Masalah Kepulan Asap Sampah Desa Sedayulawas, Warga Berharap Solusi
Masalah sampah di Desa Sedayulawas perlu dicarikan solusi. Banyak pengguna jalan merasa terganggu dengan adanya asap dari timbunan sampah yang berlokasi di selatan pasar Desa ini.
Tagar.co – Deretan sampah membentang sepanjang kurang lebih 50 meter di lahan bekas tambak garam prisma yang berlokasi di Desa Sedayulawas, Brondong, Lamongan, Jawa Timur.
Beragam warna kantong plastik mulai dari merah, biru, hijau, hitam, hingga putih tergeletak secara acak di atas tanah yang mulai menghitam—sisa-sisa pembakaran. Kepulan asap tak terbendung. Bau menyengat sampah semakin tak beraturan ketika bertemu dengan api yang menggerogotinya.
Pagi itu, Ahad (1/9/1014), jam di layar handphone saya menunjukkan pukul 05.48 WIB. Pagi yang semestinya menjadi waktu terbaik untuk bisa menikmati udara segar.
Alih-alih udara segar yang didapat, justru kepulan asap dan bau menyengat sampah yang saya rasakan. Sebagai pengguna fasilitas publik Jalan Embong Sepur yang menghubungkan Desa Sedayulawas dengan Dusun Mencorek, masalah sampah dan asap itulah yang akhir-akhir ini banyak dirasakan dan dikeluhkan masyarakat tetangga Desa Sedayulawas.
Baca juga: Sejarah Terukir, Anak Dusun Mencorek Jadi Anggota Paskibra
Timbunan sampah yang berlokasi di dekat Pasar Desa Sedayulawas dan berdekatan dengan Yayasan Pendidikan Al-Azhar itu selain agak mengganggu pemandangan juga sangat mengganggu kesehatan. Hampir selalu, satu kali 24 jam kepulan asap muncul dari sana. Tidak peduli pagi, siang, malam, bahkan dini hari sekali pun.
Sebagai pengendara yang terbiasa bolak-balik melalui jalanan ini, kondisi tersebut tentu sangat mengganggu. Kepulan asap yang selalu muncul tidak pernah tahu waktu ini, merugikan banyak pengguna jalan. Mulai dari anak-anak yang pulang-pergi sekolah, hingga orang dewasa yang entah harus beraktivitas apa saja.
Perlu Solusi Berkelanjutan
Masalah sampah di Desa Sedayulawas memang belum khatam dan perlu dicarikan solusi terbaik. Sekitar tahun 2019 dan sebelum itu, bahkan sampah banyak dibuang hingga dibiarkan tercecer di jalanan. Ironisnya lagi, banyak juga masyarakat yang membuang sampah di bibir pantai. Alih-alih menikmati pemandangan laut yang menawan, justru deretan sampah jadi hiasan.
Seiring dengan pergantian kepala desa Sedayulawas pada tahun 2019, langkah solutif bergegas dilakukan oleh Kepala Desa terpilih Heni Fikawati, A.Md. Tak berselang lama setelah dinyatakan menang, Heni lantas menggelar aksi bersih sampah di Pantai Laut Desa Sedayulawas.
Ia menggandeng Karang Taruna, Pemuda Muhammadiyah dan komunitas lain. Bahkan kegiatan tersebut juga dihadiri Anggota Komisi X DPR RI 2019-2024, Prof. Dr. Zainuddin Maliki, M.Si.
Baca juga: Saat Bupati Lamongan Minta Maaf dan Mohon Doa Restu pada Warga Muhammadiyah
Gerakan membersihkan pantai Sedayulawas dari sampah dilaksanakan secara meriah. Berbagai baliho larangan membuang sampah di laut atau bibir pantai juga banyak digaungkan.
Tidak lama kemudian, sampah-sampah semakin berkurang. Namun ternyata, pantai hampir bersih dari sampah, kini beralih ditempatkan di area bekas lahan tambak garam—bagian selatan Desa Sedayulawas.
Ikhtiar memunculkan solusi ini memang perlu diapresiasi. Namun agaknya masih butuh langkah terukur agar Pemerintah Desa Sedayulawas bisa melaksanakan layaknya jargon pegadaian, mengatasi masalah tanpa masalah. Tentu saja agar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan, lebih-lebih pengguna jalan.
Butuh Solusi Calon Wakil Bupati
Menariknya, dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Lamongan Tahun 2024 ini, ada salah satu calon wakil bupati yang berasal dari Desa Sedayulawas. Hal ini juga pernah dikonfirmasi langsung oleh Bupati Lamongan Dr. Yuhronur Effendi (yang saat ini juga mencalonkan lagi), bahwa calon wakil bupatinya merupakan putra daerah asli Sedayulawas.
Sebagai pemilik kawasan, tak ayal berbagai baliho Pilkada sang wakil bupati tersebut tersebar di sudut-sudut jalan. Jika memang benar, alangkah indahnya jika calon wakil bupati ini bisa menyelesaikan masalah terdekat (masalah sampah) yang ada di kampung halamannya. Sebelum mengatasi solusi yang lebih besar yakni banjir, kekeringan, dan jalan-jalan rusak yang menjadi problem utama di Lamongan.
Salah satu warga pengguna jalan, Susiyanti berharap, problem sampah di Sedayulawas lebih-lebih asap yang selalu mengganggu pejalan kaki dan pengendara motor ini bisa dicarikan solusi.
“Asap tebal setiap hari ini selalu kami hirup hampir kurang lebih satu tahun. Tidak pernah ada jeda. Pokoknya setiap lewat jalan ini pasti kami disuguhi getir bau sampah bercampur asap. Bahkan seringkali saat melintas, kami tak bisa melihat jalan, karena dipenuhi kepulan asap. Tak hanya penglihatan, pernapasan pun terganggu,” cetusnya.
Baca juga: Berperan Aktif Cegah Perkawinan Anak, PDNA Lamongan Diganjar Penghargaan
Pemerintah Desa Sedayulawas mesti lebih bijaksana dan tidak abai terhadap permasalahan ini. Setiap hari jalanan ini dilewati banyak orang, mulai anak yang berjalan kaki untuk sekolah hingga orang dewasa yang lalu lalang untuk bekerja, karena ini adalah akses utama.
Jangan sampai niat baik untuk memindahkan tempat pembuangan sampah (TPS) dari sekitar pantai ini memunculkan problem lainnya. Marilah menyehatkan yang besar tanpa menyakiti yang kecil. Semoga lekas ada solusi. (#)
Jurnalis Nely Izzatul Penyunting Sayyidah Nuriyah