Tagar.co

Home » Idealis Versus Oportunis
Idealis atau oportunis menjadi pilihan sikap seseorang di kala menghadapi suatu permasalahan hidup. Ada titik persimpangan jalan. Berpegang teguh pada prinsip atau mengambil keuntungan dari kesempatan yang ada.
Idealis atau oportunis menjadi pilihan sikap seseorang di kala menghadapi suatu permasalahan hidup. Ada titik persimpangan jalan. Berpegang teguh pada prinsip atau mengambil keuntungan dari kesempatan yang ada.
Idealis versus opportunas (Ilustrasi AI/Grok-X)

Idealis atau oportunis menjadi pilihan sikap seseorang di kala menghadapi suatu permasalahan hidup. Ada titik persimpangan jalan. Berpegang teguh pada prinsip atau mengambil keuntungan dari kesempatan yang ada.

Opini oleh dr. Mohamad Isa, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Tagar.co – Di kala menghadapi suatu pilihan dalam penyelesaian suatu masalah, akan ada titik persimpangan pilihan. Mau pilih pendekatan model yang idealis atau oportunis. Ini pilihan, yang harus dipilih. Sulit? 

Idealis adalah sifat seseorang dengan kepribadian yang berpegang teguh pada prinsip atau ide yang dianutnya berdasarkan pengalaman empiris yang unik, pikiran, dan cita-cita tinggi untuk mencapai hasil maksimal.

Oportunis yaitu sifat orang yang paham dan semata-mata hendak mengambil keuntungan untuk diri sendiri dari kesempatan yang ada tanpa berpegang pada prinsip tertentu. 

Baca juga: Kekuasaan dan Etika, Hikmah dari Ujian Calon Dokter

Pilihan itu dipilih sesuai dengan hati nurani dan kepribadian yang dimiliki. Ada yang merasa nyaman hidupnya dengan memilih sifat idealisnya, tapi ada juga yang nyaman dengan sifat oportunisnya.

Para pejuang negara, pemimpin negara, pegawai negeri, polisi, tentara, politikus, guru, dokter, kepala rumah tangga, tidak sedikit yang bekerja dan berkarya dengan idealisme yang dimiliki. Mereka bisa merasa senang dan tenang hidupnya pada pilihan cara yang dipilihnya.  

Ada dampak yang didapat dengan pilihan ini, bisa dalam bentuk hidup yang sederhana bahkan bisa ‘dikucilkan’ dengan orang yang tidak sepaham dan bahkan bisa dipenjara/dibunuh.

Pengalaman Mengabdi di Daerah Terpencil

Periode tahun 1980-1993, semua dokter diwajibkan mengikuti Program Dokter Inpres (Instruksi Presiden). 

Dengan bekal surat keputusan (SK) dari negara, masing-masing bertugas di seluruh pelosok wilayah Indonesia. Ada daerah sangat terpencil, terpencil, tidak terpencil. Dengan bekal idealis yang dimiliki, para dokter bekerja penuh semangat dan dedikasi pada kondisi lingkungan yang ada. 

Penulis sendiri tahun 1988 bertugas sebagai Kepala Puskesmas/Dokter Inpres Puskesmas Wera Timur, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Di daerah yang terpencil saat itu. 

Tinggal di rumah dinas dokter puskesmas, belum ada air ledeng dan listrik, dengan jalan dan jembatan belum sempurna. Kami jalani tugas ini dengan rasa bangga dan senang sebagai bagian pengabdian pada negara.

Oportunis

Ada juga orang yang bekerja dan berkarya dengan model oportunis. Orang Oportunis, mencari dan memanfaat kesempatan untuk kepentingan dirinya. Ada istilah aji mumpung. Mumpung masih punya orang yang dikenal, dipercaya, dan punya kekuasaan.

Pilihan sifat ini cenderung bersifat instan, tidak melalui jenjang yang dilalui sebagai mana biasanya. Menggunakan fasilitas yang seharusnya belum haknya. Ada dampak yang bisa didapat dari model oportunis ini yaitu bisa hidup dalam kemewahan. Namun bisa juga terpeleset, bahkan berurusan dengan hukum karena cara oportunis yang dipilihnya.

Kedua sifat ini jadi pilihan dalam menjalani kehidupan ini. Ada yang dulu sangat idealis, waktu berjalan bisa berubah jadi seorang yang oportunis dan sebaliknya.

Ada konsekuensi masing-masing yang siap diterima. 

Hidup adalah pilihan (life is a choice) (#)

Banjarmasin,13 September 2024.

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *