Tagar.co

Home » Nur Kholis, Menjaga Kearifan Lokal melalui Batik Bangsawan
Nur Kholis awalnya sebagai pedagang yang mengambil batik dari luar Gresik untuk dijual. Namun seiring waktu, dia pun beralih membuat rumah produksi batik sendiri dengan motif khas Gresik.

Nur Kholis, Menjaga Kearifan Lokal melalui Batik Bangsawan

Nur Kholis awalnya sebagai pedagang yang mengambil batik dari luar Gresik untuk dijual. Namun seiring waktu, dia pun beralih membuat rumah produksi batik sendiri dengan motif khas Gresik.
Nur Kholis dengan Batik Bangsawan (Tagar.co/Istimewa)

Nur Kholis awalnya sebagai pedagang yang mengambil batik dari luar Gresik. Namun seiring waktu, dia pun beralih membuat rumah produksi batik sendiri dengan motif khas Gresik.

Tagar.co – Nur Kholis (43), menjaga kearifan lokal melalui Batik Bangsawan. Perajin batik tulis yang beralamat di Jalan Ir Sukarno 16 RT 003/RW 003 Desa Legowo, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, ini terus berinovasi di tengah-tengah persaingan arus batik digital.

Pria lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang tahun 2005 ini memulai usaha perdagangan batik dan tenun berbasis online bulan Februari 2011. Dengan bermodalkan Rp 10 juta dari tabungan pribadi dan istri, serta melakukan peminjaman ke bank untuk meneruskan operasional, dia bisa mulai menyewa toko untuk menjalankan usaha ini.

Dalam merintis karier, awalnya dia hanya sebagai pedagang yang mengambil batik dari luar Gresik untuk selanjutnya dijual. Namun seiring waktu, dia pun beralih membuat rumah produksi batik sendiri dengan motif khas Gresik.

“Pada tahun 2016 saya mulai merintis sendiri dengan mengangkat tema kebudayaan asli Gresik, seperti damar kurung dan aktivitas sosial masyarakat,” ucapnya. 

Pada tahun yang sama, pria kelahiran Lamongan ini memulai produksi sendiri dengan Gresik sebagai sumber inspirasi. Dia menggunakan brand usaha mikro kecil, dan menengah (UMKM) yang bergerak di bidang batik tulis dengan nama Bangsawan Indonesia Tekstil. 

Dia menyadari, Gresik sebenarnya bukan termasuk kota yang memiliki akar budaya batik, layaknya Kabupaten Tuban, Madura, atau Mataraman. Namun dengan tekad membara, berbekal potensi tradisi melukis damar atau lampu damar kurung, dia memiliki semangat dalam menjaga kearifan lokal dalam batiknya

“Motivasi usaha saya dan istri adalah menyelamatkan tradisi melukis lampion Damar Kurung yang sangat melegenda di Gresik dari kepunahan dan juga memberi peluang anak-anak untuk terlibat pada proses membatik sejak dini,” katanya, Selasa (25/6/2024).

Baginya, menekuni usaha batik bukan semata-mata persoalan untung dan rugi. Lebih dari itu, batik ada nilai yang tak kalah penting untuk dilestarikan, yakni seni dan falsafah yang tertuang dalam fragmen atau motif batik tersebut.

Selain menggabungkan teknik membatik tulis dengan tradisi Damar Kurung, seni menghias lampion dengan objek lukis kegiatan masyarakat urban sehari-hari, seperti bermain layangan, kenduri, pencak silat, tilik orang sakit, maupun keramaian pasar malam, dia juga ingin memotret aktivitas keseharian. 

Ada juga motif cikar (pedati) terlukis indah pada kain Batik Bangsawan. Motif itu dilukis secara detail, dipadukan dengan beberapa motif lain hingga membentuk fragmen yang menarik. Cikar merupakan moda transportasi roda dua bertenaga sapi. Muatan cikar pada umumnya merupakan hasil pertanian. Sampai saat ini cikar masih ditemukan di KecamatanSekapuk, Kabupaten Gresik.

Motif cikar adalah satu di antara 50 fragmen yang dituangkan Nur Kholis dalam karya batiknya. Beberapa di antaranya adalah motif kehidupan sosial Masyarakat pesisir seperti orang mengaji, mencari ikan, atau orang-orang yang biasa mengangsu (mengambil air) saat sore hari.

Selain itu, motif-motif hasil karya Batik Bangsawan tersebut identik mengangkat tema local wisdom atau kearifan lokal yang diambil dari tema budaya maupun aktivitas kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Gresik di masing-masing kecamatan atau desa.

“Karena kalau kita bicara khas Gresik itu sangat banyak, tidak hanya damar kurung, tetapi juga tema-tema lain seperti wisata desa. Nah itu kan bisa kita jadikan motif batik karya kita juga,” jelasnya.  

Kreasi dan inovasi dalam membatik, baginya diilhami oleh maestro Damar Kurung asal Gresik Masmundari. “Saya juga ingin mendokumentasikan kehidupan sosial sehari-hari ke dalam motif Batik Bangsawan,” tuturnya. 

Dia berharap tradisi yang pernah dikembangkan oleh maestro Masmundari tidak punah dengan gempuran teknologi yang terus berkembang. “Jadi Batik Bangsawan ini merupakan bagian dari upaya kami untuk mempertahankan tradisi itu,” ucapnya.   

Dalam perkembangannya, Bangsawan Indonesia Tekstil memiliki produk usaha bernama Kawulo Alit (desain terdaftar) yang menampilkan 50 lebih fragmen masyarakat pesisir Gresik. Seperti kegiatan ngangsu (menimba air di sumur), pedagang di pasar, anak-anak mengaji, odong-odong, mancing ikan, maupun pertandingan silat antarkampung. 

Era Digital

Perkembangan era digitalisasi menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku industri batik tulis di Kabupaten Gresik, khususnya. Terlebih dalam hal proses pembuatan, seperti memperkaya motif dan kombinasi warna, serta inovasi pemasaran maupun membaca peluang pasar.

Untuk menyiasati, selain memanfaatkan media online untuk memasarkan produk hasil karyanya, dia itu juga gencar memperkaya motif agar produk batik hasil karyanya semakin diminati oleh pembeli. 

Mengenai pemasaran, konsumen bisa membeli secara online melalui website. Namun, banyak juga yang melakukan transaksi pembelian batik tulis secara offline karena ingin memastikan batik tulis yang dibeli benar-benar asli.

“Malah banyak yang offline, soalnya kalau batik tulis cuma sedikit yang terpajang di toko, lebih banyak di rumah,” jelasnya.

Terkait harga Batik Bangasawan, satu lembar batik tulis berkisar mulai Rp 500 ribu “Harga bisa berbeda tergantung pada tingkat kesulitan motif dan kombinasi warna batik,” ucapnya. (#)

Jurnalis Ichwan Arif Penyunting Mohammad Nurfatoni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *