Tagar.co

Home » Hari Pertama Sekolah tanpa Bu Nur
Jelang pukul setengah 8, motor Beat biru Bu Nur sudah diparkir di halaman. Pagi ini, di hari pertama sekolah, Bu Nur tidak ada. Tapi semangatnya masih bersama kita.

Hari Pertama Sekolah tanpa Bu Nur

Jelang pukul setengah 8, motor Beat biru Bu Nur sudah diparkir di halaman. Pagi ini, di hari pertama sekolah, Bu Nur tidak ada. Tapi semangatnya masih bersama kita.
Hari pertama sekolah di PAUD Aisyiyah Mencorek (Tagar.co/Nely Izzatul)

Jelang pukul setengah delapan, biasanya motor Beat biru Bu Nur sudah diparkir di halaman. Namun pagi ini, di hari pertama sekolah, Bu Nur tidak ada. Tapi semangatnya masih bersama kita. 

Tagar.co – Bu Nur Hayati S.Pd.I., Kepala PAUD Aisyiyah Mencorek, Sendangharjo, Brondong, Lamongan, Jawa Timur. Pagi tadi, Senin (15/7/2024) seharusnya ia membersamai para guru dan anak-anak di hari pertama sekolah. Tapi sudah satu setengah bulan ini Bu Nur sakit. 

Sejak Selasa, 28 Mei 2024 lalu, Bu Nur mendadak sakit. Saat saya kunjungi pada Ahad (16/6/2024), Bu Nur pun menceritakan kronologi sakit yang ia alami. 

Ternyata, lepas salat Asar, badan Bu Nur tiba-tiba lemas seolah-olah tidak memiliki daya, dan itu terjadi secara mendadak. Tubuhnya tiba-tiba terasa sangat enteng. Setengah badannya tidak bisa digerakkan. Lepas salat Asar itu, segera ia minta bopong suami karena tidak punya kekuatan untuk berdiri. 

Akhirnya, setelah Magrib, segera ia dibawa ke Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (RSML) untuk mendapatkan perawatan. Kurang lebih harus dirawat selama 11 hari. Terhitung sejak Selasa (28/5/2024) hingga Jumat (7/6/2024). 

Baca juga: Hari Pertama Sekolah di Spemdalas, Ada Pemain Bola dan Tanam Pohon

Bu Nur sehari-hari tampak gesit dan energik. Hampir tidak pernah kami mendengar Bu Nur mengalami sakit. Tiba-tiba kami harus menerima kabar pahit itu. Bu Nur terserang penyakit strok.

Padahal, Hari Selasa 28 Mei itu, Bu Nur masih aktif masuk sekolah. Masih membersamai anak-anak Kelompok B untuk latihan tari jelang perpisahan. Tapi ternyata, qadarullah, Selasa sore kemudian Bu Nur mengalami sakit yang tidak kami sangka-sangka.

Selama 11 hari Bu Nur dirawat, banyak tugas yang harus diambil alih guru yang lain. Padahal selama ini Bu Nur yang biasa mengelola tabungan dan raporan. Sehingga dengan sakitnya Bu Nur, guru-guru lain pun merasa sangat gelagapan.

Bendahara sekolah, Yuha A’yunina mengaku, banyak tugas yang kemudian harus dipegang guru-guru lain. Masing-masing mereka tentu saja memegang hal atau tugas-tugas yang baru, semenjak Bu Nur harus istirahat dari aktivitas. 

“Contohnya kemarin saat pembagian tabungan. Kami merasa kewalahan karena biasanya Bu Nur yang mengelola sendiri. Termasuk raporan dan juga perpisahan. Kami pun mau tidak mau harus bisa belajar cepat. Akhirnya banyak tugas yang harus dipegang guru lain. Masing-masing kita megang tugas baru,” katanya. 

Bu Nur Hayati saat mengajar siswa-siswi Kelompok B (Tagar.co/Lidya Nur Saidah)

Baca jugaHafalan Haidar, Kolaborasi Indah Mugeb School dan Orang Tua

Kepala Kelompok Bermain (KB) Aisyiyah Mencorek, Humaidah, S.Pd., mendoakan semoga Bu Nur lekas sembuh, bisa segera pulih dan bergabung kembali bersama guru dan anak-anak di PAUD Aisyiyah Mencorek.

“Banyak yang mendoakan, semoga Bu Nur cepat sembuh. Semoga dengan kekuatan doa tersebut, Bu Nur bisa segera terangkat penyakitnya,” kata Bu Hum—sapaan akrabnya. 

Doa yang sama juga dilantunkan Lidya Nur Saidah sebagai partner Bu Nur di Kelompok B.

“Harapan saya untuk Bu Nur semoga lekas sembuh. Biasanya rapor dan tugas mengajar kami bagi. Saat Bu Nur sakit, saya tentu harus bisa melakukannya sendiri,” kata Bu Lidya. 

Di hari pertama sekolah ini, tentu sangat berbeda tanpamu Bu Nur. Semoga Allah segera mengangkat penyakit Bu Nur. Bisa kembali bersekolah bersama anak-anak. Semoga rasa sakit yang Bu Nur alami menjadi ladang pahala dan penggugur dosa-dosa. Amin. (#) 

Jurnalis Nely Izzatul  Penyunting Mohammad Nurfatoni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *