Nasyiah Brondong Belajar Seluk Beluk Pembuatan Kerupuk

0
Nasyiah Brondong studi tiru ke UD Abidzar untuk belajar pembuatan kerupuk ikan khas Ujungpangkah, Gresik. Antusiasme peserta tidak terbendung. Berbagai pertanyaan dilontarkan, agar sukses menekuni bidang kewirausahaan.

Kader Nasyiah Brondong foto bersama usai kegiatan (Tagar.co/Nely Izzatul)

Nasyiah Brondong studi tiru ke UD Abidzar untuk belajar pembuatan kerupuk ikan khas Ujungpangkah, Gresik. Antusiasme peserta tidak terbendung. Berbagai pertanyaan dilontarkan, agar sukses menekuni bidang kewirausahaan.
Kader Nasyiah Brondong foto bersama usai studi tiru. (Tagar.co/Nely Izzatul)

Nasyiah Brondong studi tiru ke UD Abidzar untuk belajar pembuatan kerupuk ikan khas Ujungpangkah, Gresik. Antusiasme peserta tidak terbendung. Berbagai pertanyaan dilontarkan, agar sukses menekuni bidang kewirausahaan.

Tagar.co — Tiga mobil elf beriringan menyusuri Jalan Raya Daendels pada Jumat (27/9/2024) pagi, membawa rombongan kader Nasyiatul Aisyiyah se-Cabang Brondong menuju Dusun Krajan, Pangkahkulon, Ujungpangkah, Gresik, Jawa Timur.

Tepat pukul 09.05 WIB, tiga elf tersebut tiba di tujuan dan parkir di halaman gedung TPQ Islamiyah Ujungpangkah. Satu persatu kader Nasyiah keluar mobil. Ada yang membawa tas tentengan, ada yang menggendong anak, membawa sound mini, banner, maupun oleh-oleh.

Sembari berjejer rapi dengan seragam khas kuning gading, mereka berjalan memasuki gang selebar satu setengah meter menuju UD Abidzar. Uluran tangan sebagai sambutan hangat diberikan Bu Tien pemilik UD Abidzar, dan Afifatun Fariyah pemilik UD Rayya Ujungpangkah.

Di depan rumah Bu Tien dan Pak Dalil—pemilik UD Abidzar—berbagai suguhan telah tersedia. Ada pisang ulin, minuman gelas kemasan, kacang tanah, dan tidak luput beberapa toples kerupuk khas buatannya.

Di UD Abidzar dengan alamat Setro Barat RT 03 RW 08 Pangkahkulon itulah, kader Nasyiah Brondong ingin menimba ilmu tentang seluk beluk pembuatan kerupuk. Tepat pukul 09.14 WIB, acara studi tiru dimulai oleh Koordinator Bidang Kader PCNA Brondong, Qurrotul Aini, S.Pd.

Anik—sapaan Qurrotul Aini—mengawali perkenalan diri dan menyampaikan maksud tujuan kader Nasyiatul Aisyiyah datang ke UD Abidzar ini, untuk studi tiru. Setelah itu, dia memberikan waktu kepada Ketua Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Brondong, Musfiroh, M.Pd. untuk menyampaikan sambutan.

Baca juga: Nasyiah Brondong Sulap Bau Amis Ikan Bernilai Rupiah

Pak Dzalil saat menyambut kader Nasyiah Brondong dan berbagi kiat-kiat produksi kerupuk ikan. (Tagar.co/Nely Izzatul)

Terpancing dan Semangat Belajar

Musfiroh mengaku terharu dan berbahagia karena Pak Dzalil menyambut dengan sangat welcome seluruh kader Nasyiatul Aisyiyah Brondong. Dia juga menyampaikan maksud untuk belajar lebih dalam tentang proses pembuatan kerupuk ikan.

“Satu hal yang kita yakini, bahwa kerupuk adalah salah satu makanan yang disukai banyak orang. Maka kita terpancing atau bersemangat untuk belajar. Semoga Allah meridai langkah kita ke depan setelah kegiatan ini,” ucapnya.

Selanjutnya, Firoh mengucapkan terima kasih kepada Bu Ifah yang pada dua bulan sebelumnya telah menemani kader Nasyiah Brondong membuat kerupuk ikan di MI Muhammadiyah 7 Sendangharjo.

“Kunjungan ini sebagai rangkaian dari ikhtiar kami untuk menseriusi dunia kewirausahaan, khususnya di bidang kerupuk. Terima kasih Bu Ifah atas bantuannya yang dengan kelapangan hati menyambut kami. Semoga kita bisa mencontoh semangat beliau. Tetap bertahan meski sudah ada UD-UD yang lain,” ucap Firoh.

Baca juga: Berperan Aktif Cegah Perkawinan Anak, PDNA Lamongan Diganjar Penghargaan

Kader Nasyiah Brondong tiba di rumah pasutri Dzalil dan Tin, pemilik UD Abidzar Ujungpangkah Gresik. (Tagar.co/Nely Izzatul)

Pahit Getir Usaha Kerupuk

Sementara itu, dengan senyum tersungging, Dzalil juga menyampaikan rasa bahagia menerima kunjungan kader Nasyiatul Aisyiyah Brondong yang tengah studi tiru.

Dengan nada optimisme, dia menyemangati kader Nasyiah bahwa tidak usah takut tersaingi dalam usaha, karena setiap tangan itu berbeda. “Gak usah takut, mari kita getok tular. Ayo kita diskusi bersama-sama membahas apa masalahnya. Usaha kerupuk kami ini juga Alhamdulillah sudah mendapatkan pendampingan dari Universitas Brawijaya,” ujarnya.

Dia menjelaskan, awal mula membuka usaha kerupuk ikan adalah dari istrinya. “Ikannya didapat dari TPI tempat bekerja ibu. Proses awal pemasaran adalah coba-coba. Beberapa teman kita kasih coba, kok menurut mereka ternyata enak, lalu mereka beli, akhirnya cocok, lalu kita produksi,” terang Dzalil.

Dia juga berbagi pengalaman pahit getir usaha kerupuk ikan. Dia mengatakan, biasanya sebagai pemula, setidaknya ada dua masalah yang sering ditemui. Pertama, ikannya terlalu segar atau ikannya terlalu basi. Kedua, takaran airnya kebanyakan, atau tidak sesuai dengan ukuran.

Usai menjelaskan banyak hal, beberapa peserta mengajukan pertanyaan. Lalu dengan sabar Dzalil memberikan jawaban. Usai tanya jawab, peserta diajak ke dapur untuk melihat proses produksi, termasuk cara mengiris kerupuk baik secara manual maupun menggunakan mesin pemotong. (#)

Jurnalis Lilik Maftuhatul Jannah Penyunting Nely Izzatul

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *