Tagar.co

Home » SMA Muhiba Ikuti Edukasi dan Simulasi Kebencanaan

SMA Muhiba Ikuti Edukasi dan Simulasi Kebencanaan

100 Peserta dan Fasilitator SRPB BPBD Jatim berfoto bersama saat sesi Penutupan Sosialisasi dan Pembentukan Satuan Pendidikan Aman Bencana di SMA Muhiba, Sabtu (20/7/2024) (Tagar.co/Ibnu SRPB)

SMA Muhiba sebagai salah satu dari 4 sekolah se-Jawa Timur untuk pembentukan Satuan Pendidikan Aman Bencana, mengikuti tahapan edukasi, sosialisasi, dan simulasi atau praktik kebencanaan.

Tagar.co – Suasana di SMA Muhammadiyah 1 Babat (SMA Muhiba) Lamongan Jawa Timur tidak seperti biasanya. Sabtu pagi (20/7/2024), siswa yang masuk hanya puluhan saja karena sebagai peserta simulasi kebencanaan.

Di beberapa sudut halaman sekolah parkir beberapa mobil bukan dari civitas Muhiba. Tercatat ada sekitar 6 mobil dengan logo oranye bersimbol segitiga di tengahnya yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Acara pembukaan dimulai deretan antrean siswa dan guru sangat rapi di depan aula untuk melakukan registrasi kegiatan yang dilayani langsung oleh anggota BPBD Jawa Timur.

Semua peserta masuk ruang aula dengan antusias. Mereka sangat penasaran materi apa saja yang akan diterima. Apakah sama dengan tahun lalu saat Muhiba kerja sama melakukan simulasi kebencanaan dengan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC)? Terlihat wajah siswa begitu antusias, apalagi kalau ada tamu luar yang menyampaikan materi.

Di dalam aula sudah terdengar suara-suara tegas dari slogan BPBD yang diajarkan oleh fasilitator. “Tangguh, tangguh, tangguh, luar biasa,  dengan posisi tangan kanan mengepal dihempaskan ke depan,” ucap fasilitator dengan semangat.

Civitas Muhiba dengan semangat otomatis memberikan slogan sekolah dengan aba-aba. “SMA Muhiba, Hobi Berkarya, Tradisi Juara, Raih Pahala.” Slogan tersebut semakin membulatkan semangat peserta untuk memulai hari dengan belajar bersama BPBD Jawa Timur kali ini.

Baca juga: Cara Hancurkan Air tanpa Menyentuhnya Terkuak di Pashmina Goes to School

Saat akan pemberian materi di serambi Masjid A.R. Fachruddin dengan Tim Mosipena, siswa sangat antusias. Apalagi, saat mereka melihat Mobil Edukasi Penanggulangan Bencana yang di salah satu sisinya dilengkapi dengan layar besar seukuran papan tulis.

Di sisi lain ada empat lampu lalu lintas yang terpasang dengan tenaga surya, dua layar monitor touchscreen yang berisi materi edukasi kebencanaan dan buku-buku bacaan yang menambah pengetahuan terkait kebencanaan.

Siswa sangat antusias mengeksplorasi si mobil edukasi tersebut. Bahkan saat materi pun mereka sangat semangat karena pemateri dari tim fasilitator sangat lihai dalam mengelola suasana.

Suasana saat latihan pemadaman api sebagai rangkaian materi terakhir sangat ditunggu-tunggu peserta, baik guru maupun siswa. Mereka beberapa kali tercengang dan memberikan tepuk tangan meriah saat fasilitator memberikan atraksi-atraksi pemadaman api. Begitu pula saat beberapa perwakilan civitas melakukan praktik pemadaman api. Mereka pun langsung menyambutnya dengan tepuk tangan riang gembira.

SMA Muhiba
Penyerahan dokumen kajian risiko bencana oleh Kepala SMA Muhiba Kepada Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Lamongan. (Tagar.co/Aminulloh F Roziqi)

SMA Muhiba sebagai salah satu dari 4 sekolah se-Jawa Timur untuk pembentukan Satuan Pendidikan Aman Bencana. “Dipilihnya sekolah ini dikarenakan di Kecamatan Babat berpotensi bencana 5 dari 14 jenis potensi bencana,” ungkap Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Lamongan Joko Raharto saat pembukaan Sosialisasi SPAB di aula sekolah, Sabtu (20/7/2024).

Fasilitator dari Sekretariat Bersama (Sekber) Relawan Penanggulangan Bencana (SRPB) BPBD Jawa Timur, Dini Prastyo Wijayanti mengatakan terbatasnya jumlah peserta ini demi terjaminnya program bisa dilakukan dengan baik dan efektif.

“Namun yang penting adalah tindak lanjutnya setelah pelatihan ini yaitu risiko bisa diperkecil apabila kapasitas diperbesar,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, anggota Fasilitator SRPB Achmad Ibnul Hakim menjelaskan kegiatan Satuan Pendidikan Aman Bencana tahun ini sangat spesial. “Karena ada empat sekolah yang ditunjuk dan dilaksanakan sehari penuh mulai proses edukasi, sosialisasi hingga simulasi,” ungkapnya.

Edukasi dan Sosialisasi

Setelah pembukaan dan MoU, agenda berlanjut dengan materi secara terpisah antara siswa dengan guru. Siswa mengikuti materi Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) dan Manajemen Kebencanaan bersama Tim Mobil Edukasi Penanggulangan Bencana (Mosipena) bertempat di serambi masjid.

Guru mengikuti materi tiga pilar SPAB dan Dokumen Kajian Risiko Bencana di kantor guru. Pada proses pengisian dokumen kajian risiko bencana ada banyak instrumen yang perlu dijawab dulu oleh civitas Muhiba sebagai syarat penentuan langkah fasilitator untuk melaksanakan edukasi dan sosialisasi.

Selepas beberapa materi tersebut selesai, fasilitator SRPB pun mulai mengajak peserta untuk melaksanakan prasimulasi sebelum adzan dhuhur berkumandang. Seusai ishoma, fasilitator memberikan instruksi kepada semua peserta untuk bersiap pelaksanaan simulasi dengan kronologi terjadi gempa bumi sebesar 4,2 skala Ritcher.

Baca juga: Desakralisasi Jabatan Profesor ala Rektor UII

Sontak saja, setelah sirine bencana berbunyi siswa dan guru langsung menunduk diam dengan menutupi kepalanya, ada juga yang bersembunyi di bawah meja. Setelah sirine bencana berbunyi kedua kali, baru siswa dan guru keluar dari kelas dan ruangan untuk berkumpul di titik kumpul di halaman sekolah.

Ketua Tim Siaga Bencana Sekolah (TSBS) langsung melakukan koordinasi dengan tim untuk menjalankan Standar Operasional Pelaksanaan (SOP) kebencanaan mulai mendata, memantau, mengevakuasi korban hingga memberikan pertolongan pertama pada korban.

Setelah dipastikan aman semua termasuk korban sudah dievakuasi dan ditangani pertolongan pertama, Ketua TSBS melaporkan kepada Kepala Sekolah. Setelah mendapatkan laporan, Kepala Sekolah membuat keputusan untuk memulangkan semua siswa dan guru yang disampaikan secara langsung sekaligus menghimbau agar tetap waspada apabila masih terjadi gempa susulan.

Berlatih Padamkan Api

Setelah proses simulasi kebencanaan selesai, pukul 14.10 WIB, dilanjutkan materi memadamkan api. Kegiatan ini ditandainya fasilitator menata beberapa bahan dan perlengkapan, antara lain tong yang berisi campuran air, solar, pertalite, ember berisi air, karung goni, Alat Pemadam Api Ringan (APAR), kaos tangan dan helm sebagai langkah preventif saat praktik.

Materi terakhir ini disampaikan langsung Koordinator Fasilitator SRPB Rachmad Subekti Kimiawan yang telah tujuh belas tahun malang melintang di dunia relawan kebencanaan. Peserta memanggilnya dengan panggilan Pak Wawan.

Dia memulai materi ini dengan menjelaskan fungsi masing-masing perlengkapan yang telah disiapkan. Ada dua metode pemadaman api yang akan dilaksanakan yatiu memadamkan api menggunakan kain goni yang dibasahi air dan yang kedua memadamkan api menggunakan APAR.

Pada praktik pertama, fasilitator meminta security sekolah Sulthon untuk memadamkan api menggunakan kain goni yang telah dibasahi air. Sempat beberapa detik dia bingung menentukan arah angin karena dalam proses pemadaman api harus membelakangi arah api itu sendiri.

“Alhamdulillah proses mendebarkan pemadaman api oleh keamanan sekolah berjalan mulus dan sukses api padam,” katanya.

Selanjutnya, pada praktik pemadaman api kedua giliran Kepala Sekolah Agus Al Chusairi memadamkan api menggunakan APAR yang telah disiapkan oleh sekolah berbahan dry powder.

Prasimulasi, Ketua TSBS melakukan latihan untuk simulasi kebencanaan. (Tagar.co/Aminulloh F Roziqi)

Sesaat sebelum praktik, dia sempat mengenakan sarung tangan dan helm sebagai langkah antisipasi. Fasilitator pun sudah bersiap mendampingi dan mengarahkan. Sesuai teknik yang telah didapatkan Agus pun dengan lancar dan cepat memadamkan api yang membesar tersebut.

Total dalam praktik pemadaman api tersebut tercatat ada dua siswa dan tiga guru yang melaksanakan simulasi pemadaman api.

Baca juga: Izin Tambang bagi Ormas, Maslahat atau Masalah?

Rangkaian edukasi, sosialisasi dan simulasi kebencanaan selesai dilaksanakan. Dalam sesi penutupan, SRPB BPBD Jawa Timur Dini Prastyo Wijayanti mengatakan setelah mengamati semua rangkaian termasuk hasil kajian risiko yang telah dilakukan SMA Muhammadiyah 1 Babat akhirnya dinyatakan mendapat predikat Baik Sekali dalam proses Satuan Pendidikan Aman Bencana.

“SMA Muhiba harus melakukan pelatihan secara periodik dan mandiri,” harapnya.

Selanjutnya, secara resmi SMA Muhiba melalui Kepala Sekolah menyerahkan dokumen kajian risiko bencana kepada Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Lamongan Sukirno. Untuk selanjutnya akan diposting ke aplikasi INARIS oleh fasilitator.

Mengakhiri rangkaian agenda tersebut peserta, tim fasilitator dan BPBD Lamongan yang mendampingi melakukan foto bersama dan sayonara tepat pukul 15.20 WIB. (#)

Jurnalis Aminulloh F Roziqi. Penyunting Ichwan Arif.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *