Merdeka! Merdeka! Merdeka! Pekik merdeka membahana di angkasa. Luapan emosional setelah sekian lama dicengkeram penjajah. Kemerdekaan telah dinikmati oleh berbagai bangsa. Hanya menyisakan Palestina.
Kolom oleh Dr. Encep Saepudin, S.E., M.Si; Pemulung Kata, Dosen Prodi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Agam Islam, Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP)
Tagar.co – Bermula, setelah berakhirnya Kekaisaran Romawi, Eropa (Barat) mengalami masa kegelapan (dark of age) selama 10 abad, yaitu abad ke-5-15. Kondisi ekonomi, sosial, dan politik sangat terpuruk.
Memasuki pertengahan abad ke-15, Eropa bangkit dari keterpurukannya. Kembali menjelajah dan menjajah bangsa di benua Asia, Afrika, dan Amerika dengan mengusung glory, gold, dan gospel.
Begitulah sepak terjang penjajah: bengis dan di luar nalar kemanusiaan! Membuat bodoh rakyat jajahannya hingga saking bodohnya tidak tahu lagi kalau dirinya manusia. Mengerikan!
Memasuki abad ke-19, sejumlah negara mendeklarasikan kemerdekaan. Terbebas dari penjajah Eropa. Tidak gratis!Tenaga! Pikiran! Harta! Nyawa! Semuanya menjadi taruhannya.
Baca juga: Utang, Jangan Bikin Salat Jenazah Ditunda
Sebanyak 195 negara mendeklarasikan kemerdekaan dirinya selama periode 1800 – 2024. Negara-negara itu adalah 54 negara berada di Afrika, 48 negara di Asia, 44 negara di Eropa, 33 negara di Amerika Latin dan Karibia, 14 negara di Oseania dan 2 negara di Amerika Utara.
Tahun 1960 merupakan tahun paling banyak negara yang merdeka, yaitu 18 negara. Sebanyak 56 negara menyatakan merdeka, tapi tetap mempertahankan hubungan dengan Inggris sehingga disebut negara Persemakmuran Inggris (Commonwealth of England).
Kini, menyisakan Palestina belum merdeka. Yang sejak tahun 1948, bangsa Yahudi disokong Inggris dan Amerika mencaplok tanah Palestina dengan mendirikan negara Israel. Resolusi PBB tanggal 10 Mei 2024 mengakui Palestina sebagai negara utuh yang memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti negara lain.
Al-Istiqlal berarti kemerdekaan. Merdeka dari perbudakan dan kebebasan mengurus dirinya sendiri tanpa intimidasi pihak lain.
Kekhalifahan
Islam melarang penjajahan. Sebaliknya sangat menjunjung persamaan derajat, sebagaimana tercermin pada firman Allah Swt: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti” (Al-Hujurat: 13).
Berpegang pada prinsip tersebut, Kekhalifahan menguasai dunia selama 13 abad, yaitu abad ke-7-20. Periode kekhalifahan terdiri dari Khulafaur Rasyidin (632-661), Khalifah Ummayah (661-750), Khalifah Abbasiyah (750-1258), dan Khalifah Utsmaniyah (1300-1922).
Baca juga: Sepak Bola, You Know Tarkam?
Kekhalifahan pun menyebarkan kekuasaannya ke berbagai belahan dunia, yaitu Asia, Afrika, dan Eropa (Timur). Meski menguasai suatu daerah, Khalifah tetap memberikan kekuasaan bagi daerah setempat melalui desentralisasi. Selain itu, khalifah mendirikan perpustakaan, membebaskan kegiatan ekonomi dan sosial sehingga menciptakan peradaban baru di daerah tersebut.
Ini berbeda dengan bangsa Eropa. Semua koloni-koloni diurus pusat. Bahkan kekayaan alam suatu negeri dijarah dan warganya pun dibuat sengsara dan bodoh.
Indonesia Merdeka
Begitulah yang terjadi di negara kepulauan Nusantara saat itu. Setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit, Eropa menjajah dan menguras kekayaan alamnya selama 350 tahun.
Sampai akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1945, ratusan bangsa yang berada di kepulauan ini bersatu menjadi satu negara yang berdaulat, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tanggal 17 Agustus diperingati sebagai Hari Kemerdekaan.
Baca juga: Tidur dan Hikmah Ashabulkahfi
Setiap bulan Agustus meriah dengan kelap-kelip lampu warna-warni. Malam menjadi bersinar terang.
Bendera merah putih dan umbul-umbul diterpa angin. Jadilah berkibar-kibar.
Karnaval digelar. Peserta berbusana unik. Dari yang tradisional, hingga model gaun kontemporer.
Mobil, motor, dan sepeda pun dihias. Minimal dipasang bendera merah putih.
Seru. Hikmah. Merdeka!
Kamu pakai busana apa, bestie? (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni