Mbah Sumeh, Penarik Kuda yang Masih ‘Roso’ di Usia 76 Tahun
Mbah Sumeh, Penarik Kuda yang Masih ‘Roso’ di Usia 76 Tahun; Jurnalis Darul Setiawan
Tagar.co – Rintik hujan sore itu masih membekas di jalanan Desa Kalisoro, Tawangmangu, Jawa Tengah. Di sepanjang jalan penghubung ke Cemorokandang, Magetan, Jawa Timur, itu berjajar kios-kios penjual makanan dan minuman yang berjajar.
Di seberang kios, ada pemandangan yang membetot perhatian. Dua hewan tunggangan, dengan warna putih dan krem berdiri gagah di samping trotoar. Di sebelahnya, kakek tua dengan kuda putihnya tampak siap menunggu pengunjung yang ingin menyewa jasanya.
Memakai topi koboi dengan baju kerah lengan panjang berwarna hijau, Mbah Sumeh, nama kakek tersebut mempersilakan para pengunjung untuk menaiki kudanya.
“Ayo-ayo sini cucuku, naik kuda putih kakek,” ujarnya sembari memegang pecut di tangan kanan dan tali kendali kuda di tangan kiri itu, Ahad (23/6/24).
Kakek kelahiran Januari 1948 itu memang tampak masih kuat. Suaranya yang meletup-letup seolah menutupi usianya yang sudah 75 tahun. Kulitnya yang sudah berkeriput, tak mengalahkan semangatnya untuk menarik kuda, pekerjaan sampingan yang sudah dilakoninya sejak 1990. Total, 34 tahun sudah Mbah Sumeh menapaki jalan bersama kuda yang dinamainya Kantong itu.
“Saya sehari-hari menjadi petani. Hanya saat hari Ahad dan pas liburan saja narik (kuda),” ujar kakek dengan tiga anak dan tujuh cucu itu.
“Biar tetap sehat, karena orang tua seperti saya harus banyak aktivitas,” ungkapnya ketika ditanya alasannya yang masih menjalani aktivitas sebagai penarik kuda sampai saat ini.
Para pengunjung awam terkadang ragu soal tarif yang dipatok. Sudah sesuai atau dilebihkan. Menghadapi hal itu, Mbah Sumeh punya trik tersendiri agar tidak disebut menaikkan tarif. Saat pengunjung itu menanyakan tarif, maka Mbah Sumeh langsung menyodorkan foto kopi kartu nama yang sudah dilaminating. Di balik kartu nama itu, ada tarif yang tertera, bergantung jarak tempuhnya.
Tarif yang dipatok Mbah Sumeh sama dengan kawan-kawan penarik kuda lainnya di jalan Kalisoro tersebut. Mulai dari Rp 50 ribu untuk jarak terdekat. Hingga Rp 100 ribu untuk rute yang melalui Wisata Bukit Sekipan atau Air Mancur Gerojogan Sewu.
Mbah Sumeh memang tidak sendiri. Ada penarik kuda lainnya, yang memang memiliki kuda secara pribadi, yang berprofesi menjadi penarik kuda di sana. “Alhamdulillah, kalau ramai kadang bisa sampai 12 orang yang naik kuda dalam sehari,” ungkap Iwan, penarik kuda warna krem yang mengaku baru dapat tarikan tiga orang dalam sehari ini.
Meski paling senior di antara para penarik kuda lainnya, semangat Mbah Sumeh tak pernah lekang. Itu terlihat dari raut wajahnya yang tak kenal lelah, meski telah menapaki jalanan Tawangmangu yang berkontur naik turun bahkan relatif curam itu.
Semangat Mbah Sumeh nyaris sama dengan almarhum Mbah Marijan, yang terkenal dengan kalimat fenomenalnya ‘Roso’ saat menjadi bintang iklan minuman berenergi saat itu.
Para pengunjung biasanya langsung dipersilakan naik ke atas kudanya, setelah deal soal harga yang dipatok. Bagi penunggang awal, mungkin tidak sulit menyesuaikan tatakan kaki dan pegangan tangan yang melekat di pelana kuda.
Setelah dirasa siap, Mbah Sumeh yang telah berdiri di samping kuda, langsung sigap berjalan beriringan. Kuda Kantong miliknya kemudian berjalan menyusuri tapak demi tapak jalanan di sekitar Raya Kalisoro, Tawangmangu.
Untuk jarak terdekat, dengan tarif Rp 50 ribu bisa dibilang terjangkau jika melihat rute dan kontur jalanan yang dilewati naik turun. Lebih-lebih pemakai jasa tunggangan kuda akan mendapat bonus pemandangan indah pegunungan Tawangmangu yang luar biasa.
Tarif tersebut dipastikan lebih murah dari tempat wisata di Telaga Sarangan, yang mematok harga Rp 80 ribu per satu putaran mengelilingi telaga.
Ketika ditanya rahasia awet muda, Mbah Sumeh membagikan beberapa tips. “Pertama makanan yang dimakan harus alami. Kedua, banyaklah olahraga. Ketiga, pikiran jangan terlalu banyak memuncak (bebannya). Terakhir, harus mengedepankan kejujuran. Leres mboten (benar-tidak)?” jelasnya. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni