Tagar.co

Home » Novel Totto-chan, Pendidikan Karakter yang Dibangun dalam Cerita
Novel Totto-chan, harus dibaca guru supaya roh pendidikan kita tidak sekadar di lisan, tetapi bisa masuk ke hakiki nilai kemanusiaan, yaitu pendidikan karakter. 

Novel Totto-chan, Pendidikan Karakter yang Dibangun dalam Cerita

Novel Totto-chan, harus dibaca guru supaya roh pendidikan kita tidak sekadar di lisan, tetapi bisa masuk ke hakiki nilai kemanusiaan, yaitu pendidikan karakter. 
Novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela (Tagar.co/istimewa)

Novel Totto-chan, harus dibaca guru supaya roh pendidikan kita tidak sekadar di lisan, tetapi bisa masuk ke hakiki nilai kemanusiaan, yaitu pendidikan karakter. Ada 8 karakter di sini.

Tagar.co – Novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela atau dalam buku aslinya berjudul Madogiwa no Totto-Chan ini merupakan karya Tetsuko Kuroyanagi. 

Novel ini menceritakan tentang seorang anak bernama Totto-chan yang dianggap nakal oleh orang-orang sekitarnya. Dia gemar berdiri di balik jendela selama pelajaran berlangsung, padahal sudah diberi peringatan berulang-kali oleh gurunya. 

Sampai akhirnya, Totto-chan dikeluarkan dari sekolah, kemudian masuk ke sekolah yang sangat unik, sekolah yang berada di dalam gerbong kereta yang sudah tidak digunakan. Siswa juga bebas memilih urutan pelajaran sesuai dengan keinginan. 

Di sekolah inilah, Totto-chan menemukan, bahwa belajar itu menyenangkan. Siswa dan guru bisa sebagai teman dalam belajar. Anak pun diberikan keleluasaan dalam memilih ‘menu’ belajarnya. Bukan berarti sekolahnya asal-asalan, tetapi sekolah ini menawarkan pendidikan karakter yang sekarang menjadi sangat penting di pendidikan kita. 

Berikut, nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela

Nilai Kemandirian

Totto-chan berusaha menyelesaikan tugas dari kepala sekolahnya. Totto-chan memiliki janji dengan kepala sekolah untuk menyelesaikan tugasnya dan mengembalikan barang ke tempat asalnya. 

Namun, selama prosesnya, dia mengalami rintangan dan berusaha untuk menyelesaikannya dengan sekuat tenaga.

Baca juga: Mencari Wajah Asli Bocah Bertopeng

Kemandirian dalam novel ini ditandai oleh adanya inisiatif, berusaha untuk mengatasi berbagai rintangan yang menghadangnya dan menyelesaikan aktivitasnya demi kesempurnaan dan kepuasan, serta mengerjakan pekerjaannya sendiri. 

Bercocok Tanam 

Untuk mengajari bercocok tanam, kepala sekolah Mr. Kobayashi Kobayashi mengundang seorang petani untuk mengajari anak-anak bercocok tanam. Totho-chan dan teman-temannya pun belajar bercocok tanam apa ahlinya.

Pelajaran yang diambil yaitu, siswa sangat menghormati petani. Anak-anak termasuk Totto-chan selalu memanggilnya guru.

Pendidikan bercocok tanam tersebut secara tidak langsung mengajarkan kepada anak bahwa makanan yang biasa mereka makan ternyata sulit diperoleh. Sehingga mereka akan lebih menghargai makanan dengan tidak membuang-buangnya.

Menghargai dan Menghormati

Dengan mereka mendapatkan pelajaran dari seorang petani, dan mengetahui betapa sulitnya bercocok tanam, anak-anak juga belajar menghormati pekerjaan orang lain. Mereka diajarkan untuk tidak merendahkan pekerjaan orang lain, karena setiap pekerjaan memiliki pengetahuannya masing-masing.’

Baca juga: Saatnya Orang Tua Bikin Liburan Menyenangkan untuk Buah Hati

Menyukai Pelajaran

Terbayang ‘kan betapa menyenangkannya sekolah di Tomoe Gakuen ini. Siswa bebas memilih urutan mata pelajaran sesuai dengan keinginannya. Dengan begitu, jarang sekali anak-anak yang tidak menyukai pelajaran yang saat itu sedang dipelajarinya. Mereka sangat enjoy menjalani belajar. Mereka pun kerasan.

Tanggung Jawab

Dengan mereka memilih urutan mata pelajaran sesuai dengan keinginannya, maka tidak ada alasan lagi untuk malas belajar. Mereka harus bertanggung jawab atas apa yang telah dipilihnya.

Nilai Kepercayaan

Ketika kamu mendapatkan kepercayaan penuh dari seseorang, apa yang akan kamu lakukan? Menjaganya, bukan? Ya, kepala sekolah Tomoe Gakuen, Mr. Kobayashi selalu menanamkan kepercayaan itu kepada siswanya.

Baca juga: Dilan 1983 Wo Ai Ni: Romantisme, Persahabatan, dan Cinta Monyet

Totto-chan yang dipandang nakal oleh orang-orang, selalu dipupuk kepercayaan dirinya oleh Mr. Kobayashi. Dia mengatakan, “Kamu anak yang benar-benar baik, kau tahu itu, kan?” Dengan begitu pikiran bawah sadar pun akan mengikutinya juga bahwa dirinya adalah anak yang baik.

Saling Menghargai 

Di Tomoe Gakuen, Totto-chan sekelas dengan anak yang mengidap polio, dia juga sekelas dengan anak kerdil. Meskipun mereka memiliki keistimewaan tersendiri. Mereka diberikan rasa percaya diri agar tidak malu dengan dirinya sendiri. Mereka semua berteman baik.

Bahkan, ketika ada teman laki-laki Totto-chan yang menarik rambutnya. Anak laki-laki dimarahi oleh kepala sekolah. Mr. Kobayashi menentang kebudayaan Jepang yang kala itu merendahkan anak-anak perempuan dan mengagung-agungkan lelaki.

Kayaknya, untuk mengawali tahun pelajaran baru 2024-2025 nanti, pendidik kita harus membaca novel ini supaya roh pendidikan kita tidak sekadar di lisan, tetapi lebih pada hakiki nilai kemanusiaan, yaitu pendidikan karakter. Semoga! (#) 

Penulis Ichwan Arif Penyunting Mohammad Nurfatoni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *