Tagar.co

Home » Memilih Takdir
Apa makna takdir? Benarkah manusia bisa memilih, atau sebaliknya, tidak bisa memilih takdir? Apa maksud perkataan Umar: ‘Saya pindah dari takdir Allah yang satu menuju takdir Allah yang lain.’
Apa makna takdir? Benarkah manusia bisa memilih, atau sebaliknya, tidak bisa memilih takdir? Apa maksud perkataan Umar: ‘Saya pindah dari takdir Allah yang satu menuju takdir Allah yang lain.’
Ilustrasi freepik.com oremium

Apa makna takdir? Benarkah manusia bisa memilih, atau sebaliknya, tidak bisa memilih takdir? Apa maksud perkataan Umar: ‘Saya pindah dari takdir Allah yang satu menuju takdir Allah yang lain.” 

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).

Tagar.co – Takdir bentukan dari kata تقدير – يقدر – قدر yang artinya ukuran. Kata ini digunakan 5 kali dalam Al-Qur’an yaitu: Al-An’am/6:96; Al-Furqan/25:2; Yasin/36:38; Fushilat/41:12; dan Al-Insan/76:16. 

Makna takdir dapat kita lihat dari konteks kalimat-kalimat berikut: “Dia (Allah) menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk istirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan (takdir) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al-An’am/6:96). 

“Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran (takdir)-nya.” (Al-Furgan/25:2). Jadi takdir berarti ukuran atau peraturan Allah untuk semua makhluk-Nya. 

Baca juga: Nas, Manusia sebagai Makhluk Sosial

Para ilmuwan menemukan adanya fenomena hukum alam. Hukum alam itu sendiri adalah taqdir Allah: setiap benda di atas bumi akan mendapatkan gaya gravitasi; dari benih padi akan tumbuh padi; air pada tekanan 1 atmosfir dan suhu 100°C mendidih. Semua itu merupakan takdir Allah. Tidak ada satu kejadian pun yang terlepas dari takdir Allah, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan manusia. 

Beriman kepada takdir berarti bahwa kita beriman akan ke-Maha Kuasa-an Allah yang tidak terbatas, yang mencakup semua yang ada di dalam/luar alam semesta. Semua yang ada ini sudah ada batasan-batasan, ukuran-ukuran, dan aturan-aturannya. Allah mentakdirkan manusia untuk merasa bebas memilih sesuatu yang disukainya. 

Dua Pemahaman tentang Takdir

Terdapat dua pemahaman tentang takdir yang saling bertentangan. Pertama, mereka yang berkeyakinan bahwa apa yang telah, atau sedang, dan akan dilakukan manusia itu telah ditentukan Allah. Dengan demikian, manusia ibarat wayang kulit, dan Allah adalah dalangnya. Pemahaman seperti ini dikenal dengan paham Jabariah. Sisi negatif dari pemahaman ini adalah keengganan manusia untuk bekerja keras, sebab sesuatunya telah ditentukan Allah. Sedangkan sisi positifnya adalah mengantarkan manusia untuk bersikap tawadu terhadap keberhasilan yang diraihnya. 

Kedua, mereka yang berkeyakinan bahwa Allah tidak menentukan nasib seseorang. Setiap orang bebas memilih apa yang dikehendakinya. Pemahaman seperti ini biasa dikenal dengan paham Qadariah. Sisi negatif dan positifnya, merupakan kebalikan dari sisi negatif dan positifnya pemahaman Jabariah. 

Baca juga: Insan, Sisi Psikologis Manusia

Pada suatu saat Umar bin Khattab bersama sahabat akan melewati suatu perkampungan. Sebelum tiba di perkampungan tersebut, ada berita bahwa perkampungan yang akan dilewati dilanda wabah penyakit menular. Umar memutuskan untuk tidak melewati perkampungan itu. Lantas ada sahabat yang bertanya: “Apakah kamu akan lari dari takdir Allah?” Umar menjawab: “Saya pindah dari takdir Allah yang satu menuju takdir Allah yang lain.” 

Sebagaimana Umar telah bersikap, maka kita pun berkeyakinan bahwa takdir Allah senantiasa meliputi kita. Akan tetapi kewajiban kita adalah berusaha memenuhi takdir yang terbaik untuk kita. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *