Tagar.co

Home » K.H. Hasan Abdullah Sahal Tokoh Perbukuan IBF 2024
KH Hasan Abdulllah Sahal adalah kiai Gontor yang ”menyala” dengan banyak jejak keteladanan.

K.H. Hasan Abdullah Sahal Tokoh Perbukuan IBF 2024

KH Hasan Abdulllah Sahal adalah kiai Gontor yang ”menyala” dengan banyak jejak keteladanan.
KH Hasan Abdulllah Sahal saat dinobatkan sebagai Tokoh Perbukuan IBF 2024 (Tagar.co/M. Anwar Djaelani)

K.H. Hasan Abdullah Sahal adalah kiai Gontor yang ”menyala” dengan banyak jejak keteladanan.

Oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku Ulama Kritis Berjejak Manis dan sebelas judul lainnya

Tagar.co – “Tulislah apa yang ada dalam dirimu, yang engkau miliki, yang engkau ketahui, tapi dengan hati nurani,” kata K.H. Hasan Abdullah Sahal. Hal ini, lanjut sang Kiai, karena “Suara hati yang jernih akan menghasilkan bacaan dan tulisan yang menenangkan hati, menginspirasi orang lain untuk berbuat baik. Bahkan mengubah mereka menjadi insan yang semakin bertakwa”.

Dua ungkapan inspiratif di atas disampaikan K.H. Hasan Abdullah Sahal saat dinobatkan sebagai Tokoh Perbukuan IBF 2024 pada 14 Agustus 2024. Itu, bagian dari acara IBF (Islamic Book Fair) ke-22 yang keseluruhannya berlangsung 14-18 Agustus 2024 di JCC Senayan Jakarta.

Baca jugaIslamic Book Fair, Pro-U, dan Kisah ‘Buku Dilawan Buku

Pesan Berkesan

Kecuali dua hal di atas, ada sejumlah hal penting lainnya yang disampaikan Kiai Hasan. Seperti biasanya, semuanya bernas dan inspiratif. Mari, kita hayati:

  1. Rajin membaca dan menulislah. Bacalah tulisan Allah, tulislah tulisan Allah, tapi tulislah dengan nurani.
  2. Kita harus selalu berprasangka baik kepada tulisan Allah. Tetapi, kepada tulisan manusia boleh berprasangka baik dan boleh pula berprasangka tidak baik (dalam artian, harus kritis).
  3. Waspadalah, sekarang nurani ditinggalkan. Orang-orang bicara, menulis dan membaca perpolitikan tanpa nurani. Padahal, manusia tanpa nurani bukan manusia.
  4. Jika akhlak rusak, kitalah yang harus mendidik dengan baca dan tulis: Iqra’, iqra’, iqra’!
  5. Sebelum membaca, bersihkan hati nurani kita.
  6. Ungkapan ”jas merah” itu penting. Bahwa, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Bergurulah kepada sejarah. Bahkan, kita harus cerdas menyikapi sejarah karena kita akan membangun sejarah. Kita harus membangun sejarah dengan sebaik-baiknya (https://khazanah.republika.co.id/berita/si9oyu320/pesan-kiai-hasan-sahal-di-ibf-2024-manusia-tanpa-nurani-bukan-manusia).

Sekilas Jejak

K.H. Hasan Abdullah Sahal adalah Pimpinan Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Dia dikenal sebagai ulama yang lugas (untuk tak menyebut vokal). Saat menyampaikan kebenaran, dia sampaikan dengan tegas. Sebagai contoh, sang kiai pernah menyampaikan bahwa pesantren berdiri untuk membentengi bangsa Indonesia dan umat Islam dari pengaruh-pengaruh kekafiran dan penjajahan

Lebih jauh, siapa ulama yang murah senyum sekaligus suka menyelipkan humor di ceramah-ceramahnya itu? Siapa kiai yang suka sepakbola dan punya sorot mata tajam itu? Siapa tokoh yang bukan hanya bisa menyanyi tapi juga cakap mengarang lagu itu?

Sampai ke Al-Azhar

Pondok Modern Darussalam Gontor didirikan oleh tiga bersaudara. Mereka adalah K.H. Ahmad SahalKH Zainuddin Fananie, dan KH Imam Zarkasyi

Adapun Hasan Abdullah Sahal adalah putra dari K.H. Ahmad Sahal. Dia putera keenam dan lahir di Desa Gontor – Ponorogo pada 24 Mei 1947. 

Dia selesaikan Sekolah Dasar (SD) di  Desa Gontor pada tahun 1959. Enam tahun berikutnya, dia menjadi santri di Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) Pondok Modern Darussalam Gontor – Ponorogo.

Baca juga: Para Pendakwah Pengubah Sejarah Indonesia

Setamat KMI pada 1965, Hasan Abdullah Sahal melanjutkan studi ke Fakultas Ushuluddin di Institut Pendidikan Darussalam (IPD) Gontor. Pada saat yang sama, dia juga mengajar di KMI selama dua setengah tahun.

Pada 1967 Hasan Abdullah Sahal mendapat kesempatan melanjutkan studi ke Universitas Islam Madinah. Di sana, dia belajar di Fakultas Dakwah dan Ushuluddin  

Dia terus menambah ilmu. Pada tahun 1992 Hasan Abdullah Sahal mendalami hadits di Universitas Al-Azhar Mesir.

Jejak Pendiri

Kepemimpinan KH Hasan Abdullah Sahal teruji. Itu bisa dilihat dari sejumlah lembaga yang didirikannya dan berbagai jabatan keorganisasian yang pernah dimanahkan kepadanya.

KH Hasan Abdullah Sahal tercatat sebagai Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor. Amanah ini dipegangnya sejak 1985. Terlihat, terentang panjang pengalamannya, puluhan tahun.

Tak hanya bisa meneruskan apa yang sudah ada, K.H. Hasan Abdullah Sahal juga tipe “pendiri”. Dia pendiri Pondok Pesantren Putri al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo. Itu terjadi pada tahun 1989. Tiga tahun setelah itu, pada 1992, dia dirikan Pondok Tahfiz Qur’an al-Muqoddasah, Nglumpang, Mlarak, Ponorogo. Di pondok itu, dia sekaligus menjadi pengasuh. 

KH Hasan Abdullah Sahal bersama penulis (Tagar.co/istimewa)

Dosen dan Penulis

Sejak 1977, K.H. Hasan Abdullah Sahal dosen di Universitas Darussalam (Unida) Gontor. Adapun Unida adalah perguruan tinggi buah dari perjalanan panjang. Berawal dari Institut Pendidikan Darussalam (IPD). Lalu, berganti menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID). Terakhir, menjadi Universitas Darussalam (Unida).

Sebagai pendidik dan pendakwah, dia lengkap. Lisan dan tulisannya, sama-sama bisa menjadi media berharga. Dari KH Hasan Abdullah Sahal lahir sejumlah karya tulis. Berikut ini, judul-judulnya: 1) Membina Keluarga Muslim. 2) Pegangan Para Qori’. 3) Obsesi Hasan Abdullah Sahal. 4) Ceramah-ceramah Kontemporer. 4) Allamatnil Hayah (Kehidupan Mengajariku). Untuk yang disebut terakhir ada jilid I, II, dan III.

Baca juga: Buku Kehidupan Mengajariku, Quotes Lugas dan Berani Pimpinan Gontor

K.H. Hasan Abdullah Sahal telah melakukan perjalanan dakwah, bahkan lengkap ke lima benua. Berikut sekadar sebagian di antara pengalaman beliau ke luar negeri.

Pernah mengikuti Seminar Bahasa Arab di Brunei Darussalam, tahun 1993. Berdakwah di sejumlah negara: Malaysia tahun 1999, Hongkong tahun 1999 dan 2000, Korea Selatan tahun 1999, dan Jepang tahun 2001.

Kunjungan luar negeri lainnya, adalah ke Singapura tahun 1999;  Jordania, Syiria, Turki, Jerman, Prancis, dan Belgia tahun 2002; Australia tahun 2003; Juga, pernah ke Saudi Arabia, Mesir, Thailand, India, serta Pakistan (https://www.gontor.ac.id/k-h-hasan-abdullah-sahal). Pun, pernah ke Rusia, Inggris, dan Spanyol.

Pesantren Benteng NKRI

Situs www.republika.co.id pada 17 Maret 2018 menurunkan berita. Bahwa, K.H. Hasan Abdullah Sahal—Pimpinan Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo—memberi ceramah pada Milad ke- 50 Pondok Pesantren Daar el-Qolam. Saat itu Kiai Hasan menyoroti maraknya LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) dan penjajahan. 

Dengan sepenuh semangat, sang Kiai mengingatkan bahwa pesantren itu menjadi benteng NKRI dalam memerangi penjajahan. “Pesantren berdiri berabad-abad untuk membentengi bangsa Indonesia, untuk membentengi umat Islam, dari pengaruh-pengaruh kekafiran dan dari pengaruh-pengaruh penjajah dan penjajahan. Maka, kalau ada kiai yang tidak antipenjajah dan penjajahan, itu kiai palsu. Kalau santri, ada santri tidak antipenjajahan, itu santri palsu. Kalau ada pesantren tidak antipenjajahan, itu pesantren palsu,” demikian kata KH Hasan Abdullah Sahal.

Dalam catatan Republika, ceramah sang Kiai saat itu terasa istimewa lantaran diselipkan potongan-potongan gambar bergerak. Ada gambar reklamasi pulau di Teluk Jakarta, kehadiran artis-artis luar negeri, konser-konser musik, dan parade LGBT. Juga, ada perjuangan santri dan pesantren melawan penjajah. 

Melengkapi ceramahnya, kiai karismatik itu menegaskan bahwa pondok pesantren tidak berpolitik, tapi mengajarkan yang halal dan haram. Ceramahnya pun menurut Kiai Hasan juga bukan soal politik, tapi pelajaran guru kepada murid-muridnya (https://www.republika.co.id/berita/p5ofy7282/candaan-kh-hasan-soal-sepatu-biru-tak-bisa-apaapa-viral).

Cahaya Nasihat 

Pada 7 Maret 2021 K.H. Hasan Abdullah Sahal memberikan nasihat kepada ratusan alumni Gontor. Itu, di acara pelantikan pengurus Jilus Tis’inat atau kumpulan alumnus Gontor angkatan 90-an.  

Ada tiga nasihat. Ini salah satunya. Bahwa, Gontor tidak hanya mengajarkan “ta’limul muta’allim” (bagaimana seorang santri menghargai ilmu dan gurunya), tetapi juga “ta’limul mu’allim” (bagaimana alumni Gontor mampu mentransfer nilai-nilai Gontor kepada masyarakat). Lebih dari itu, Gontor membina agar santri menjadi “mundzirul qaum” yaitu penyeru, pengingat kebaikan dari masyarakat (https://www.republika.id/posts/14844/tiga-nasihat-kakek-hasan-abdullah-sahal).

Ulama, Introspeksilah!

Ada lagi, pesan dan nasihat K.H. Hasan Abdullah Sahal selaku Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor. Itu disampaikannya saat menghadiri acara Tajammu’ Nasional di Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory, Tangerang Selatan. Acara itu, berlangsung Ahad 15 September 2019.  

Berikut ini petikannya. Bahwa, kata Pak Kiai, berbahagialah orang-orang baik yang Allah telah memanggilnya. Berbahagialah, lanjut beliau, yang telah dipanggil Allah lebih dahulu sebab kita tak tahu umat akan dikemanakan: Ke kafir, musyrik, maksiat, penindasan, kecurangan, kebodohan, pembohongan, kebohongan, penyesatan? 

Sang Kiai mengajak introspeksi: Berapa prosen ulama yang bisa tegakkan identitas? Berapa yang jual iman? Ada berapa yang gadaikan pondok? Dan berapa yang singkirkan jati diri?

Kata KH Hasan Abdullah Sahal, jika ada bagian dari bangsa Indonesia yang mau diperbudak orang luar negeri maka dia serupa (lalu beliau menyebut beberapa istilah, salah satunya adalah) boneka. Masih kata Sang Kiai, sehina-hina hidup adalah saat dijajah. Itulah episode paling sakit, paling sengsara (https://www.youtube.com/watch?v=hEHP2GUYxHY).

Pesan di Lirik

Bacalah tulisan: “Kiai Gontor, Mencipta Lagu untuk Lima Vokalis Beken”. Bahwa, pada Maret 2022 ada rilis video lagu berjudul ”Kembali kepada Allah Swt”. Lagu itu ciptaan K.H. Hasan Abdullah Sahal. Liriknya, memberi pesan kemanusiaan dengan mengajak para pendengar agar kembali kepada Sang Pencipta. Supaya kembali kepada jalan yang benar, sesuai dengan tuntunan-Nya. Serta menjauhi perbuatan yang merusak diri, masyarakat, dan alam. Hal itu, karena segala cobaan dan musibah yang terjadi di dunia tidak lain dan tidak bukan merupakan ujian dari Sang Pencipta.

Di rilis video lagu itu, Gontor Voice berkolaborasi dengan lima vokalis ternama Indonesia. Mereka adalah Ifan Seventeen, Ifan Govinda, Umaru Takaeda, Natta Reza, dan Rizal Armada  (https://www.ngopibareng.id/read/kiai-gontor-mencipta-lagu-untuk-lima-vokalis-beken).

Tergugah Ghirah

Demikianlah, sekilas K.H. Hasan Abdullah Sahal – Sang Penyeru Umat. Postur tubuhnya relatif kecil, tapi semangat kepejuangannya sangat besar. Kita beruntung sering mendapat siraman ruhani dari beliau yang penuh gizi, yang sungguh mencerahkan. 

Semoga Allah selalu jaga beliau. Semoga jejak langkah hidupnya, selalu dalam pertolongan dan hidayah Allah. Mudah-mudahan semangat dakwahnya terus menyala. Mudah-mudahan ghirah kepejuangannya terus menginspirasi kita, terutama dalam hal aktif membaca dan menulis. Amin. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *