Tagar.co

Home » Havelda Fitriana Telah Pergi untuk Selamanya, Kisah Perjuangan Melawan Meningitis 
Dukung Havelda Fitriana, siswa MTs Muhammadiyah 2 Pondok Karangasem Paciran Lamongan yang sedang berjuang melawan penyakit Meningitis, infeksi yang menyerang selaput otak dan sumsum tulang belakang

Havelda Fitriana Telah Pergi untuk Selamanya, Kisah Perjuangan Melawan Meningitis 

Dukung Havelda Fitriana, siswa MTs Muhammadiyah 2 Pondok Karangasem Paciran Lamongan yang sedang berjuang melawan penyakit Meningitis, infeksi yang menyerang selaput otak dan sumsum tulang belakang
Havelda Fitriana (Tagar.co/Istimewa)

Havelda Fitriana, siswa Madtsamuda yang telah berjuang melawan penyakit Meningitis itu akhirnya berpulang. Siswa penyuka pelajaran Bahasa Inggris itu meninggal pada 11 September 2024. Keluarga, guru, teman, dan kita berduka.

Tagar.co – Pagi itu tidak seperti biasanya. Meskipun matahari menyinari cukup hangat untuk menjalani hari, tapi berita duka yang diumumkan oleh Millazul Faida, M.Pd., pada Rabu, 11 September 2024 membuat suasana berubah melo. Setelah jemaah salat Duha, Kepala MTs Muhammadiyah 2 Pondok Karangasem Paciran Lamongan (Madtsamuda) itu, dengan mata sembab menyampaikan berita yang menyayat hati.

“Innalillahi wainnailaihi rajiun,” awalnya dia membuka pengumuman tersebut. “Anak-anak ada berita duka dari teman kita Havelda Fitriana kelas 9 ACP. Hari ini, ia telah meninggal dunia. Umur tidak ada yang tahu. Mari kita doakan teman kita semua, semoga Allah Swt mengampuni segala kesalahannya dan terima kasih bagi anak-anak yang telah ikut berdonasi, insyaallah akan menjadi amal kalian.”

Berita sebelumnya: Dukung Havelda Fitriana Berjuang Melawan Penyakit Meningitis

Havelda Fitriana, gadis berusia 15 tahun, meninggal dunia setelah berjuang melawan Meningitis, sebuah penyakit yang dikenal sebagai radang selaput otak dan dapat menyerang dengan cepat. Kabar kepergiannya membawa kesedihan mendalam bagi keluarga, teman-teman, guru, dan seluruh komunitas sekolah.

Awal Mula Perjuangan

Perjalanan Havelda dalam menghadapi meningitis dimulai dari sering batuk. Temannya, Sufaira, menceritakan bahwa Havelda awalnya menganggap batuknya itu biasa. Namun, kondisinya memburuk setelah dibawa ke Rumah Sakit Arsy Paciran, di mana dokter mendiagnosisnya dengan Tuberkulosis (TBC) paru-paru.

Setelah beberapa waktu opname, Havelda bisa dirawat jalan di rumahnya di Desa Payaman, Kecamatan Solokuro. Namun, kesehatannya terus menurun hingga akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Setelah serangkaian tes, dokter menyatakan bahwa Havelda menderita Meningitis, yang disebabkan oleh virus TBC yang terlambat ditangani.

Meskipun dalam kondisi yang lemah, Havelda tetap berusaha untuk tetap kuat dan optimis. Dua hari sebelum meninggal, keluarganya mengirimkan kabar bahwa Havelda mulai sadar, membuat para guru di Madtsamuda merasa senang dan bersyukur. 

Namun, meningitis yang ia derita berkembang sangat cepat, menyebabkan komplikasi serius. Kondisinya memburuk drastis, dan meskipun tim medis berusaha keras, Havelda menghembuskan napas terakhirnya setelah salat Subuh pada Rabu, 11 September 2024, di ruang perawatan intensif, didampingi oleh keluarganya.

Kehilangan yang Mendalam bagi Teman dan Guru

Kabar duka ini segera menyebar di Madtsamuda, menyelimuti sekolah dengan suasana duka. Banyak teman Havelda yang tidak percaya akan kepergian gadis yang suka pelajaran Bahasa Inggris ini. “Biasanya pulang sekolah kami bertiga, aku, Aisy dan Havelda. Saya sangat kehilangan Havelda, setiap jalan sepulang sekolah ke panti kami selalu cerita banyak hal,” ujar Sufaira, menahan tangis.

Guru-guru dan teman sekelasnya ikut menyalatkan Havelda di Masjid Al Jihad Payaman. Guru laki-laki mengantarkan jenazah ke persinggahan terakhirnya, sementara guru perempuan dan teman sekelas berkunjung ke rumahnya. Ibu dan keluarga Havelda tidak lelah-lelahnya meminta maaf atas segala kesalahan Havelda dan mengucapkan terima kasih kepada Madtsamuda dan semua yang telah peduli.

“Saya tidak bisa membalas satu persatu, semoga Allah swt membalas kebaikan MTs dan orang-orang yang peduli dengan anak saya,” ujar Uswatin, ibu Havelda, dengan mata sembab.

Meskipun Havelda telah pergi, kenangan tentangnya akan tetap hidup di hati keluarga, teman-teman, dan guru-gurunya. Sosoknya yang tidak banyak tingkah dan penurut akan selalu dikenang. Selamat jalan, Havelda. Perjuanganmu telah usai, namun inspirasimu akan terus hidup. (#)

Jurnalis Zulfatus Salima Penyunting Mohammad Nurfatoni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *