Nabi Ibrahim, sejak Muda Sudah Radikal
Nabi Ibrahim, sejak Muda Sudah Radikal oleh Sugeng Purwanto
Tagar.co – Nabi Ibrahim lahir di Kota Urkasdim, Babilonia. Negeri Irak sekarang. Penguasanya bernama Namrud. Raja dan rakyat negeri itu penyembah berhala.
Bapak Nabi Ibrahim, Azar, pemahat patung berhala. Namun lingkungan musyrik ini tak memengaruhi pikiran Nabi Ibrahim.
Dia malah tumbuh menjadi pemuda yang berpikiran kritis terhadap budaya dan kepercayaan masyarakat penyembah patung, bintang, bulan, dan matahari.
Dalam surat Al-An’am (6): 76-78 menceritakan, di masa mudanya Ibrahim menemukan hakikat tuhan setelah mempertanyakan kenapa matahari, bulan, dan bintang disembah manusia dan dianggap tuhan.
Di akhir pencariannya tentang hakikat tuhan dia menemukan Allah sebagai tuhan pencipta langit bumi yang patut disembah.
Sejak itu dia sampaikan hakikat tuhan yang sebenarnya kepada masyarakat. Walaupun mereka tetap menyangkalnya.
قَالَ يَٰقَوْمِ إِنِّى بَرِىٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ
Dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan.” (ujung ayat 78)
إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (ayat 79)
وَحَآجَّهُۥ قَوْمُهُۥ ۚ قَالَ أَتُحَٰٓجُّوٓنِّى فِى ٱللَّهِ وَقَدْ هَدَىٰنِ ۚ وَلَآ أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِۦٓ إِلَّآ أَن يَشَآءَ رَبِّى شَيْـًٔا ۗ وَسِعَ رَبِّى كُلَّ شَىْءٍ عِلْمًا ۗ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ
Dan kaumnya membantah pendapatnya. Dia berkata: “Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku”. Dan aku tidak takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran?” (ayat 80)
Nabi Ibrahim juga mengkritik penyembahan patung-patung. Mereka memberi sesaji dan tempat berdoa. Berhala itu dipercaya membawa rezeki dan kedamaian.
Seperti dikisahkan dalam surat Al-Anbiya (21): 51-55.
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَآ إِبْرَٰهِيمَ رُشْدَهُۥ مِن قَبْلُ وَكُنَّا بِهِۦ عَٰلِمِينَ
Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Ibrahim hidayah sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahuinya. (ayat 51)
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِۦ مَا هَٰذِهِ ٱلتَّمَاثِيلُ ٱلَّتِىٓ أَنتُمْ لَهَا عَٰكِفُونَ
Ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya? (ayat 52)
قَالُوا۟ وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا لَهَا عَٰبِدِينَ
Mereka menjawab, ”Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya.” (ayat 53)
قَالَ لَقَدْ كُنتُمْ أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُمْ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
Ibrahim berkata, ”Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata.” (ayat 54)
قَالُوٓا۟ أَجِئْتَنَا بِٱلْحَقِّ أَمْ أَنتَ مِنَ ٱللَّٰعِبِينَ
Mereka menjawab: “Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?” (ayat 55)
قَالَ بَل رَّبُّكُمْ رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ٱلَّذِى فَطَرَهُنَّ وَأَنَا۠ عَلَىٰ ذَٰلِكُم مِّنَ ٱلشَّٰهِدِينَ
Ibrahim berkata, ”Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya, dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu.” (ayat 56)
Ketika dakwah lisan tidak mengubah tahayul masyarakat, maka Ibrahim membuat gerakan radikal. Dia hancurkan patung-patung berhala itu. Tak pelak dia pun menjadi tertuduh sebagai teroris.
Seperti diceritakan dalam surat Al-Anbiya’ (21): 57-61
وَتَٱللَّهِ لَأَكِيدَنَّ أَصْنَٰمَكُم بَعْدَ أَن تُوَلُّوا۟ مُدْبِرِينَ
Demi Allah, sungguh aku akan buat tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. (ayat 57)
فَجَعَلَهُمْ جُذَٰذًا إِلَّا كَبِيرًا لَّهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ
Maka Ibrahim menghancurkan berhala-berhala itu berpotong-potong, kecuali yang terbesar, agar mereka bertanya kepada patung itu. (ayat 58)
قَالُوا۟ مَن فَعَلَ هَٰذَا بِـَٔالِهَتِنَآ إِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Mereka berkata, ”Siapakah yang berbuat ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang zalim.” (ayat 59)
قَالُوا۟ سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُۥٓ إِبْرَٰهِيمُ
Mereka berkata, ”Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini, dia bernama Ibrahim.”(ayat 60)
قَالُوا۟ فَأْتُوا۟ بِهِۦ عَلَىٰٓ أَعْيُنِ ٱلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَشْهَدُونَ
Mereka berkata, ”Bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan.” (ayat 61)
قَالُوٓا۟ ءَأَنتَ فَعَلْتَ هَٰذَا بِـَٔالِهَتِنَا يَٰٓإِبْرَٰهِيمُ
Mereka bertanya: “Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?” (ayat 62)
قَالَ بَلْ فَعَلَهُۥ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا فَسْـَٔلُوهُمْ إِن كَانُوا۟ يَنطِقُونَ
Ibrahim menjawab, ”Sebenarnya patung besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.” (ayat 63)
فَرَجَعُوٓا۟ إِلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ فَقَالُوٓا۟ إِنَّكُمْ أَنتُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
Maka mereka kembali sadar lalu berkata, ”Sesungguhnya kalian adalah orang-orang zalim terhadap diri sendiri.” (ayat 64)
ثُمَّ نُكِسُوا۟ عَلَىٰ رُءُوسِهِمْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَٰٓؤُلَآءِ يَنطِقُونَ
Kemudian kepala mereka tertunduk, (lalu berkata), ”Sesungguhnya kamu (Ibrahim) mengetahui berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.” (ayat 65)
قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكُمْ شَيْـًٔا وَلَا يَضُرُّكُمْ
Ibrahim berkata,”Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak memberi mudharat kepada kamu?” (ayat 66)
أُفٍّ لَّكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Ah (celaka) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami? (ayat 67)
قَالُوا۟ حَرِّقُوهُ وَٱنصُرُوٓا۟ ءَالِهَتَكُمْ إِن كُنتُمْ فَٰعِلِينَ
Mereka berkata, ”Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak.” (ayat 68)
قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ
Kami berfirman, ”Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (ayat 69)
وَأَرَادُوا۟ بِهِۦ كَيْدًا فَجَعَلْنَٰهُمُ ٱلْأَخْسَرِينَ
Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. (ayat 70)
وَنَجَّيْنَٰهُ وَلُوطًا إِلَى ٱلْأَرْضِ ٱلَّتِى بَٰرَكْنَا فِيهَا لِلْعَٰلَمِينَ
Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. (ayat 70)
Di zaman negeri Babilonia pemberontak dihukum mati dengan dibakar di tempat umum. Ketika api tidak bisa membakar Ibrahim, bisa dibayangkan penguasadan masyarakat pasti heboh. Merekamenganggap Ibrahim kebal api.
Lolos dari hukuman bakar itu, Ibrahim ditemani Luth lari ke Palestina. (#)
Editor Mohammad Nurfatoni