Tagar.co

Home » Jahil, Bermacam-macam Kebodohan Menurut Al-Qur’an
Apa makna jahil? Apa maksud jahil basit? Apa pula makna jahil murakab? Apa saja perilaku yang tergolong jahil? Putus asa dalam dakwah termasuk perbuatan jahil?

Jahil, Bermacam-macam Kebodohan Menurut Al-Qur’an

Apa makna jahil? Apa maksud jahil basit? Apa pula makna jahil murakab? Apa saja perilaku yang tergolong jahil? Putus asa dalam dakwah termasuk perbuatan jahil?
Jahil dalam Al-Qur’an (Ilustrasi freepik.com premium)

Jahil maknanya? Apa maksud jahil basit? Apa pula makna jahil murakab? Apa saja perilaku yang tergolong jahil? Mempermainkan syariat dan putus asa dalam dakwah termasuk jahil? Bagaimana meminta sesuatu yang tak diketahui?

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).

Tagar.co – Jahil berarti orang yang tidak tahu, bodoh, atau tidak terpelajar. Kata jahil disebut sekali dalam Al-Qur’an yaitu dalam surat Al-Baqarah/2:273. 

Sedangkan jahilina disebut sebanyak enam kali (seperti dalam surat Al-An’am/6:35; Al-A’raf/7:99 dan Al-Qashash/28:55); serta jahiluna disebut sebanyak tiga kali yaitu Yusuf/12:89; Al-Furqan’25:63; dan Az-Zumar/39:64. 

Jahil atau kejahilan (kata benda), ada dua macam yaitu jahil basil dan jahil murakab (Ensklopedi Islam Indonesia, Djambatan). Jahil basit adalah kejahilan yang disebabkan oleh keadaan seseorang yang memang benar-benar tidak tahu tentang sesuatu atau kebenaran. Dia menyadari ketidaktahuannya sehingga jika melakukan kesalahan akan segera kembali pada kebenaran setelah menyadari kesalahannya. 

Kejahilan seperti ini tergambarkan dalam firman Allah SWT sebagai berikut: “(Berinfaklah) kepada orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) di bumi. Orang yang tidak tahu (jahil) menyangka mereka orang kaya, karena memelihara diri dari meminta-minta ….” (Al-Baqarah/2:273). 

Baca juga: Istikzan, Syariat Meminta Izin

Adapun jahil murakab adalah kejahilan karena tidak mau tahu sama sekali atau memang tidak tahu tetapi pura-pura tahu. Nasihat tidak efektif bagi mereka karena jahil murakab berdiri di atas kesombongan. Jahil murakab inilah yang pernah diderita masyarakat praislam. 

Jahil murakab tergambar dari firman Allah SWT seperti berikut: Katakanlah: ‘Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang jahil?’ (Az-Zumar/39:64). 

Oleh karena itu ketika Rasulullah Saw membawa nilai-nilai kebenaran, seruan Rasulullah Saw ini bukan hanya tidak didengar, lelih dari itu ditolak dengan menggunakan kekerasan. 

Baca jugaBaiat, Janji Setia pada Nabi Muhammad

Bermacam Kejahilan

Berikut ini adalah beberapa contoh kejahilan yang diceritakan oleh Al-Qur’an: 

1. Mempermainkan Syariat 

“Dan ketika Musa berkata kepada kaumnya: ‘Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.’ Mereka berkata: ‘Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?’ Musa menjawab: ‘Aku berlindung kepada Allah akan termasuk golongan orang-orang jahil.’” (Al-Baqarah/2:67). 

2. Putus Asa dalam Dakwah 

” Dan jika keberpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat lubang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang jahil.” (Al-An’am/3:35). 

Baca jugaRiya, Penyakit Hati yang Sulit Terdeteksi

3. Meminta Sesuatu yang Tidak Diketahui

“… Janganlah kamu memohon kapada-Ku sesuatu yang kamu tidak tahu (hakikatnya). Sesungguhnya Aku peringatkan kamu supaya jangan termasuk orang-orang jahil.” (Hud/11:46). 

4. Tergoda untuk Berzina

Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan tipu daya mereka, tentu aku cenderung (untuk memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang jahil.” (Yusuf/l2:33). 

Dari beberapa contoh perilaku kajahilan di atas terlihat bahwa perilaku kejahilan adalah perilaku yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Adakah perilaku kajahilan bagian dari kehidupan kita? Semoga tidak! (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *