Tagar.co

Home » Pengalaman Magang di Taiwan, Berjilbab Memudahkan Hindari Makanan Haram
Pengalaman Magang di Taiwan dikisahkan oleh Alifah Salsabila, mahasiswa ITS Surabaya yang sedang magang di Universitas Nasional Chung Cheng, Taiwan. Jilbab sebagai identitas Muslimah memudahkannya menghindari makanan haram.

Pengalaman Magang di Taiwan, Berjilbab Memudahkan Hindari Makanan Haram

Pengalaman Magang di Taiwan dikisahkan oleh Alifah Salsabila, mahasiswa ITS Surabaya yang sedang magang di Universitas Nasional Chung Cheng, Taiwan. Jilbab sebagai identitas Muslimah memudahkannya menghindari makanan haram.
Prof. Chan mengajak mahasiswa yang magang melihat fasilitas Chung Cheng University. (Tagar.co/Istimewa)

Pengalaman magang di Taiwan dikisahkan oleh Alifah Salsabila, mahasiswa ITS Surabaya yang sedang magang di Universitas Nasional Chung Cheng, Taiwan. Jilbab sebagai identitas Muslimah memudahkannya menghindari makanan haram.

Tagar.co – Sebuah bangunan empat lantai dengan menonjolkan susunan batu bata membuat gedung itu terlihat unik. Dek tebal yang dibiarkan berwarna abu-abu menjadi penanda jumlah lantai. 

Tampak jendela persegi dengan bingkai berwarna putih semakin menonjolkan kesan bangunan khas Kampus Chung Cheng, tempat syuting drama Korea Meteor Garden, Taiwan. Ada tujuh anak tangga dengan pegangan tangan di kanan kirinya. 

Pepohonan yang hijau membuat asri suasana. Kicauan burung sepanjang hari bak melodi alam menambah kerasan penghuninya. 

Baca juga: Outing Class Unik SMK Matig, Mengikuti Festival Seni Berskala Internasional

Begitulah tampak luar dormitory atau asrama yang menjadi salah satu fasilitas penginapan untuk mahasiswa yang sedang magang atau studi di Universitas Nasional Chung Cheng, Taiwan.

Salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa magang daari pemerintah Taiwan, Alifah Salsabila mengisahkan pengalaman tinggal di sana. Mahasiswa semester 8  Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya merasa senang dengan lingkungan kampus yang berada di No 168, Section 1, Daxue Rd, Minxiong Township, Chiayi Caunty, Republik Tiongkok.

“Fasilitasnya sangat lengkap. Mulai dari perpustakaan, sarana olahraga, gim, kolam renang, kantin, laboratorium dan taman-taman yang indah. Dilengkapi air mancur dan lampu warna-warni saat malam hari,” tuturnya.

Prof Chan mengajak mahasiswa yang magang melihat fasilitas Chung Cheng University
Alifah Salsabila bersama Prof. Michael Chan. Pengalaman Magang di Taiwan (Tagar.co/Istimewa)

Dosen yang Bersahabat

Bagi Alifah, yang membuatnya merasa berkesan adalah memiliki dosen dan teman yang menyenangkan. Dosen pembimbingnya, Prof. Michael Chan merupakan pribadi yang menyenangkan. Betapa tidak, profesor berperawakan tinggi dengan rambut berwarna putih itu menggelar upacara penyambutan bagi para mahasiswa yang baru datang. 

Mereka disambut dengan beberapa iris roti, makanan dan minuman di kelasnya. Alifah dan beberapa mahasiswa dari Malaysia, Fhilipina, dan Thailand  pun gembira. Mereka bertepuk tangan sambil menyanyikan lagu Happy Birthday to You. “Kata Prof. Chan, ini perayaan ulang tahun buat mahasiswa yang lahir di bulan ini,” ujar Alifah menirukan.

Baca jugaSejarah Terukir, Anak Dusun Mencorek Jadi Anggota Paskibra 

Mahasiswa yang tinggal di Dormitory E-2 ini menceritakan pengalaman lain saat menjadi asisten Prof. Chan di laboratorium. Bersama teman dari Pakistan,  Alifah bisa menggunakan laboratorium sepuasnya. Dilengkapi dengan fasilitas lemari es dan sebuah ruangan yang bisa digunakan sebagai tempat salat. “Sehingga bisa menyimpan makanan dan beribadah tanpa balik lagi ke asrama yang jaraknya cukup jauh jika jalan kaki,’ ujar mahasiswa yang menjejakkan kakinya sejak 2 Juni 2024.

Di balik jendela belakang laboratorium, tampak pemandangan bukit-bukit yang diselimuti rerumputan. Beberapa kali terlihat warga lokal yang melintas. Menaiki bukit-bukit itu atau menuruninya. Beberapa pohon besar tinggi menjulang. Cabang dan rantingnya menjadi tempat bercengkerama burung-burung, berkicau dengan riang. Mirip tempat wisata. 

Pengalaman Magang di Taiwan: menu sarapan pagi roti tawar yang dilapisi alpukat dengan telur rebus dan cabe kering. (Tagar.co/Istimewa)

Tips Mencari Makanan Halal

Mencari makanan halal merupakan tantangan tersendiri bagi mahasiswa kelahiran Gresik, Jawa Timur ini. Apalagi ketika tinggal di negara yang minoritas Muslim dalam jangka empat bulan untuk keperluan magang.  

Menurutnya, ada dua keputusan yang bisa dipilih. Tetap bertahan dengan mengonsumsi makanan halal atau memutuskan dirinya berada dalam posisi darurat. Alias mengonsumsi makanan yang diharamkan oleh agama Islam, seperti daging babi. Itu pun dengan catatan, seperlunya saja sekadar menyambung hidup dan tidak kekurangan protein hewani.

“Memasak makanan sendiri merupakan pilihan yang paling aman. Hal itu karena sejak memilih bahan makanan hingga proses memasak, kita sendiri yang melakukan. Jadi kita tahu kalau misalnya makanan yang kita bawa ke meja makan atau yang kita bikin itu halal,” ujar anggota Tim Spektronics ITS yang pernah meraih perak di ajang Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (Innopa) di Denpasar, Bali tahun 2021 yang diikuti 23 negara.

Makanan Kemasan

Jika hendak membeli makanan kemasan di supermarket, makanan halal biasanya tersedia di suatu rak khusus. Dengan mencantumkan negara pengirimnya. Seperti Australia atau Singapura dilengkap dengan mencantumkan sertifikat halal.

Jika pada kemasan tidak tertera label halal, tips lain yang bisa dilakukan adalah memeriksa komposisi yang tertera pada kemasan makanan. Jika pada komposisi makanan menggunakan bahasa Mandarin, maka  di-Googletranlate-kan terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia. Kemudian perhatikan jenis lemak yang digunakan.

Baca juga: Zaka, Pemungut Sampah Tunanetra Antarkan Dua Anaknya Sarjana

“Karena kalau di Taiwan, lemak harus ditulis lengkap.  Misalnya dari tumbuhan atau hewan. Apabila tumbuhan, harus jelas dari palm atau dari vegetable,” ujar alumnus SD Muhammadiyah Gresik tahun 2014

Selain memperhatikan komposisi, langkah lainnya adalah memperhatikan nama perusahaan yang memproduksi makanan tersebut. 

Jika nama perusahaan yang tercantum merupakan perusahaan yang bersertifikasi halal, maka makanan yang diproduksi juga halal. Ini biasanya dilakukan ketika memilih roti atau olahan makanan berbahan tepung gandum.

Asrama yang menjadi salah satu fasilitas penginapan untuk mahasiswa yang sedang magang atau studi di Universitas Nasional Chung Cheng, Taiwan. Pengalaman Magang di Taiwan. (Tagar.co/Istimewa)

Chili Oil dan Kata Kunci

Chili Oil termasuk bahan makanan halal karena hanya bisa diolah dengan lemak atau oil-nya harus dari vegetable. Dan tidak bisa diolah dari lemak babi. “Jadinya kalau ada orang jual chili oil, itu kita bisa bilang kalau oil-nya itu halal gitu,” ucap personel Tim Spektronic ITS Surabaya.

Jika hendak makan di restoran lokal, diusahakan bertanya kepada penjualnya terlebih dahulu. Pertama itu oil-nya atau minyak yang digunakan untuk menggoreng. Lalu kita juga harus hafal kata kuncinya, pork atau  zurou. Jika pedagangnya mengatakan pork atau zurou, maka makanan itu  mengandung babi.

Berjilbab Memudahkan

Bagi perempuan berjilbab, identitas jilbab membuat orang langsung paham dan langsung tahu kalau seorang Muslimah dilarang memakan babi atau olahan yang mengandung babi. 

Para pemilik resto akan mengatakan, “Maaf. Kamu tidak bisa makan di restoran kami, karena kami masak ayam sama babinya itu dalam satu mangkok atau panci,” ujar mereka dalam bahasa lokal atau bahasa isyarat.

Tetapi, jika benar-benar susah cari makanan halal,  pilihan terakhir adalah memilih makanan vegan atau vegetarian. Yaitu mengonsusi sayuran dan buah saja. Olahan sayur dan buah bisa dipadupadankan dengan telur rebus dan chili bersama roti tawar. Menu seperti ini lebih praktis dan murah untuk ukuran mahasiswa yang sedang magang di Taiwan. (#)

Penulis Estu Rahayu, berdasarkan wawancara dengan Alifah Salsabila Penyunting Mohammad Nurfatoni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *