Pidato Lengkap Anies Baswedan yang Berencana Mendirikan Parpol
Pidato lengkap Anies Baswedan diunggah di X dan IG @aniesbaswedan. Dia bicara tentang langkah-langkahnya usai gagal maju di Pilkada 2024. Salah satunya adalah berencana mendirikan parpol.
Tagar.co – Di salah satu ruang rumahnya yang bernuansa coklat, Anies Baswedan, menyampaikan apa yang ia sebut Catatan Anies Baswedan Pascapilpres dan Pendaftaran Pilkada, 30 Agustus 2024.
Di dinding ruang tersebut terpasang lukisan Pangeran Diponegoro di bagian tengah. Sementara di sisi kanan terdapat tongkat Cakra Kotagede. Secangkir kopi, buku catatan, dan tablet, tergelatak di hadapannya, di meja panjang dari kayu jati yang juga berwarna coklat.
Pada ruang itulah Anies Baswedan menyampaikan langkah-langkah ke depan yang akan dia lakukan setelah gagal maju dalam Pilkada 2024. Video berdurasi 14.44 menit yang merekam pernyataannya itu diunggah pada Jumat (30/8/2024) di beberapa platform media sosial, seperti di X dan Instagram dengan akun @aniesbaswedan.
Baca juga: Anies Baswedan Anggap Kegagalannya di Pilkada 2024 sebagai Perjalanan Spiritual
Dalam pidatonya, Anies menyampaikan banyak hal, seperti apresiasinya terhadap gerakan mengawal Konstitusi. Ia juga menjawab usulan beberapa koleganya agar berkiprah di luar negeri.
Anies Baswedan juga menyampaikan penyesalannya karena gagal maju dalam Pilkada 2024. Dan puncaknya adalah pernyataan Anies Baswedan yang berencana mendirikan organisasi massa atau partai politik demi sebagai alat perjuangan.
Berikut isi lengkap pidato Anies Naswedan yang diuanggah di medis sosial pukul 14.44 WIB.
Isi Lengkap Pidato
Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Seperti teman-teman sudah tahu juga, semalam itu batas akhir pendaftaran Pilkada. Pendaftaran sudah ditutup dan di Jakarta ada satu yang dicalonkan oleh 15 partai. Lalu ada satu yang dicalonkan oleh satu partai dan ada lagi satu yang disebut independen. Dan saya tidak termasuk di dalamnya. Jadi dengan begitu maka sudah final ya bahwa saya tidak ikut di dalam kontestasi Pilgub di Jakarta tahun 2024 ini.
Kemarin juga sebetulnya kita menerima undangan tawaran untuk ikut dalam kontestasi Pilgub Jawa Barat. Kita apresiasi sekali ajakan ini, panggilan ini, tapi dengan mempertimbangkan berbagai faktor kami putuskan untuk tidak mengikuti kontestasi di Jawa Barat.
Baca juga: Gagal Dicalonkan PDIP di Jabar, Kejutan Terakhir Anies Baswedan
Nah, saya ingin sampaikan beberapa poin respon singkat atas situasi yang saat ini sedang terjadi. Pertama, saya ingin sampaikan terima kasih. Terima kasih banyak kepada semuanya yang selama satu setengah tahun ini, hampir dua tahun ikut mendukung perjuangan yang luar biasa di jalur Pilpres Pilgub sampai dengan titik ini. Enggak bisa saya sebut satu per satu. Terlalu banyak. Tapi yang jelas semua yang terlibat adalah pejuang yang luar biasa, yang membuat perjuangan besar ini terasa jadi ringan, terasa jadi bermakna.
Semoga Allah subhanahu wa taala, Tuhan yang Maha Kuasa, jadikan perjuangan kemarin sebagai catatan amal untuk kita semua. Insyaallah kita terus berjuang untuk tujuan yang sama ke depan.
Kita selalu bicara tentang kesetaraan, keadilan, kesamaan, kesempatan, dan keinginan untuk Indonesia yang lebih adil, maju, dan sejahtera buat semuanya. Dalam itu juga, jadi dua tahun terakhir ini, ketika kami keliling berkampanye, menemukan begitu banyak hikmah, pelajaran yang luar biasa.
Saya berkeliling lebih dari 130 kota dan berjumpa dengan begitu banyak. Yang setiap jabat tangan bukan basa-basi. Jabat tangan dengan penuh rasa, sepenuh hati, dan eratnya jabat tangan mencerminkan semangat yang menggelora di dadanya. Ada yang pelukan, ada yang jabat erat, ada yang pegang tangan. Semua adalah ungkapan keinginan untuk Indonesia lebih baik.
Banyak sekali cerita-cerita dalam interaksi itu yang gak mungkin terlupakan apalagi kalau teman-teman muda. Masyaallah luar biasa kiprah anak muda di dalam proses kampanye kemarin. Itu membuat kita makin optimis. Kenapa makin optimis? Karena kita punya stok anak-anak muda yang mau bekerja melampaui sekadar kepentingan dirinya pribadinya.
Baca artikel terkait: Anies Baswedan Ditinggal karena Tak Sefrekuensi dengan Presiden?
Ini kita masih di bulan peringatan kemerdekaan ya. Di bulan kemerdekaan ini kita memperingati perjuangan para pendiri bangsa yang pada waktu itu banyak sekali yang masih muda-muda. Jadi ketika lihat anak-anak muda yang kemarin terlibat, makin yakin kita masih punya stok pejuang. Amat banyak pejuang yang akan membawa Indonesia menjadi lebih adil dan baik baik buat semuanya.
Jadi perjalanan ini memberikan optimisme yang sangat besar. Rasa optimisme ini makin tumbuh melihat berbagai elemen masyarakat sejak minggu lalu yang turun langsung mengawal Keputusan MK dan mendorong tegaknya amanat reformasi.
Memang kenyataannya ini, sayangnya ini, banyak dihadapi dengan cara yang represif dan berlebihan. Anak-anak muda cedera luka di saat mereka datang untuk ikut mengirimkan pesan. Kami ingin mengawal konstitusi. Kami ingin meluruskan usaha pembengkokan atas konstitusi. Karena itu, hadapi juga dengan rasa cinta sebagai saudara sebangsa.
Ini sangat disesali dan ini tidak boleh berulang lagi. Anak-anak muda jangan pernah gentar! Jangan pernah mundur! Insyaallah jadi catatan untuk diceritakan dengan rasa bangga. Ketika Indonesia konstitusinya terancam maka anak muda tidak diam. Anak muda terlibat dan banyak juga generasi-generasi lebih senior yang memilih terlibat walaupun secara usia sudah (tua).
Baca juga: Kejutan Anies Baswedan di Injury Time
Gerakan ini juga jelas memberikan hasil. Apa yang terjadi? Putusan MK tetap tegak. DPR dan KPU harus mengikuti dan di banyak daerah ada calon-calon yang diinginkan publik yang tadinya ditutup jalannya kemudian terbuka. Kenapa? Karena elitenya dipaksa oleh konstitusi untuk memberikan jalan.
Ini adalah sebuah kesempatan untuk kita memperbaiki kualitas demokrasi. Dan harapannya nanti mutu pemerintahan di seluruh wilayah Indonesia. Jadi kemudahan yang disediakan oleh MK ini bisa dimanfaatkan walaupun di beberapa daerah juga tidak dimanfaatkan oleh partai-partai.
Merespon aspirasi yang sesungguhnya ada dari masyarakat. Karena Pilkada ini kan pemilihan tingkat daerah yang harusnya mencerminkan aspirasi daerah bukan aspirasi di puncak nasional. Tapi dalam kenyataannya tidak selalu semua bisa berjalan seperti itu.
Nah gerakan masif mengawal putusan MK di berbagai kota ini juga menunjukkan bahwa tidak benar bila rakyat Indonesia disebut sudah apatis. Sudah tidak peduli pada kondisi demokrasi. Sama sekali tidak. Harapan itu menyala. Harapan itu menyala terang dan Insyaallah makin terang. Harapan ini harus terus kita jaga. Kita besarkan sama-sama.
Lega tapi Menyesal
Nah, hal lain yang ingin saya sampaikan bahwa takdir Allah, Tuhan yang Maha Kuasa, sudah tertulis bahwa saya tidak mengikuti kontestasi kali ini. Sejujurnya ada selalu rasa lega setiap kali melewati sebuah persimpangan jalan. Ketika amanat itu diberikan, artinya Allah subhanahu wa taala meyakini bahwa ini yang terbaik. Dan ketika amanat itu tidak diberikan, saya yakin Allah subhanahu wa taala sedang melindungi kita.
Jadi itu juga yang saya jalani selama ini. Begitu kita menyaksikan situasinya, hasilnya, maka saya yakin insyaallah ada hikmah-hikmah besar yang akan muncul. Nanti mungkin ada yang tanya, Pak Anis, ada enggak penyesalan tidak mengikuti Pilkada ini?
Kalau saya ditanya ada penyesalan-tidak, ada. Ada penyesalan itu. Apa yang saya sesali? Yang saya sesali adalah aspirasi warga kampung-kampung miskin kota, rakyat miskin kota, yang berdatangan ke rumah ini. Di tempat sini, setelah selesai Pemilu, berombongan datang bergantian menyampaikan keinginan-aspirasi.
“Pak, tolong kembalikan kondisi yang kemarin kita rasakan. Satu setengah tahun ini hilang.”
Dari mulai usaha untuk perbaikan kampung-kampung kumuh, perbaikan kondisi ekonomi mereka yang selama itu kami selalu jadikan sebagai fokus perhatian. Selama beberapa bulan ini saya datang mengelilingi mereka semua. Mendatangi mereka semua. Ini yang saya kalau dibilang perasaan ya ada perasaan.
Waduh, aspirasi ini enggak bisa kita tuntaskan. Lihat warga Kampung bayam yang terlantar, berat rasanya. Lihat kampung-kampung yang setiap kali kita datang, “Pak, tolong ini dituntaskan.”
Berat rasanya kalau mereka tidak bisa mendapatkan penuntasan atas usaha meningkatkan kesejahteraannya itu. Yang kalau ditanya sebagai rasa sesal, bagaimana rakyat miskin di Jakarta yang menjadi fokus perhatian kita tidak bisa saya penuhi harapannya.
Sadarkan Rakyat
Para saudara-saudara semua, warga Kampung Jakarta, rakyat miskin kota, saya minta maaf karena tidak bisa membantu melalui jalan pemegang kewenangan pembuat kebijakan. Tapi bukan berarti perjuangan kita berhenti dan bukan berarti ikhtiar kita selesai di sini. Enggak.
Dengan cara lain, nanti kita sama-sama berjuang untuk bisa memperbaiki kondisi rakyat miskin kota yang saat ini sedang menghadapi tantangan yang besar sekali.
Jadi, catatan lain yang saya rasakan ketika mengikuti proses ini semua, terbuka kenyataan bahwa sistem politik kita, demokrasi kita, masih amat ringkih. Dan kita punya PR untuk mengajak rakyat memiliki kesadaran yang lebih baik tentang proses politik, tentang proses demokrasi, agar demokrasi kita itu bisa berjalan dengan benar. Berjalan dengan baik dan hasilnya untuk dirasakan seluruh rakyat ini.
Dan bukan sesuatu yang sederhana tapi kita harus kerja keras dan saya rasa kita jangan berhenti di sini. Karena itu, salah satu tujuan besar yang akan diperjuangkan ke depan adalah meningkatkan kesadaran politik dan demokrasi Indonesia. Membantu mendorong supaya inisiatif-inisiatif gerakan-gerakan sosial kemasyarakatan itu bisa tumbuh berkembang. Khususnya di kalangan anak-anak muda. Seperti yang selama ini sudah dikerjakan. Misalnya, Humanis, Ubah Bareng, Turun Tangan, dan lain-lain.
Cinta Tanah Air
Nah, ada hal lain yang saya ingin share di sini. Kalau dalam interaksi termasuk juga di sosial media banyak sekali yang memberikan usul, saran, “Eh, lebih baik Anis berkarya di luar negeri saja, eh ada yang usul saya ke lembaga-lembaga internasional, ada yang usul saya mengajar di kampus-kampus luar negeri.”
Saya jawab tidak. Insyaallah tidak. Saya mencintai Indonesia secara tanpa syarat. Di sini saya dilahirkan. Di sini saya dibesarkan dan di sini saya akan berjuang.
Kecintaan pada Indonesia membuat saya tidak akan bisa meninggalkan Tanah ini. Saya akan tetap berada di Indonesia. Saya akan tetap berkarya di Indonesia. Saya akan tetap berjuang di Indonesia bersama dengan saudara-saudara sebangsa untuk membuat Indonesia lebih adil dan sejahtera bagi semuanya.
Saya tidak akan meninggalkan Indonesia dan bekerja di tempat lain hanya karena situasi yang saya hadapi. Insyaallah ini akan terus menjadi pegangan saya ke depan. Tentu saya akan berkiprah di banyak tempat tapi basis tetap di sini. Dan bekerja bersama dengan saudara-saudara sebangsa.
Masuk atau Bikin Parpol
Kemudian ada yang usul supaya saya masuk partai atau bikin partai politik. Nah gini, kalau masuk partai, pertanyaannya, partai mana yang sekarang tidak tersandera oleh kekuasaan? Nah, jangankan masuk, mencalonkan saja terancam. Agak berisiko juga bagi yang mengusulkan. Jadi ini adalah sebuah kenyataan nih. Jadi kita lihat aja ke depannya.
Apakah lalu akan buat partai politik baru? Gini, bila untuk mengumpulkan semua semangat perubahan yang sekarang makin hari makin terasa besar, dan itu menjadi sebuah kekuatan diperlukan menjadi gerakan, maka membangun ormas atau membangun partai baru mungkin itu jalan yang akan kami tempuh.
Kita lihat sama-sama ke depan. Semoga tidak terlalu lama lagi kita bisa mewujudkan langkah-langkah konkret untuk bisa mewadahi gerakan yang sekarang ini makin hari makin membesar. Menginginkan Indonesia yang lebih setara. Demokrasi yang lebih sehat. Yang lebih mengedepankan policy (kebijakan) gagasan.
Ini respon saya atas situasi yang sedang terjadi saat ini. Saya ingin sampaikan pada semua di akhir ini. Kutipan yang pernah saya sampaikan pekan lalu. Kutipan dari René de Clercq yang dimasukkan oleh Bung Hatta ke dalam pleidoinya di tahun 1928 di Den Haag. 96 tahun yang lalu Bung Hatta menggunakan kalimat ini. Saya ingin ulang kalimat itu.
Bunyinya begini: “Hanya ada satu negeri yang menjadi negeriku. Ia tumbuh dengan perbuatan dan perbuatan itu adalah perbuatanku.”
Insyaallah segala perbuatan yang saya lakukan ke depan masih terus tetap dan akan selalu ditujukan untuk negeri yang saya cintai ini, Indonesia. Dan saya harap makin banyak di antara kita semua yang mau bergerak bersama.
Kita bersama. Kami untuk Indonesia, untuk keadilan, untuk kesetaraan, untuk kebersamaan, dan untuk persatuan yang ada di negeri kita. Terima kasih semuanya. Salam hangat dan hormat. Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. (#)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni