Makna Merdeka Menurut Buya Hamka
Merdeka menurut Buya Hamka adalah keadilan. Maka seseorang yang menyadari kemerdekaannya ia akan mengetahui apa haknya dan tahu kewajibannya. Kemerdekaan tidak bisa dibeli dan dirampas. Jadilah pribadi merdeka!
Opini oleh Mahyuddin Syaifulloh , Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo ( Miosi )
Tagar.co – Merdeka menurut Buya Hamka adalah keadilan. Hal ini diungkapkannya pada buku Falsafah Hidup. Ia menyatakan kemerdekaan suatu bangsa adalah atas kemerdekaan jiwa tiap-tiap putra bangsa. Hamka berpandangan agar putra bangsa bisa menjadi pribadi-pribadi yang merdeka, sehingga suatu bangsa bisa merdeka secara sentosa.
Seorang manusia harus berikhtiar supaya menjadi orang yang merdeka, dengan memupuk perasaan merdeka dalam hati sehingga bisa menjadi pedoman berpikir. Menurutnya, seorang hidup kalau tidak berpikiran merdeka tidaklah dapat naik, dia hanya menjadi orang bawah saja.
Seorang yang menyadari kemerdekaannya akan mengetahui apa haknya dan tahu akan kewajibannya. Manusia boleh mengeluarkan apa yang terasa di hatinya, namun tetap menghormati kemerdekaan orang lain dan membayar kewajiban yang diminta oleh masyarakat.
Orang yang merdeka berani menyampaikan pendapatnya, meskipun pendapatnya membantah suara terbanyak. Sekadar keberaniaanya menyatakan sesuatu yang tidak adil baginya. Selain itu dia bisa bertanggung jawab atas pandangannya, sekiranya dia salah, dia berani menerima kosekuensinya.
Baca juga: Kemerdekaan Indonesia untuk Semesta, Bebaskan Palestina
Berani karena Benar
Putra bangsa yang telah terbiasa berkata terus terang. Berani karena benar, sabar atas hambatan dan bantahan, tahan kena kritik, dan kuat serta teguh.
Modal putra bangsa yang berikhtiar untuk merdeka ialah mendidik akalnya, yaitu menambah ilmu dan memperbanyak penyelidikan. Dia melepaskan diri dari ragu akan suatu keyakinan, dia senantiasa berusaha mencari jawaban atas keraguannya dengan ilmu pengetahuan.
Manusia yang tidak mudah menerima suatu hal yang baru datang dan tidak tetap atas yang lama, sebelum diselidiki dan ditetapkan oleh akalnya. Putra bangsa yang tidak tersandera oleh kebiasaan atau pendapat orang banyak. Semuanya harus ditimbang dengan akal, dibanding, dan kalau perlu dibantah.
Selain itu orang yang merdeka tidak tamak materi atau harta. Hamka berpandangan orang yang diperbudak harta tidaklah merasakan nikmat kemerdekaan. Harta adalah kekuatan yang amat perkasa untuk menipu. Dengan harta orang membeli pendirian dan keyakinan. Bahkan dnegan harta orang tumpahkan darah orang yang tidak bersalah.
Renungan dari makna merdeka Buya Hamka, apakah putra bangsa Indonesia telah mendidik dirinya masing-masing menjadi manusia merdeka.
Kemerdekaan Dibeli
Mengutip Tirto.id , Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia mencatat toleransi politik uang di masyarakat pada Pemilu 2024 lebih tinggi dibandingkan Pemilu 2019. Artinya semakin banyak orang yang mewajarkan jual beli suara untuk memenangkan konstelasi politik dengan membeli kemerdekaan seseorang.
Putra bangsa Indonesia perlu berkontemplasi ketika kebebasan berpikir dan berkeyakinan tidak dimaksimalkan, ketika keyakinannya masih bisa dibeli, maka bangsa Indonesia belum bisa dikatakan merdeka secara sentosa.
Baca juga: Indonesia Bernyawa Menuju Indonesia Raya, Pidato Kebangsaan Haedar Nashir
Terbaru soal arti kemerdekaan yang tercederai oleh aturan dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bahwa anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tahun 2024 ini dilarang memakai jilbab atau hijab. Hal ini merupakan sebagai kebijakan yang tidak bijak, tidak adil, dan tidak beradab. Karena kemerdekaan berkeyakinan dirampas oleh aturan. Meskipun pada akhirnya aturan itu direvisi atas desakan publik.
Putra bangsa Indonesia harus memahat dirinya menjadi manusia-manusia merdeka yang mampu mengungkapkan pendapatnya, menjalani keyakinannya, tanpa mencederai kemerdekaan manusia lainnya.
Kemerdekaanya yang tidak mudah dibeli maupun dirampas. Putra bangsa yang merdeka akan melahirkan bangsa Indonesia yang merdeka secara sentosa. Sentosa yang bermakna bebas dari kesukaran, aman, tenteram, dan sejahtera. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni