Nebeng itu ada etikanya. Salah alasannya agar tak terjerumus pada gratifikasi. Setidaknya ada 10 etika nebeng.
Opini oleh dr Mohamad Isa
Tagar.co- Ada dua peristiwa soal nebeng. Pertama seorang pimpinan perusahaan, tiba-tiba perlu untuk pergi ke suatu tempat. Sang pimpinan mau nebeng pada bawahannya. Dengan senang hati, bawahan tersebut mempersilakan sang pimpinan untuk bersama pergi, karena arahnya hampir sama.
Peristiwa kedua, ada seseorang di tengah jalan, karena sesuatu hal, harus pergi ke suatu tempat. Seseorang tersebut mau nebeng ke orang yang lewat, tapi ditolak dengan alasan tertentu.
Dua peristiwa nebeng, tapi dengan hasil berbeda, kenapa berbeda?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah nebeng didefinisikan sebagai ikut serta (makan, naik kendaraan, dan sebagainya) dengan tidak usah membayar.
Dalam bahasa Inggris, nebeng dikenal dengan istilah hitchhike. Menurut Cambridge Dictionary, definisinya adalah melakukan perjalanan dengan menumpang kendaraan orang lain secara gratis atau tidak membayar.
Baca juga: Nebeng dan Nasihat tentang Hadiah
Pada peristiwa pertama, bisa jadi karena orang tersebut sudah saling kenal dan juga yang mau nebeng punya status sosial yang lebih tinggi. Dengan harapan ada jasa yang sudah diberikan sebagai bentuk investasi jasa yang bisa menjurus ke transaksional dan bisa juga ke arah gratifikasi.
Peristiwa kedua, tidak terjadi nebeng karena kedua orang yang tidak saling kenal. Dan tidak ada nilai investasi pada peristiwa tersebut.
Dua peristiwa nebeng dengan hasil yang berbeda, bisa karena ada perbedaan persepsi dari yang akan dinebengi. Persepsi positif dan persepsi negatif, menjadi bagian keputusan untuk mau atau tidak untuk dinebeng/ditumpangi.
Etika Nebeng
Dalam hal ini ada 10 etika dalam peristiwa nebeng :
- Harus mengerti status nebeng, bahwa itu minta pertolongan.
- Harus ada rasa malu, karena sedikit banyak bisa menggangu privasi seseorang.
- Tidak boleh ada status transaksional kedua pihak, agar timbul rasa saling membantu.
- Harus tahu posisi dan arah yang sesuai yang dituju.
- Mengutamakan si pemilik kendaraan dalam proses perjalanan.
- Konfirmasi kesediaan pemberi tebengan atau tumpangan.
- Hindari nebeng terlalu lama dan terlalu sering.
- Jaga perilaku.
- Persiapkan seluruh kebutuhanmu secara mandiri.
- Ucapkan terima kasih setelah selesai nebeng.
Etika Nebeng, harus dimengerti dan dijalankan, agar tidak timbul kejengkelan.
Sebagai penutup, nebeng harus disertai perasaan malu. Rasulullah Saw bersabda :
“Rasa malu adalah bagian dari iman.”
Bila suatu bangsa diisi oleh orang-orang yang tidak punya budaya malu, tunggu kehancuran bangsa itu. (#)
Banjarmasin, 4 Oktober 2024.
Penyunting Mohammad Nurfatoni