Tagar.co

Home » Saat Guru Berlomba, Murid pun Jadi Suporter
Saat guru berlomba dalam peringatan HUT Ke-79 Kemerdekaan RI, murid-murid SD Muhammadiyah 1 GKB pun mendukung dengan penuh antusias. "Ya Allah akehe pendukungku," ujar salah seorang guru, takjub.

Saat Guru Berlomba, Murid pun Jadi Suporter

Saat guru berlomba, para siswa bersorak riang. Salah satu kelompok berhasil menarik tali tambangnya. (Tagar.co/Sayyidah Nuriyah)

Saat guru berlomba dalam peringatan HUT Ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia, murid-murid SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik pun mendukung dengan penuh antusias. “Ya Allah akehe pendukungku,” ujar salah seorang guru, takjub.

Tagar.co – Tek, tek, tek, dung, dung, dung, dung, dung! Sebagian siswa kelas VI kompak menabuh barang di sekolah jadi alat musik yang meriah. 

Berbaju nuansa merah putih, mereka menabuh galon dan tong sampah yang tersedia. Tanpa aba-aba, mereka semangat menjadi suporter untuk para guru yang sedang berlomba, Kamis (15/8/2024) siang.  

Sementara siswa-siswi lainnya duduk di sekeliling lapangan futsal SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik. Mereka bersorak menyebutkan nama guru yang mereka dukung. 

Baca juga: Juara Gerak Jalan Perkuat Siar Pemuda Muhammadiyah Siliragung

“Ustaz Neno, Ustaz Neno, Ustaz Neno!” pekik para siswi di kubu kiri. 

“Ustazah Mar’a, Ustazah Mar’a, Ustazah Mar’a, Ustazah Mar’a!” teriak sekelompok para siswi di samping mereka.

Mengikuti lomba sejak pagi hingga siang nyatanya tak menyurutkan semangat mereka. Energi anak-anak masih penuh. Bahkan memenangkan lomba membuat mereka semakin antusias. 

Alvino Rizky Ramadhan, siswa kelas V, misalnya. Ia mengaku tak lelah meski habis ikut lomba tarik tambang. “Gak capek, tadi aku menang juara I,” ujarnya. Bulir keringat masih membekas di dahinya. 

Lomba Guru

Di sekolah ramah anak yang full day itu, lomba memperingati Hari Kemerdekaan RI tidak hanya untuk siswa. Siangnya berlanjut untuk guru. 

Lomba guru dimulai dengan estafet balap karung putra dan putri. Tiga kelompok mengajukan empat perwakilan untuk bertanding di lomba ini. Gelak tawa mewarnai guru yang menonton rekannya berjuang lompat maupun jalan cepat untuk mencapai garis finish

Memasuki final, peraturan diperketat. “Karena ini final, wajib lompat! Kalau jalan didiskualifikasi!” ujar Mi’dzinatud Diniyah, S.Pd. yang menjadi MC. 

Usai diperoleh juara dari regu putra maupun putri, lomba berlanjut tarik tambang. Tiga grup putra dilebur jadi dua grup. Sekuat tenaga mereka menarik tali tambang. Banyak guru yang akhirnya menunjukkan tangan memerah. Namun tetap bisa tertawa bahagia. 

Baca juga: Gelar Upacara HUT Kemerdekaan RI di IKN, Pemerintah Anggarkan Rp 87 Miliar

Lomba untuk guru laki-laki ditutup dengan futsal memakai penutup wajah corong dari kertas. Corong itu dikaitkan di depan wajah dengan pengikat tali rafia di kepala. Alhasil, ini menjadi tantangan mereka dalam mengoper maupun menendang bola. Gerrr pecah ketika tendangan bola beberapa kali meleset. 

Tak jarang bola yang di dekat pemain dibiarkan begitu saja sementara para pemain celingukan mencari posisi bolanya. Meski komentator sudah memberi petunjuk dengan menyebutkan nama pemain, mereka tetap celingukan. 

“Bola mendekati Pak Fahilan, oh diambil alih Pak Authon, mendekati Pak Indra, Pak Dzul bersiap, ya sayang sekali bola meleset ke arah penonton,” ujar Sayyidah Nuriyah, S.Psi. yang mendadak jadi komentator.

Di tengah keseruan itu, bola yang ditendang salah satu pemain menyangkut ke tumpukan meja-kursi di lantai dua. Pak Neno lantas memanjat dengan penuh perhitungan dan berhasil mengambil bolanya. 

Sebagian guru laki-laki celingukan mencari posisi bola saat lomba futsal corong. (Tagar.co/Nurma Aini Salsabila)

Estafet Balon Air

Sementara untuk guru perempuan, lomba ditutup dengan estafet balon air di Ekowisata SD Mugeb. Air yang dibungkus pakai plastik 1 kilogram dilempar ke teman di belakangnya. Teman di belakangnya harus menangkap lalu melemparnya ke belakang. 

Anggota paling belakang melemparkannya ke ember. Kelompok juara ialah yang berhasil mengumpulkan air terbanyak di ember. 

“Jangan diperas plastiknya nanti airnya habis,” ujar David Al-Ghifari, S.Pd. kepada Septemdira Intan Sari Suprobowati, M.Pd. 

Baca juga: Lomba 17 Agustus yang Melegenda

Menyadari baju dan kerudungnya basah, Erni Rosmala, S.Pd. berpendapat, “Kalau yang depan baiknya melempar tidak terlalu keras, pelan-pelan saja biar airnya masih bisa ditampung.”

Maka tepuk tangan para siswa membuat suasana lomba di bawah terik matahari itu tetap meriah. Kehadiran mereka menyuntikkan semangat tersendiri bagi para guru yang berlomba. 

Sebelum bertanding, Mar’atus Sholihah, S.Pd. mengabadikan semangat para siswa yang mendukungnya. Ia merekam video dengan ponselnya. “Ya Allah akehe pendukungku,” ujarnya takjub. Senyum mengembang di bibirnya. (#)

Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *