Mengapa Allah Menciptakan Anak Inklusi?

0
Allah menciptakan anak inklusi tentu ada hikmahnya. Anak illusie adalah kehendak Allah dan bagian dari rencana Dia Yang Maha Bijaksana. Dalam setiap senyum, tawa, dan tangis mereka, terkandung pesan-pesan rahasia yang menunggu untuk diungkap. 

Anak-anak spesial di SD Mumtaz Sidoarjo (Tagar.co/Heni Dwi Utami) (#)

Allah menciptakan anak inklusi tentu ada hikmahnya. Anak illusie adalah kehendak Allah dan bagian dari rencana Dia Yang Maha Bijaksana. Dalam setiap senyum, tawa, dan tangis mereka, terkandung pesan-pesan rahasia yang menunggu untuk diungkap. 
Anak-anak spesial di SD Mumtaz Sidoarjo (Tagar.co/Heni Dwi Utami)

Allah menciptakan anak inklusi tentu ada hikmahnya. Anak inklusi adalah kehendak Allah dan bagian dari rencana Dia Yang Maha Bijaksana. Dalam setiap senyum, tawa, dan tangis mereka, terkandung pesan-pesan rahasia yang menunggu untuk diungkap. 

Oleh Heni Dwi Utami, S.Sos, S.Pd.; Wakil Kepala SD Mumtaz Bidang Kesiswaan dan Pengajar Praktik Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9 BBGP Sidoarjo

Tagar.co – Dalam beberapatahun terakhir, terjadi peningkatan signifikan jumlah anak berkebutuhan khusus atau inklusi. Menurut data terbaru jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia tercatat mencapai 1.544.184 anak, dengan 330.764 anak (21,42 persen) berada dalam rentang usia 5-18 tahun dan hanya 85.737 anak berkebutuhan khusus yang bersekolah. Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,5 juta atau sekitar lima persen (Kementerian Sosial, 2020). 

Fenomena ini menuntut perhatian khusus, tidak hanya dari segi medis dan pendidikan, tetapi juga dari sudut pandang spiritual dan agama. 

Dari pandangan medis dan sosial, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan janin atau bayi terlahir menjadi anak berkebutuhan khusus. Secara medis, faktor genetik dan lingkungan dapat menyebabkan anak lahir dengan kebutuhan khusus.

Misalnya, paparan terhadap bahan kimia tertentu selama kehamilan dapat meningkatkan risiko cacat lahir. Kemudian dari faktor sosial, perubahan dalam gaya hidup modern, termasuk pola makan yang kurang sehat, paparan polusi, dan stres yang meningkat, juga berperan dalam peningkatan jumlah anak berkebutuhan khusus.

Hikmah Tersembunyi

Islam, sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, menyediakan panduan serta hikmah dalam menghadapi berbagai ujian hidup, termasuk di antaranya keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus.

Islam mengajarkan bahwa setiap anak adalah anugerah dari Allah Swt, terlepas dari kondisi fisik atau mentalnya. Allah berfirman:

لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ (49) أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ (50)

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia mengaruniakan kedua jenis (laki-laki dan perempuan) kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Asy-Syura: 49-50)

Ayat ini menggarisbawahi bahwa setiap anak, termasuk anak berkebutuhan khusus, adalah kehendak Allah dan bagian dari rencana Dia Yang Maha Bijaksana. Maka keberadaan anak-anak spesial atau ABK (anak berkebutuhan khusus) ini merupakan anugerah dari Sang Pencipta.

Jalan Menuju Kesabaran dan Keikhlasan

Menjadi orang tua adalah pengalaman yang penuh dengan suka dan duka. Namun, bagi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus atau inklusi, perjalanan ini sering kali lebih menantang dan membutuhkan lebih banyak perjuangan. 

Baca juga: Cinta: Misteri tanpa Jawaban

Salah satu tantangan terbesar adalah menerima diagnosis anak mereka. Orang tua mungkin merasa terkejut, sedih, atau bahkan merasa bersalah, bertanya-tanya apakah ada yang salah yang mereka lakukan.

Perjuangan di awal untuk para orang tua pilihan ini adalah penerimaan dan penyesuaian. Orang tua perlu menyesuaikan harapan mereka untuk masa depan anak, yang sering kali berbeda dari apa yang sebelumnya mereka bayangkan. Mereka harus belajar tentang kondisi anak mereka, memahami kebutuhan khusus yang dimiliki, dan mencari sumber daya yang tepat untuk mendukung perkembangan anak.

Sebuah Ujian

Dalam Islam, memiliki anak berkebutuhan khusus bisa dilihat sebagai ujian dan cobaan dari Allah. Ujian ini diberikan untuk menguji kesabaran, keimanan, dan ketawakalan seorang Muslim. 

Merawat dan mendidik anak berkebutuhan khusus memerlukan kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa. Setiap tetes keringat, setiap air mata yang jatuh, dan setiap doa yang terucap adalah ladang pahala yang berlimpah. Rasulullah Saw bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاه

“Tidaklah seorang Muslim tertimpa kelelahan, penyakit, kesedihan, kesusahan, gangguan, dan duka cita, bahkan duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dosa-dosanya dengan sebab itu.” (H.R. Bukhari)

Hadis ini adalah pengingat bahwa setiap ujian yang dihadapi dalam mendidik anak-anak istimewa ini adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kesabaran dan keikhlasan akan membuahkan pahala yang tidak terhingga di sisi-Nya.

Empati dan Solidaritas: Tali yang Mengikat Kemanusiaan

Kehadiran anak-anak berkebutuhan khusus di tengah-tengah kita juga berperan dalam memupuk rasa empati dan solidaritas. Mereka mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dan peduli terhadap sesama. Anak-anak berkebutuhan khusus adalah pelita yang menuntun kita menuju empati dan solidaritas. Mereka mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap penderitaan dan kebutuhan orang lain. Dalam Al-Quran, Allah Swt berfirman:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Al-Maidah: 2)

Dengan demikian, merawat dan mendukung anak berkebutuhan khusus merupakan bentuk nyata dari pelaksanaan ayat ini. Kehadiran mereka mengajarkan kita untuk bekerja sama, saling mendukung, dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.

Tawakal dan Doa: Kunci Ketenangan Hati

Menghadapi anak berkebutuhan khusus sering kali mengingatkan kita akan keterbatasan manusia dan kebesaran Allah. Dalam Islam, kita diajarkan untuk selalu bertawakal kepada Allah setelah berusaha sebaik mungkin.

Menghadapi berbagai tantangan dalam mendidik anak berkebutuhan khusus, kita sering kali diingatkan akan keterbatasan diri dan keagungan Allah Swt. Islam mengajarkan kita untuk selalu bertawakal dan berserah diri kepada-Nya setelah berusaha semaksimal mungkin. Allah SWT berfirman:

“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupkan (keperluan)-nya.” (At-Talaq:3)

Tawakal dan doa adalah senjata utama para orang tua dan pendidik. Dengan penuh keyakinan kepada Allah SWT, kita mendapatkan kekuatan dan ketenangan hati dalam menjalankan amanah ini. Tawakkal dan doa juga menjadi kunci bagi orang tua dan keluarga dalam merawat anak berkebutuhan khusus, sembari terus berikhtiar memberikan yang terbaik bagi mereka.

Menerima dengan Ikhlas dan Mendidik dengan Sepenuh Jiwa

Fenomena meningkatnya jumlah anak berkebutuhan khusus atau inklusi hadir sebagai cermin yang memantulkan kebesaran Ilahi. Dalam setiap senyum, tawa, dan tangis mereka, terkandung pesan-pesan rahasia yang menunggu untuk diungkap. 

Fenomena ini tidak hanya mengundang perhatian, tetapi juga mengetuk pintu hati para pendidik dan orang tua untuk membuka diri, menerima dengan ikhlas, dan mendidik dengan sepenuh jiwa. 

Kehadiran anak-anak spesial ini di antaranya memang disebabkan oleh berbagai faktor medis dan sosial, serta dapat dilihat sebagai bagian dari ujian dan cobaan dalam perspektif Islam. 

Baca juga: Makan Siang Gratis atau Pendidikan Gratis?

Kesadaran dan penerimaan yang lebih baik, kemajuan teknologi medis, serta perubahan lingkungan dan gaya hidup berperan dalam fenomena ini. Islam mengajarkan untuk menerima dan merawat ABK dengan ikhlas, serta menjadikan hal ini sebagai jalan untuk mendapatkan pahala dan keberkahan.

Fenomena meningkatnya jumlah anak berkebutuhan khusus juga merupakan panggilan dari Allah Swtuntuk kita, para pendidik dan orang tua, agar membuka hati lebih luas, menerima dengan ikhlas, dan mendidik dengan sepenuh jiwa. 

Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Islam, kita dapat menjalani tugas mulia ini dengan penuh syukur dan rasa cinta. Setiap anak berkebutuhan khusus adalah titipan yang membawa keberkahan dan hikmah tak terhingga. Semoga kita selalu diberi kekuatan dan ketabahan dalam menjalankan amanah ini, serta memperoleh rahmat dan rida Allah Swt. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *