Tagar.co

Home » Soal Partai yang Tersandera Kekuasaan, Anies Blak-blakan di Mata Najwa
Soal partai politik yang tersandera kekuasaan yang disampaikan oleh Anies Baswedan ramai diperbincangkan. Di Mata Najwa, Anies menjelaskan secara blak-blakan apa maksud pernyataannya itu.

Soal Partai yang Tersandera Kekuasaan, Anies Blak-blakan di Mata Najwa

Soal partai politik yang tersandera kekuasaan yang disampaikan oleh Anies Baswedan ramai diperbincangkan. Di Mata Najwa, Anies menjelaskan secara blak-blakan apa maksud pernyataannya itu.
Anies Baswedan di Mata Najwa

Soal partai politik yang tersandera kekuasaan yang disampaikan oleh Anies Baswedan ramai diperbincangkan. Di Mata Najwa, Anies menjelaskan secara blak-blakan apa di balik pernyataannya itu.

Tagar.co – Meski baru diunggah 8 jam Ahad (1/9/2024) di akun YouTube Najwa Shihab, video berjudul [Eksklusif] Anies Baswedan dan Drama Pilkada sudah ditonton 1 juta kali, mendapat like 54 ribu, dan 19 tribu komentar.  

Bila dibandingkan dengan video berjudul “[Eksklusif] Ridwan Kamil – Suswono: Jakarta, Persija, dan Drama Koalisi” yang diunggah oleh akun yang sama, Jumat (30/8/2024), maka video Anies Baswedan jauh meninggalkan. Video Ridwan Kamil-Suswono ‘baru’ ditonton 450 ribu kali.

Video itu sebentar lagi akan menyalip video wawancara Nasjwa Shihab dengan Pramono Anung-Rano Karno yang diunggah empat hari lalu. “[Eksklusif] Pramono-Rano: Cerita Anies, Titah Mega, dan Tawa Jokowi” yang hingga kini sudah ditonton 1,8 juta.

Rupanya Anies Baswedan masih menjadi magnet, meski dia akhirnya gagal menjadi bakal calon gubernur Jakarta 2024-2029. Sebelumnya video  berjudul Catatan Anies Baswedan Pascapilpres dan Pendaftaran Pilkada, 30 Agustus 2024.Yang diunggah di akun X @aniesbaswedan, Jumat (30/8/2024) juga mendapat respon tinggi. Hingga kini sudah mendapat 18 juta view.

Anies Jawab Partai Tersandera

Di Studio Narasi, Anies dan sang tuan rumah Najwa Shihab duduk di kursi hitam berhadapan. Mereka dipisahkan oleh meja panjang. Ditemani secangkir kopi, Anies menceritakan bagaimana drama yang mengiringinya dalam proses pencalonan di Pilkada 2024.

Pada durasi video menit ke 21.20-27.40, Najwa Shihab menanyakan sepotong pernyataan terbuka Anies di video berjudul Catatan Anies Baswedan Pascapilpres dan Pendaftaran Pilkada, 30 Agustus 2024.

Najwa mengutip pernyataan Anies, “Partai mana sekarang yang tidak tersandera oleh kekuasaan. Jangankan dimasuki, mencalonkan saja terancam bagi yang mengusulkan.”

Najwa yang mengenakan baju hitam itu lantas bertanya, “Ini apa maksud Anda ketika bicara ini? Apa dasar Anda bicara ini Mas Anies?” 

Anies mengatakan, “Coba kita lihat ya fenomena di beberapa tempat di mana seluruh partai diborong dan lawannya kotak kosong. Dua minggu lalu itu jumlahnya 94 kabupaten kota provinsi. Sekarang sudah di atas 50-an. Artinya ada 40-an yang karena putusan MK berubah.”

“Apa yang terjadi ya? Pilkada kok jadi serba kotak kosong? Apa yang sesungguhnya terjadi? Ini kok bisa begitu banyak kotak kosong?” tanya Anies.

“Di Jakarta aja hampir terjadi kotak kosong. Calon independen tidak lolos verifikasi. Sesudah itu jadi lolos verifikasi. Kemudian semua partai dikumpulkan untuk mengusung satu pasang calon,” lanjutnya.

“Apakah kurang jelas fenomena yang terjadi ini? Mau pakai pakai penjelasan apalagi kalau bukan kita lihat kenyataan itu?” tanya Anies retorik.

Najwa menyela, “Penjelasan bahwa ya ini real politik, partai punya hitung-hitungannya sendiri, negosiasi bagian dari barter, bargaining politik, melihat bagaimana masa depan partai masing-masing tidak selalu melulu disempitkan bahwa ini ada intervensi kekuasaan kan, Mas Anies? Partai politik kan biasa bargaining politik?”

Anies lalu merespon, “Ya ketika sampai kepada pemilihan, ini adalah tentang rakyat diberikan opsi untuk memilih. Dan itu artinya partai memiliki kedaulatan untuk mengusulkan dan mengusung.”

“Tapi ketika partai kehilangan kedaulatan, ada yang tidak sehat. Dan ini bukan salah partainya tapi salah yang memberikan tekanan kepada partainya. Tidak seharusnya!” tegasnya.

Najwa langsung menanyakan, “Dari mana tapi Anda bisa membuktikan itu Mas Anies? 

Sekarang partai-partai semuanya bilang ya memang hitung-hitungan politiknya memang tidak bisa mengusung Anies Baswedan kok. Hitung-hitungan politiknya memang yang kami mau usung ini. 

Apa pun kepentingan politik mereka ya karena memang mau bergabung atau apapun dorongannya. Tapi faktanya memang sekarang yang bisa mengusung partai politik dan mereka membuat keputusan-keputusan sendiri.”

Anies dengan tegas menjawab, “Karena itu hormati keputusannya. Tetapi kita tahu bahwa keputusan itu adalah keputusan yang merupakan pembalikan atas keputusan sebelumnya. 

Memang pernah partai politik seperti sekarang ini… Sudah ini kita alami nih. Saya beri contoh paling gampang ya. Jangan Anies di Jakarta, Ibu Airin di Banten hampir tidak jadi calon. Walikota dua periode sukses. Tokoh Golkar surveinya di atas 50-60 persen. Kok bisa seperti ini hampir enggak bisa maju?”

Kata Najwa, “Penjelasannya, yang lain mungkin akan bisa bilang, ya memang karena ada konflik internal Golkar. Airlangga baru saja diturunkan, Bahlil kemudian maju dan sebagainya. Ini memang perang internal.”

“Selalu ada penjelasan yang bisa diberikan untuk setiap fenomena politik Mas Anies. Tidak melulu semuanya kemudian menjadi ini intervensi kekuasaan,” bantah Najwa. 

Anies lalu menyatakan dengan tenang, “Kalau partai memiliki kedaulatan, sudah dari dulu-dulu partai itu akan nyalonin. Mana ada partai enggak mau nyalonin, orang angkanya 60 persen?”

Najwa bertanya, “Anda dicalonkan oleh tiga partai politik kok ketika mencalonkan menjadi capres.”

“Jangan Anies. Kenapa? Kalau Anies itu…” Jawaban Anies terputus dengan ucapan Najwa. 

Najwa menegaskan, “Ketika Anda bilang tersandera kekuasaan semua partai, faktanya, ketika Anda maju sebagai Capres, ada tiga parpol yang mendukung Anda. Padahal Anda bukan kader PKB, Nasdem, PKS. Tapi Anda dapat tiket dari tiga partai. Itu kan tidak tersandera kekuasaan Mas Anies.”

Anies menerangkan, “Kita merasakan persis. Kenapa? Karena berinteraksi dengan pimpinan partai. Saya bersyukur sekali bahwa pimpinan partai seperti Nasdem dan PKB menceritakan apa adanya atas situasi yang dihadapi. Dan lebih rumit daripada Pilpres yang mereka hadapi.”

“Karena itu saya sampaikan, saya hormati keputusannya untuk tidak mengusung. Karena mereka berhadapan dengan situasi yang tidak sederhana. Saya berikan ilustrasi ya,” ujarnya lalu dipotong Najwa.

Najwa tanya, “Pascapilpres situasinya lebih kompleks?”

“Ya, bahkan lebih kompleks,” jawab Anies. 

Anies menerangkan, “Kalau kemudian partai memiliki kedaulatan dan partai politik melaksanakan kedaulatan itu tidak akan menyaksikan berbagai partai itu punya calon. Nggak kita menyaksikan kotak kosong sebanyak ini.”

Najwa lanjut menanyakan, “Kalkulasinya kan nggak sesederhana itu Mas Anies. Untuk memajukan orang perlu memastikan kadernya mumpuni, elektabilitasnya tinggi, punya data yang cukup, kemudian bagaimana hitung-hitungannya kan tidak sesederhana penjelasan yang tadi Anda sampaikan?”

Kata Anies, “Kalau jumlahnya 3, 5, 10, barangkali boleh. Barangkali ada calon-calon yang sangat populer. Sehingga tidak bisa dikalahkan. Tapi kalau kita sampai hampir 10 persen dari Pilkada, kotak kosong, ada sesuatu ini.”

“Sesuatu itu?” tanya Najwa.

“Sesuatu itu pengendalian,” jawab Anies.

“Oleh?” tanya Najwa.

“Siapapun yang memiliki kekuasaan. Tidak bisa dikendalikan tanpa kekuasaan. Apakah ini adalah satu pihak, dua pihak, kita tidak langsung lihat ya. Tapi harus ada pengendali. Kalau tidak, tidak mungkin,” jawab Anies. 

“Mas Anies, Anda ini dianggap playing victim lho. Mengatakan seperti ini setelah Anda gagal dapat tiket. Sebelumnya tidak pernah sekencang ini Anies Baswedan,” ujar Najwa.

“Saya ini bukan gagal dapat tiket, saya ini gagal tidak dapat boarding pass, tapi tiketnya sudah dapat,” jawabnya sambil tertawa.

“Tidak bisa terbang Mas Anies?” tanya Najwa di Studio Narasi. 

“Ya. Coba bayangkan. Jadi ini bukan playing victim. Ini victim beneran. Ini cerita tentang bagaimana kedaulatan partai yang sedang mereka gunakan, terus kedaulatannya hilang,” jawab Anies sambil tersenyum. (#)

Jurnalis Sayyaidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *