Umat, Bukan Hanya untuk Menyebut Manusia dan Kaum Beriman
Umat digunakan Al-Quran bukan hanya untuk menyebut manusia tetapi juga yang lain. Bukan pula untuk menyebut kelompok namun juga individu. Bukan saja untuk umat Islam, tetapi juga ketika menyebut yang kafir.
Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).
Tagar.co – Kata ummah (KBBI: umat) digunakan dalam Al-Qur’an sebanyak 51 kali. Beberapa di antaranya: Al-Baqarah/2:128; Al-Maidah/5:48, Yunus/10:9. Sedangkan bentuk jamaknya (umam) disebut sebanyak 13 kali. Beberapa di antaranya: Al-An’am/6:42, Al-A’raf/7:38; An-Nahl/16:63.
Baca juga: Roh, Beragam Maknanya dalam Al-Qur’an
Beberapa maknanya dalam Al-Qur’an, antara lain:
a. Kelompok Masyarakat
“Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan dengan hak itulah mereka menjalankan keadilan.” (Al-A’raf/7:159, baca juga ayat 34, 38, 164, dan 181).
Baca juga: Yatim, Dua Kewajiban Kita kepadanya
b. Agama
“… Orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: ‘Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu umat (agama) dan sesungguhnya kami adalah mengikuti jejak-jejak mereka.” (Al-Zuhruf/43:23, baca juga ayat 22, A1-Anbiya’/21:92 dan Al-Mukminun/23:92).
c. Waktu
“Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa umat (waktu) lamanya …” (Yusuf/12:45).
Tidak Hanya Manusia
Ar Raghib dalam bukunya Al-Mufradat fi Gharib Al Qur’an mendefinisikan umat sebagai semua kelompok yang dihimpun oleh sesuatu. Seperti agama, waktu, atau tempat yang sama, baik penghimpunan secara terpaksa maupun atas kehendak mereka sendiri (Quraysh Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Mizan, 1996)
Kata ini tidak hanya dipergunakan untuk manusia, tetapi juga untuk jin dan binatang, sebagaimana firman Allah SWT: “Masuklah kalian ke dalam neraka bersama-sama umat-umat (umam)‚ jin dan manusia sebelum kalian …” (Al-A’raf/7:38).
“Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (umam) seperti kalian.” (Al-An’am/6:38).
Baca juga: Ikhlas, Setan pun Tak Berdaya
Sebutan ini tidak harus untuk orang banyak, tetapi bisa juga untuk seseorang yang pada orang itu terkumpul sifat-sifat yang baik dan selalu berjalan di atas kebenaran. Sebagaimana terjadi pada Nabi Ibrahim (An-Nahl/16:120). Umat juga tidak hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman, melainkan juga untuk orang-orang yang tidak beriman. (Hud/11:48)
Menarik ketika Al-Qur’an menyebut umatan wasatan. “Kami telah menjadikan kalian sebagai umatan wasatanuntuk menjadi saksi atas manusia.” (Al-Baqarah/2:143).
Ibnu Katsir menjelaskan keberadaan umatan wasatan memang dibutuhkan untuk menjadi panutan, pengarah kepada kebaikan. Lantas, sudahkah saat ini kita menjadi umatan wasatan? (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni