Unik, Kajian Ayah di Warung Kopi
Warung kopi biasanya untuk ngopi tapi kali ini SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik memanfaatkannya sebagai lokasi Kajian Ayah. Para ayah pun antuasias menyimak kajian di sana.
Tagar.co – Satu per satu pria berdatangan di Kafe Kopi Panggang, Sabtu (21/9/2024) pagi. Ada yang menikmati secangkir kopi panas, ada pula yang memilih segelas es teh. Jajan tempe mendoan dan kentang goreng juga tersedia.
Tak sekadar ngopi, 35 wali siswa SD Muhammadiyah 1 GKB (Mugeb School) Gresik itu duduk bersama untuk menghadiri Kajian Ayah. Ada yang memilih duduk di kursi, ada pula yang lebih nyaman duduk lesehan.
Di tempat ngopi ramah anak yang terletak di Jalan Suci, Manyar, Kabupaten Gresik, inilah mereka menyimak kajian Ustaz Drs. Najib Sulhan, M.A. Ada yang turut mengajak istri dan anaknya. Sementara sang ayah kajian, sang istri bisa memantau anak-anak yang eksplorasi area bermain.
Pada kesempatan itu, Ustaz Najib menjelaskan ‘Pola Pengasuhan Islami, Sinergi Rumah dengan Sekolah’. Sebelum penulis dan motivator nasional ini ceramah, Kepala Mugeb School Mochammad Nor Qomari, S.Si. mengajak para ayah yang hadir untuk bersama-sama belajar menjadi ayah.
“Ini kajian keempat yang dilaksanakan sebagai komitmen sekolah, pengasuhan anak tidak bisa sendiri dari rumah saja. Ini komitmen kita untuk bergandengan tangan agar putri kita sukses dunia akhirat. Ini cita-cita kita bersama,” ujar Ustaz Ari, sapaan akrabnya.
Baja juga: Dari Othello ke Panggung Kemenangan, Dua Siswa SD Mugeb Sukses di GLIS 2024
Ia juga menawarkan, “Kalau ada Kajian Ayah lagi, barangkali ada tempat atau rumah yang ingin dijadikan tempat kajian, kami terbuka melaksanakan di sana. Fokusnya kita bagaimana sinergi rumah dan sekolah untuk putra-putri saleh kita.”
Semua ikhtiar itu, lanjutnya, agar ‘gelas kosong’ mereka, terkait bagaimana pengasuhan untuk anak-anak, sama-sama terisi. “Semoga Allah meridai yang kita ikhtiarkan, semua berimbas kepada putra- putri saleh kita,” harap bapak tiga anak itu.
Pemilihan lokasi ini pun mendapat respon positif dari penceramah. “Ini saya kehormatan diundang di sini. Baru di sini ini saya kegiatan kajian di kafe,” ujar Najib.
Pentingnya Visi Hidup
Ketua PCM Mulyorejo Surabaya ini mengawali materinya dengan mengajak para ayah mengingat kembali tujuan hidupnya. Melalui surat Al-Hasyr ayat 18, ia mengajak ayah untuk merencanakan untuk esok.
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلۡتَـنۡظُرۡ نَـفۡسٌ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٍ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَؕ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيۡرٌۢ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (Akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Najib menegaskan, “Ayat ini indah, dimulai dan ditutup dengan kata takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah tahu apa yang kita kerjakan.”
Ia lantas mengisahkan tatkala Rasulullah bersama Abu Dzar Ghiffari, sahabat Nabi Muhammad yang paling awal masuk Islam (assabiqunal awwalun). “Sebelum masuk Islam suka merampok, setelah masuk Islam perubahannya sangat bagus,” ungkap penulis buku Anakku Penyejuk Jiwaku, Pola Pengasuhan Islami untuk Membangun Karakter Positif Anak.
Baca juga: Siswa SD Membuat dan Menjual Tempe Karakter
Saat itu Rasulullah memberikan nasihat, “Perbaiki kapalmu karena sesungguhnya lautan itu dalam.”
Dari nasihat itu, Najib mengungkap, Rasulullah kalau berpesan kepada sahabatnya pakai bahasa indah. “Kapal punya makna diri dan keluarga kita. Ini berlaku sampai nanti ke suatu tujuan,” ujarnya.
Ia pun teringat ketika 2007 lalu mendesain konsep sekolah karakter. Fasilitator pendidikan karakter nasional ini pun menemui fakta di balik ramai ujian Nasional kala itu. Sekolah mencari soal Ujian Nasional, anak dilatih mengerjakan.
Dari fenomena itu, penulis buku berjudul ‘Pendidikan Berbasis Karakter’ ini meyakini, suatu ketika rapot tidak dilirik. “Memang ada tapi oleh orang tua tidak dilirik. Rapot ada kepalsuan. Yang dibutuhkan suatu ketika ada tiga: moral, potensi, dan value,” tegasnya.
Karena inilah ia diminta Dinas Pendidikan Kota Surabaya mendampingi dan membuat modul. “Jangan sampai dalam mendidik anak hanya terjebak nilai di rapot,” tuturnya.
Ia lalu mengutip Ibnu Malik, “Ajarkan adab moral karakter sebelum kau ajarkan ilmu pengetahuan. Ketika itu dilakukan dengan sebaik-baiknya, anak akan baik!”
Tujuan Hidup Sesungguhnya
Sesungguhnya apa tujuan kita hidup? Pertanyaan retorik ini ia lontarkan di hadapan 35 ayah yang hadir.
Sebelum menjawab, ia menyatakan sangat bangga terhadap ayahnya. “Kerjanya marbot masjid, hanya membersihkan masjid dan adzan. Dari masjid ke masjid hanya membersihkan masjid. Ketika bapak adzan, saya main di situ. Ibu saya jual nasi pecel, anaknya pascasarjana,” kenangnya.
Najib meyakini, doa bapaknya penting. Pada ilmu yang ia miliki, ada doa sang ayah di baliknya. “Karena doa itu dilakukan bapak. Di Al-Quran yang berdoa bapak,” imbuh pria lulusan Maskumambang, Dukun, Gresik itu.
Pun ketika ia tidak bisa ambil rapot karena belum terbayar, sang ibu hadir di sisinya. “Nggak usah sedih, itu tanggung jawab Mak,” kenangnya.
Dari sinilah ia menegaskan, anak hebat karena orangtuanya terlibat. “Pertama, doanya kuat. Bukan sekadar uangnya. Keterlibatan dampaknya lebih dahsyat!” ujarnya.
Adapun visi dan tujuan hidup kita, lanjutnya, ada dalam Al-Quran Al-Hasyr ayat 18. “Visi kita menjadi hamba Allah yang bertaqwa!” ungkapnya.
Adapun tujuan Allah menciptakan manusia disebutkan dalam Adz-Dzariyat ayat 56. “Untuk menggapai visi, kewajiban kita beribadah. Dalam berkeluarga juga beribadah. Beribadah itu tujuan Allah menciptakan,” jelas Najib.
Lalu apa tujuan hidup manusia? “Rabbana aatina fiddunya hasanah wa fil-akhirati hasanah, wa qinaa adzabannaari. Menjadi hamba Allah yang hidupnya bahagia dunia akhirat,” ungkapnya.
Menjadi Hamba Bahagia
Pertanyaan retorik lagi-lagi Najib lontarkan. Bagaimana menjadi hamba Allah yang bahagia? Siapa pemilik kebagian itu? Apakah menjamin orang yang duitnya banyak, gelarnya profesor, dan punya jabatan tinggi itu bahagia?
“Bahagia ada di dalam hati. Orang yang bisa menjaga hati, bisa bahagia. Memandang semua dengan positif, selalu bersyukur. Di dalam diri kita ada pengendalinya, hati,” ujar Najib.
Ia lalu menukil hadist Bukhari Muslim, “Ala inna fil jasad mudhgah Idza saluhat saluha jazadukuluhu waidza fasadat fasada jasadukuluhu ala wa hiyal qalbu.”
Artinya, “Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya.Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama kalbu.”
Dengan senyuman ia mengajak, “Ambil remot kontrol itu agar kita bahagia. Kita coba bagaimana pola pengasuhan Islami agar anak kita bahagia dunia akhirat!”
Ia pun menekankan, “Kalau kita terlibat, Insyallah anak tumbuh hebat. Kalau kita meremehkan pendidikan jangan harap anak tumbuh hebat.” (#)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni