Kloset Hidrolik Lansia Inovasi Mahasiswa UMM Raih Penghargaan
Kloset hidrolik untuk lansia karya inovasi mahasiswa UMM meraih Penghargaan Lomba Nasional Tahunan Rancang Bangun XIII. Terinspirasi Rumah Singgah Lansia Hizbul Wathan Malang.
Tagar.co – Di tengah kehidupan kampus yang sibuk, sekelompok mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) telah menciptakan sesuatu yang bukan hanya inovatif tetapi juga penuh kasih sayang terhadap sesama.
Ahmad Khaidir Ali, bersama timnya, melahirkan sebuah karya yang menyentuh hati banyak orang, yaitu kloset duduk hidrolik yang ramah lansia. Inovasi ini tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai bukti cinta dan perhatian terhadap para lansia, yang sering kali menghadapi kesulitan dalam aktivitas sehari-hari.
Ahmad, begitu dia akrab disapa, dengan senyum hangatnya, mendapatkan inspirasi ini dari kunjungannya ke Rumah Singgah Lansia Hizbul Wathan Malang.
“Mereka berbicara, kami mendengarkan, dan dari situ lahirlah ide untuk membuat sesuatu yang bisa meringankan beban mereka,” ungkap Ahmad, dengan mata berbinar penuh semangat, Jumat 25 Oktober 2024.
Kloset duduk hidrolik ini didesain dengan penuh perhitungan. Setiap aspek dari kemampuan naik-turun menggunakan sistem hidrolik, hingga pemilihan material yang tahan korosi, dipikirkan untuk memberikan kenyamanan maksimal.
“Kami ingin inovasi ini bisa bertahan lama, melawan kelembaban dan korosi, sehingga bisa diandalkan dalam jangka waktu yang panjang,” kata Ahmad, menambahkan detail teknis yang menunjukkan perhatian besar pada kualitas.
Raih Penghargaan
Karya ini kemudian membawa Ahmad dan timnya melanglang buana hingga ke Ternate, Maluku Utara, untuk mengikuti Lomba Nasional Tahunan Rancang Bangun (LNT-RBM) XIII. Di sana, kloset duduk hidrolik mereka berhasil merebut hati para juri dan meraih penghargaan “Best Functionality”, sebuah prestasi yang membanggakan bagi mereka dan almamaternya.
Namun, perjalanan ini tidak selalu mulus. Ahmad berbagi tentang tantangan dalam menghitung komposisi material dan memastikan ketahanan alat ini. “Kami sempat berada di persimpangan, tapi dukungan penuh dari UMM dan bimbingan dari dosen Iis Siti Aisyah, kami temukan jalan keluar,” kenangnya dengan penuh syukur.
Keberhasilan ini tidak hanya menjadi milik Ahmad dan tim, tetapi juga harapan baru bagi para lansia dan siapapun yang memerlukan bantuan mobilitas. Ahmad berharap, inovasi ini dapat segera dimanfaatkan secara luas, dan mahasiswa lainnya terinspirasi untuk menciptakan lebih banyak inovasi yang tak hanya cerdas secara teknologi, tapi juga kaya akan empati.
Di akhir cerita ini, kita tak hanya melihat sebuah alat, tapi juga sebuah simbol dari perhatian dan inovasi yang lahir dari kampus, yang mungkin saja, bisa mengubah cara kita melihat dan merawat generasi yang telah lebih dulu melangkah di bumi ini. (*)
Penyunting Mohammad Nurfatoni