Mengekalkan Inspirasi dengan Menulis Profil Sekolah
Mengekalkan inspirasi dan kebaikan bisa dilakukan dengan menuliskannya di media digital dan konvensional. Seperti yang dilakukan sekolah Muhammadiyah se-Kabupaten Gresik dengan menulis profilnya.
Tagar.co – Berkemeja lengan panjang warna hitam dan bercelana warna krem, Mohammad Nurfatoni hadir di tengah 139 peserta yang terdiri dari kepala sekolah dan guru.
Mereka berasal dari 71 sekolah dan madrasah Muhammadiyah se-Kabupaten Gresik yang sedang mengikuti workshop penulisan naskah profil sekolah dan madrasah.
Acara digelar oleh Majelis Dikdasmen dan Pendidikan Nonformal Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik, di Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik, Selasa (1/10/2024).
Sejarah Baru
Fatoni awalnya memotivasi, kalau naskah profil sekolah Muhammadiyah se-Kabupaten Gresik terwujud, ini jadi sejarah baru. “Hari ini kita akan membuat sejarah, sekolah Muhammadiyah punya profil sekolah masing-masing,” ujarnya.
Direktur Penerbit Kanzun Book ini lantas bertanya retorik, “Mengapa perlu menulis profil sekolah?”
Baca juga: Profil Sekolah Muhammadiyah Se-Kabupaten Gresik sebagai Product Knowledge
Menurutnya, naskah profil sekolah ini dokumen bersejarah. Kepala sekolah yang menjabat, menghasilkan dokumen bersejarah ketika dia memimpin sekolah ini. “Maka cepat diselesaikan,” tuturnya sambil tertawa.
Kakek dua cucu ini menegaskan, “Tulislah, maka engkau akan mengabadi. Kalau kita tidak menulis profil sekolah, sekolah kita tidak banyak yang mengetahui dan mengenang. Meskipun, misal sekolah itu tidak ada, tapi jejaknya masih ada karena kita tulis.”
Anggota Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Gresik ini menegaskan, sekarang kita bisa menulis dalam dua versi, yaitu fisik dan digital. Bentuk fisik sebagai dokumentasi yang dibaca secara konvensional. Namun kini banyak yang memilih membaca versi digital.
Potongan surat Al-Bayyinah ayat 8 dia kaitkan dengan itu, yaitu khalidina fihaabadan yang berarti mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Menurut Fatoni, khalidina fihaabadan tidak hanya berlaku kelak di akhirat. Di internet juga demikian sebab ada jejak digital akan kekal di internet. “Meskipun kita hapus, taka tak akan hilang seluruhnya karena orang lain sudah mengunduhnya dan atau memuat ulang di platform digital miliknya,” katanya.
Dia lalu memberi contoh unggahan-uanggahan akun Fufufafa di platform Kaskus. Kontens yang dibuat sejak 2014 silam itu, kini jejaknya masih ada. “Sekalipun sebagian sudah dihapus, tapi orang lain sudah screenshoot,” katanya
Fatoni lantas mengingatkan, keburukan atau hal-hal jelek seperti konten Fufufafa jangan diabadikan di internet. “Mari kita buat jejak yang positif, yakni dengan membuat profil sekolah. Kita tulis lengkap, ada foto, teks, dan infografis. Pertama, kita upload di medsos dan internet. Kedua, kita cetak,” ajaknya.
Dengan mengunggah di internet, ia meyakini, jejak sekolah Muhammadiyah se-Kabupaten Gresik akan mengabadi. Kemudian ia kembali melontarkan pertanyaan retorik, “Untuk sekolah yang murid-muridnya sudah inden, apa tetap perlu menulis profil sekolah?”
Ia menegaskan, semua tetap harus menulis profil sekolah. Sebab, ada tiga fungsinya. Pertama, ini sebagai dokumentasi yang meninggalkan jejak sejarah.
Kedua, sebagai bagian dari branding dan pemasaran sekolah agar lebih dikenal sehingga berpotensi mendapatkanbanyak murid.
Ketiga sebagai bentuk tanggung jawab sekolah yang sudah maju dan banyak muridnya untuk menginspirasi sekolah lain.
Fatoni tidak hadir sendiri sebagai narasumber. Dia datang bersama dua anggota tim, yaitu Ichwan Arif (guru SMP Muhammadiyah 12 Gresik) dan Sayyidah Nuriyah (guru SD Muhammadiyah 1 GKB), dalam penyampaian materi dan pendampingan saat praktik penulisan.
Tak hanya itu mereka juga akan melanjutkan tugas dengan membantu proses penyuntingan tiap naskah profil sekolah dari masing-masing lembaga pendidikan sehingga memenuhi standar penulisan yang baik. (#)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah