tidak hanya menguasai teori, tapi juga praktik dalam dunia bisnis dan pendidikan.
Tampil sebagai pembicara, Mulyani, Ketua Kelompok Batik Sambiloto, bukan hanya memberikan materi, tapi juga menginspirasi dengan cerita perjalanan usahanya.
Dari cara menciptakan pola batik, memilih kain yang tepat, sampai bagaimana menjaga warna batik agar tetap cerah, semua disampaikan dengan penuh kehangatan dan kesabaran.
Praktek Membatik
Kemudian, mahasiswa dibawa ke lantai produksi. Di sana, mereka tidak hanya melihat, tapi juga berpraktik langsung. Lutfia Ulul Afifah cerita dengan wajah cerah, “Awalnya saya khawatir warna akan belepotan, tapi ternyata tekniknya benar-benar bisa membuat batik kami tampak indah.”
Sementara itu, Ulimah berkisah, “Praktik ini benar-benar seru. Kami belajar teknik mencanting, mewarna, sampai ecoprint dengan bahan daun-daunan.”
Pendidikan yang Hidup
Acara ini tidak sekadar tentang membatik. Ini adalah tentang bagaimana pendidikan bisa hidup melalui praktek dan kreativitas. Bu Yanti, dengan mata yang berkilau, mengamati mahasiswanya yang sedang asyik bekerja. “Dengan ini, mereka bisa mengajarkan anak-anak tentang seni, budaya, dan kewirausahaan,” katanya dengan bangga.
Acara ini menutup dengan cerita-cerita tentang bagaimana setiap mahasiswa membawa pulang bukan hanya batik, tapi juga semangat untuk mengimplementasikan apa yang mereka pelajari ke dalam dunia pendidikan anak usia dini.
Di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhammadiyah Bojonegoro alias Stitmubo, wirausaha dan pendidikan bertemu dalam sebuah cerita yang penuh warna, harapan, dan inspirasi. (#)
Jurnalis Aulia Singa Zanki Penyunting Mohammad Nurfatoni