Kisah Muhammad bin Abdurrahman Al-Auqash, Cacat sejak Lahir Berhasil Jadi Hakim Agung
Muhammad bin Abdurrahman Al-Auqash, seorang yang terlahir cacat, lehernya sangat pendek, dikisahkan Ustaz Fida’ dalam Pengajian di Musala Pesantren An-Nur Payaman, Solokuro, Lamongan, Jawa Timur.
Tagar.co – Sebanyak 300 orang tampak khusyuk menyimak Pengajian Agama Islam yang berlangsung di Musala Pesantren An-Nur Payaman, Solokuro, Lamongan, Jawa Timur pada Kamis malam Jumat (19/9/2024).
Mereka merupakan anggota Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Payaman, kader Aisyiyah danNasyiatul Aisyiyah, para tokoh, jemaah Pesantren An-Nur, maupun tetangga kanan dan kiri musala.
Berbeda dari hari-hari biasanya, pengajian ini penuh peserta sehingga meluber sampai ke teras danhalaman. Jalan di sekeliling musala pun dipenuhi berbagai jenis dan merek motor yang terparkir.
Biasanya, kegiatan taklim yang rutin diselenggarakan setiap selesai salat Isya, hanya diikuti sekitar satu saf jemaah pria dan dua setengah saf jemaah wanita. Namun malam itu, jemaah tampak berjubel sampai di emperan.
Baca juga: Kisah Mush’ab bin Umair, Pemuda Tampan yang Sukses Mengemban Tugas dari Rasulullah
Usai jemaah Magrib, tampak satu per satu kader muda Nasyiatul Aisyiyah berseragam kuning gading datang berduyun-duyun menuju Musala Pesantren An-Nur. Mereka lalu duduk kemudian bertadarus membaca Al-Qur’an bersama hingga menjelang Isya.
Jelang Isya, jemaah pun bertambah banyak, ketika ibu-ibu berseragam batik hijau mulai berdatangan dengan menenteng tas atau mukenadi tangan. Kemudian mereka membaur begitu saja dalam barisan saf dan bersiap melaksanakan salat isya berjemaah.
Jangan Menjadi Orang yang Tak Paham Agama
Usai salat, mereka serius mendengarkan pengajian yang disampaikan oleh KH Fida’ Assiddiq, S.T., salah satu Pengasuh Pondok Pesantren Karangasem Paciran, Lamongan.
Ustaz Fida’, sapaan akrabnya, menjelaskan, kita tidak boleh menjadi orang bodoh, kita tidak boleh tidak paham tentang agama, karena tidak sama antara orang bodoh dengan orang pintar, yakni kal a’ma wal bashir seperti orang yang buta dan orang melihat.
“Orang itu ada yang senang dengan sesuatu yang di luar tubuhnya. Ia suka mobil, ia suka rumah mewah, ia suka harta, padahal itu mudah diambil oleh Allah Swt,” katanya.
“Tidak layak orang menyombongkan sesuatu yang tak melekat di dirinya, sedangkan itu adalah pemberian Allah,” imbuhnya.
Baca juga: Teriakan Cinta Samnun Pembohong
Dia mengatakan, ada juga orang yang bangga dengan kesenangan, yang sesuatu itu melekat pada dirinya, seperti sehat, panjang umur, padahal itu juga mudah diambil oleh Allah.
“Orang sehat bisa diambil Allah nur (cahaya)-nya, makanya wajahnya jadi pucat, diambil kenikmatan diri dan rasanya, diambil dosanya. Ketika ia mau sehat dikembalikan nur-nya, kenikmatannya, kecuali dosanya bagi yang sabar,” paparnya.
Dia menambahkan, maka kenikmatan tertinggi adalah ketenangan hati, nikmatnya hidup diisi ketaatan, ibadah, mengaji, menuntut ilmu dan lain sebagainya. “Sesungguhnya orang yang dikehendaki baik oleh Allah maka diteguhkan pada agama yakni yufaqqihu fiddin,” ucapnya.
Kisah Muhammad bin Abdurrahman Al–Auqash
Ustaz Fida’ bercerita tentang Muhammad bin Abdurrahman Al-Auqash, seseorang yang cacat sejak lahir. Ia memiliki leher yang sangat pendek sampai masuk ke badannya sehingga kedua bahunya menonjol keluar, seakan-akan dua mata tombak.
“Lalu dengan penuh perhatian dan kasih sayang ibunya berfatwa menyemangati: Anakku dengan keadaanmu ini, kamu nanti hanya akan jadi bahan tertawaan dan direndahkan manusia (jangan putus asa), maka tuntutlah ilmu Allah akan mengangkatmu,” ujar Ustaz Fida’ mengisahkan.
Banyak yang meremehkan Muhammad bin Abdurrahman Al-Auqash dalam menuntut ilmu. Tetapi ia terus bersemangat, bahkan sebagian umurnya di masa muda dihabiskan untuk menuntut ilmu.
Di kemudian hari ia menjadi Hakim Agung Makkah selama 20 tahun. Setiap orang yang bermasalah ketika dihadapkan padanya pasti menangis dan kakinya serasa lumpuh, sedang orang yang benar akan tenang, karena akan mendapatkan keadilan.
Baca juga: Kisah Warga NU Dimuhammadiyahkan secara Massal oleh Pak AR
Ustaz Fida’ pun berpesan kepada seluruh jemaah agar senantiasa ikhlas karena Allah karena Allah akan mencatat dan melipat gandakan. Ia juga mengutip ayat Al-Qur’an Surat Hud Ayat 15
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
“Jangan kotori niatan kebaikan dan amal kita dengan tujuan dunia. Hindari riya agar amal tidak hangus,” pesannya.
Dia juga menyampaikan, bahwa K.H. Ahmad Dahlan adalah teladan kita dalam ikhlas. Salah satu petuahnya yang menunjukkan ketinggian ajaran keikhlasan adalah Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.
“Kalau orang itu tidak ikhlas, dijamin tidak akan dapat melakukan nasihat itu. Mudah-mudahan kita dimudahkan untuk ikhlas dalam beramal, berjihad dan menuntun ilmu,” pungkasnya. (#)
Jurnalis Fadlan Penyunting Nely Izzatul