Sekjen MUI: Memperkuat Bahasa Indonesia untuk Memajukan Peradaban Bangsa
Sekjen MUI Dr. Amirsyah Tambunan mengatakan memperkuat bahasa Indonesia sama artinya dengan memajukan peradaban bangsa.
Tagar.co – Bulan Oktober, yang diperingati sebagai Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia, bukan hanya tentang merayakan kata-kata, tetapi juga tentang merangkul sejarah yang telah membentuk identitas kita.
Tanggal 28 Oktober 1928, saat para pemuda dari berbagai penjuru Nusantara berikrar dalam Sumpah Pemuda, menjadi tonggak bersejarah yang menegaskan bahasa Indonesia sebagai lambang persatuan.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr. Amirsyah Tambunan menggarisbawahi pentingnya bahasa dalam memajukan peradaban bangsa. “Bahasa kita adalah cermin dari kemajuan kita,” ungkapnya, pada Tagar.co, Selasa (29/10/2024).
Menurutnya, Sumpah Pemuda berisi tiga poin utama, salah satunya adalah “Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Tapi, apa maksud dari ‘menjunjung’?
Bahasa, seperti yang dijelaskan oleh Ponco Dewi Karyaningsih dalam buku Ilmu Komunikasi (2018), memiliki dua karakteristik utama: arbitrer dan produktif.
Arbitrer, karena hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak mutlak; bisa saja kata ‘cinta’ di Indonesia tidak berarti ‘love’ dalam bahasa lain.
Produktif, karena dari kumpulan terbatas, kita bisa menciptakan ekspresi yang tak terbatas, seperti membangun peradaban dari bata-bata kata.
Dengan peringatan ini, lanjutya, kita bukan hanya merayakan kata-kata, tapi juga karakter suatu bangsa. Semakin maju bangsa kita, semakin tinggi dan santun bahasa yang kita gunakan. Perubahan dalam bahasa ini dinamis, seperti aliran sungai yang terus bergerak dan mengikis batu-batu tradisi untuk membentuk bentuk baru.
“Bahasa kita, seperti makhluk hidup, berkembang dan beradaptasi. Kosa kata baru bisa muncul secara tiba-tiba, seolah-olah dari luar angkasa, sementara kosa kata lama mungkin terlupakan, semua ini karena bahasa adalah refleksi dari perubahan masyarakat yang dinamis dan heterogen,” jelasnya.
Dengan memperkuat bahasa Indonesia, sambungnya, kita tidak hanya menjaga identitas kita, tapi juga menanam benih peradaban yang akan terus tumbuh dan berkembang. Ini bukan sekadar tentang kata-kata, tapi tentang kesatuan, kebanggaan, dan kemajuan bangsa kita. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni