Tagar.co

Home » Firaun, Simbol Penguasa Sewenang-wenang
Siapakah Firaun? Bagaimana karakter kekuasaan Firaun? Mengapa Firaun bermaksud membunuh semua bayi laki-laki? Bagaimana akhir kekuasaannya?

Firaun, Simbol Penguasa Sewenang-wenang

Siapakah Firaun? Bagaimana karakter kekuasaan Firaun? Mengapa Firaun bermaksud membunuh semua bayi laki-laki? Bagaimana akhir kekuasaannya?
Topeng emas firaun Mesir Tutankhamun. Topeng ini ditemukan di makam Firaun Mesir, Tutankhamun. Firaun, Simbol Penguasa Sewenang-wenang (Britannica via kompas.com)

Siapakah Firaun? Bagaimana karakter kekuasaan Firaun? Mengapa Firaun bermaksud membunuh semua bayi laki-laki? Bagaimana akhir kekuasaannya? Adakah Firaun masa kini?

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM). 

Tagar.co – Firaun merupakan gelar yang diberikan kepada raja-raja Mesir kuno (Ensiklopedi Umum, Yayasan Kanisius, 1977). Kata Firaun disebut sebanyak 74 kali dalam Al-Qur’an, beberapa di antaranya: Al-Baqarah/2:49,50; Ali-Imran/3:11; Al-A’raf/7:103.

Fir’aun yang hidup semasa Nabi Musa alaihissalam adalah Ramses II, yang memerintah Mesir dari 1304-1237 sebelum Masehi (Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, 1992). 

Banyak kisah-kisah menarik yang bisa kita dapatkan dari Al-Qur’an tentang Firaun. Di antaranya tentang kisah mimpi Firaun. Suatu waktu Firaun bermimpi melihat api keluar dari Baitulmaqdis dan masuk ke setiap rumah orang Qitbi, kecuali rumah orang bani Israel. Ahli takwil (tafsir) mimpi mengatakan bahwa kekuasaan kerajaan akan jatuh ke tangan seorang dari bani Israel (Tafsir Ibnu Katsir).

Karena mimpi itu Firaun mengadakan razia terhadap setiap bayi laki-laki yang lahir. Mereka akan dibunuh. sedangkan bayi perempuan tetap dibiarkan hidup (Al-Baqarah/2;49; Al-A’raf/7:141; Ibrahim/14:6). Tetapi di luar perhitungan Fir’aun bayi laki-laki yang ditakutkan kedatangannya itu (Musa kecil), justru dibesarkan di lingkungan kerajaan.

Baca juga: Belajar dari Dakwah Nabi Musa pada Firaun 

Kisah yang paling fenomenal tentang Firaun adalah kekuasaannya yang totaliter. Perhatikan bagaimana Al-Qur’an menggambarkannya: “Sesungguhnya Firaun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan sesungguhnya dia termasuk orang yang melampaui batas (Yunus/10:83; Thoha/20:43; Al-Mukminun/23:46; dan Ad-Dukhan/44:31).

Keangkuhan Firaun bisa kita analisis dari perkataannya: “Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai ini mengalir di bawahku apakah kamu tidak melihat?” (Az-Zuhruf/43:51). Bahkan karena merasa sangat berkuasa, Firaun akhirnya menyatakan dirinya sebagai Tuhan. “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagiku selain aku.” (Al-Qashash/28:38; baca juga Asy-Syura/26:29). 

Politik Belah Bambu

Untuk mempertahankan kekuasaanya, Fir’aun mempergunakan teknik belah bambu dan menyapu bersih setiap kader yang diperkirakan akan menumbangkan kekuasaannya (Al-Qashash/28:4). Ketika Musa alaihissalam datang dan mengajak Firaun untuk kembali ke jalan yang benar, Firaun malah menghembuskan isu bahwa Musa tukang sihir (Al-A’raf/7:109; Al-Mu’min/40:24).

Musa alaihissalam juga dituduh subversif—mau membuat kerusakan (Al-A’raf/7:24). Firaun bahkan hendak mempermalukan Musa alaihissalam di depan umum dengan mengadu tukang sihir dengan Musa alaihissalam Tetapi yang terjadi, semua upaya itu mengalami kegagalan. Akhirnya Firaun menjatuhkan vonis untuk membunuh Musa alaihissalam (Al-Mu’min/40:26) yang dianggap telah menggoyang kekuasaannya. 

Sebenarnya Allah telah mendatangkan cobaan-cobaan kecil kepada Fir’aun agar mau kembali, misalnya dengan kemarau panjang (Al-A’raf/7:131), atau datangnya taufan, hama belalang, kutu, katak, dan darah (Al-A’raf/7:133). Apakah semua itu menyadarkan Firaun? Tidak. Firaun malah mengatakan bahwa setiap kemakmuran terjadi karena Firaun dan jika terjadi kemudaratan bukan dia biangnya melainkan Musa a.s. Padahal semua kejadian itu di luar jangkauan kekuasaan Firaun. 

Upaya perburuan Fir’aun terhadap Musa alaihissalam dan pengikutnya terus dilakukan. Ketika Musa alaihissalam dan pengikutnya menuju Palestina, mereka pun tetap mengejarnya. Namun belum sampai berhasil memburu Musa, Fir’aun dan bala tentaranya tenggelam di tengah laut. Ketika itulah baru muncul kesadaran dalam diri Fir’aun bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercaya bani Israel (Yunus/10:90). Mayatnya terdampar di pantai (Yunus/10:92) untuk menjadi pelajaran bagi kaum sesudahnya. 

Firaun simbol penguasa sewenang-wenang. Sosok itu, lengkap dengan karakternya, bisa saja muncul pada penguasa saat ini. Dan haruskah kematian yang mengakhirinya? (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *